"Besok pagi letakkan laporannya di meja saya.""Tapi pak– halo? Pak Kim? Halo pak? Aish.. Tua bangka sialan."
Lee Felix membuka laptopnya dengan penuh emosi. Bibirnya tak henti mengucapkan sumpah serapah pada sang atasan yang memberikan tugas secara mendadak, terlebih pekerjaan itu bukan menjadi tanggung jawabnya. Pemuda berusia 25 tahun itu mengetik dengan brutal sebelum kemudian ia mulai tenang ketika fokus pada pekerjaannya.
"20% dari seluruh dana proyek.. Hm.."
Felix sesekali bergumam seiring dengan tangannya yang mengetikkan kata yang sama. Matanya yang terbingkai kacamata mengikuti pergerakan tulisan di layar. Beberapa kali pemuda manis itu menguap namun hal itu tak menghalanginya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Ya, sifat pekerja kerasnya itulah yang membuat dirinya sering diberi tugas mendadak yang tak bisa diselesaikan orang lain dalam waktu cepat.
"Roro Jonggrang sialan," gumam Felix di tengah fokusnya. Ah benar, Roro Jonggrang merupakan julukan yang Felix sematkan pada atasannya, dua orang itu mirip kan?
PRANG
Seketika Felix terperanjat dari duduknya ketika ia mendengar suara kaca pecah dari arah ruang tengah. Pemuda manis itu menoleh was-was sebelum kemudian keluar kamar sembari membawa sapu yang bisa ia jadikan senjata seandainya ada pencuri yang masuk.
Dengan mengendap Felix mendekati ruang tengah. Matanya menatap mengedar mencoba mencari pergerakan mencurigakan hingga fokusnya terarah pada sebuah bola baseball yang tergeletak di karpet ruang tengah. Pemuda manis itu mendekat, mengambil bola itu sebelum kemudian memperhatikan jendela rumahnya yang sudah pecah.
"Bajingan mana yang sudah melakukan ini," gumam Felix dengan penuh emosi. Perasaan kesal pada atasannya belum hilang, tapi sekarang kekesalannya semakin bertumpuk karena kejadian ini.
Tok tok tok
Felix menoleh, menatap ke arah pintu utama rumahnya ketika seseorang mengetuk pintunya dari luar. Felix berjalan mendekat, mengintip dari jendela sebelum kemudian membukakan pintu bagi seorang pemuda yang tak dikenalnya.
"Selamat malam, aku orang yang tinggal di rumah sebelah. Aku datang kemari untuk bertanggung jawab soal kaca jendela yang pecah."
Felix melipat tangannya di depan dada. Matanya menatap penuh selidik ke arah pemuda di hadapannya. Felix pernah dengar soal tetangga barunya, pemuda berusia 19 tahun, seorang mahasiswa di sebuah universitas bergengsi disana. Tingginya sedikit di bawahnya, tubuhnya kekar layaknya mas-mas yang sering pergi ke gym, kemudian wajahnya... Tampan sih, tapi entah kenapa Felix emosi ketika menatapnya.
"Siapa yang megajarkanmu untuk bermain baseball di tengah malam begini? Di perumahan padat penduduk pula, kau pikir ini stadion yang punya lapangan luas?" Ucap Felix berkomentar dengan pedas.
"Aku minta maaf. Bisakah aku bicara dengan orangtuamu dik?"
Dik? Siapa yang dia sebut sebagai adik? Felix mengerutkan kening tak suka. Usia mereka bahkan terpaut 6 tahun, tapi anak kurangajar itu menyebutnya adik? Dimana sopan santunnya sebagai seseorang yang lahir belakangan? Felix tidak terima!
"Aku bukan adikmu!" Ucap Felix dengan ketus sebelum kemudian membanting pintunya. Biar saja ia rugi mengganti kaca jendelanya daripada dirinya harus repot-repot bicara pada anak bau kencur yang sudah melukai harga dirinya.
Tok tok tok
"Enyah kau!" Teriak Felix dengan penuh emosi sebelum kemudian kembali duduk manis di depan laptopnya. Laporannya sekarang lebih penting dari seluruh eksistensi tetangganya. Biar saja Felix menggigil kedinginan akibat lubang di ruang tengah yang mengarah langsung ke kamarnya, yang penting si Roro Jonggrang tidak mengamuk dan mengutuknya jadi Malin Kundang. Beda cerita? Felix tidak peduli!
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Words 6 [ChangLix]
ФанфикKumpulan oneshoot, twoshoot, manyshoot ChangLix Even though I look like I don't care, actually my heart is just for you. Three Words, I Love You Started : July 3rd, 2022 Ended : August 2nd, 2023 ⚠️BXB AREA⚠️ Cerita dan ide original dari Sweetbearr...