Friends With Benefit

1.6K 165 47
                                    


Peluh menetes, mengalir indah memantulkan cahaya remang dari lampu tidur yang menyala di sudut ruang kamar. Deru nafas saling beradu, sesekali berteriak tertahan melantunkan nyanyian surga kenikmatan. Tubuh putih mulus itu menungging, membiarkan yang lainnya bergerak bebas memegang kendali untuk mencapai kenikmatan duniawi.

Pasrah, meski lutut dan sikunya memerah, namun benda keras itu tak mampu membuatnya menyerah. Ingin lebih, lagi, lagi, dan lagi. Senyumnya mengembang merasakan sesuatu yang hampir datang. Ia menggoda, bergerak, hingga lolongan panjang terdengar bersamaan dengan tubuhnya yang bergetar hebat di bawah kendali si pria kekar.

"Oh shit, it's all over my bed," umpat si manis yang ditanggapi dengusan dari lelaki lain di kamar itu.

"Besok beli sprei baru," ucap si lelaki sembari membersihkan sisa cairan putih di kasur yang mereka tempati.

Felix mengubah posisinya menjadi telentang, menatap temannya yang masih sibuk membersihkan cairan mereka.

"Bukan masalah sprei baru, tapi aku malas menggantinya."

Changbin mengusap keringat di tubuh kekarnya dengan pakaian yang bercecer di pinggir ranjang sebelum kemudian ikut membaringkan diri di samping temannya.

"Ya sudah nanti aku yang gantikan."

Felix menoleh dengan alis terangkat sebelah dan dibalas dengan tatapan tenang dari lawan bicaranya.

"Tumben peka?"

"Kalau tidak peka, aku tidak akan bisa menangkap sinyal penuh nafsumu hanya dari panggilan suara seperti tadi. Harusnya kau memberiku reward karena segera datang kesini meski aku sedang menghadiri pesta rekan bisnisku."

"Oh c'mon man. Kerja memang kewajiban, tapi sex adalah kebutuhan. Untuk apa penis besar kalau sudah sebulan dianggurkan?" Ucap Felix sembari melirik selangkangan Changbin.

"Betul, untuk apa penis besar jika hanya main satu ronde," ucap Changbin yang dalam sepersekian detik sudah berada di atas tubuh Felix.

"Mau coba gaya baru?" Goda Felix sembari mengusap sensual paha dalam Changbin.

"Come to daddy, baby."

Felix melompat ke dalam gendongan Changbin dan kamar itu kembali diisi suara penuh puja akan tubuh satu sama lain. Jadi begini ya yang dinamakan friends with benefit?





"FUCK!"

Felix terperanjat kaget hingga ponsel yang dipegangnya terlempar ke lantai ruang tengah rumah Changbin.

"Jangan teriak-teriak sialan!" Umpat Felix sembari memungut ponselnya yang tergeletak tak berdaya di atas lantai.

"Bagaimana bisa hero-ku kalah melawan tim jelek ini?"

"Bukan mereka yang jelek, tapi kau yang tidak bisa bermain. Besok-besok main barbie saja, aku belikan."

"Kau barbienya, mau aku mainkan?" Jawab Changbin tak kalah sengit membuat Felix melempar tatapan malas ke arahnya.

"Bicara sekali lagi ku tendang asetmu itu."

"Tendang saja, kalau kenapa-kenapa juga kau yang sedih karena harus bermain dengan dildomu lagi."

"Bajingan."

Changbin tertawa puas sebelum kemudian duduk di samping Felix dan meletakkan kepalanya di ceruk leher pemuda manis itu. Ia hirup aroma alami dari tubuh temannya sebelum kemudian ia kecup singkat garis rahang Felix.

"Baumu enak sekali, bisa tidak aku bawa kemana-mana sebagai jimat keberuntungan?"

"Sekalian saja aku dimasukkan ke dalam botol."

Three Words 6 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang