After Winter VII

2.1K 245 103
                                    


"Mhh.."

Mata Felix tertutup rapat. Selimut yang menutupi dirinya dan Changbin terus bergerak seirama gerakan yang lebih tua. Tangannya mencengkeram punggung kakaknya dengan tangan yang lain menutup mulutnya menahan desahan agar tak keluar. Deru nafas terdengar bersahutan hingga Felix merintih tertahan ketika ia melakukan pelepasan.

Changbin memeluk erat tubuh Felix. Tubuhnya sedikit menimpa yang lebih muda dengan posisi pinggulnya berada di antara kaki Felix yang mengangkang lebar. Pemuda itu mengatur nafasnya kemudian mengecup kening Felix sebelum berbisik pelan.

"Terima kasih sayang."

Felix mengangguk pelan kemudian pemuda manis itu mendorong bahu Changbin agar bangun dari atas tubuhnya.

"Berat," keluh Felix yang justru membuat Changbin makin menumpukan tubuhnya pada pemuda manis itu.

Felix menghela nafas lelah. Bahkan setelah mereka bergumul panas kakaknya masih bisa mengganggunya. Apa pemuda itu tidak bisa romantis sedikit saja?

"Kakak.." Panggil Felix dengan nada memohon agar Changbin mau beranjak dari atas tubuhnya.

Changbin terkekeh pelan kemudian pemuda itu berbaring di samping Felix sebelum kemudian menarik selimut hingga sebatas leher mereka. Tangan kekarnya melingkar di pinggang Felix membuat dadanya otomatis menempel di punggung adiknya.

"Sudah berkeringat tapi tetap wangi," ucap Changbin sembari mengecupi pundak Felix.

"Kak," panggil Felix masih dalam posisi memunggungi kakaknya.

"Hm?"

"Lain kali jangan begini lagi."

"Kenapa?"

"Setidaknya beritau aku dulu, jangan tiba-tiba menyerang seperti tadi. Aku takut ketahuan, mainnya juga kurang enak karena aku harus menahan agar tidak mengeluarkan suara berisik."

Changbin kembali mengecup bahu Felix kemudian pemuda itu semakin mengeratkan pelukannya.

"Maaf, habisnya terlanjur gemas karena kau cemburu seperti tadi. Lain kali kakak akan mengajakmu ke hotel agar kau lebih nyaman."

"Memang siapa yang mau main lagi?" Tanya Felix dengan telinga yang memerah menahan malu. Gengsinya muncul lagi padahal sebelumnya pemuda manis itu pasrah saja menerima.

"Felix, bisakah kau lebih jujur tentang perasaanmu? Kakak bukan paranormal yang bisa membaca perasaanmu setiap saat, jadi bantu kakak untuk lebih memahamimu ya?"

Jantung Felix berdebar kencang. Changbin dalam mode lembut begini adalah kelemahan terbesarnya. Terkadang juga ia ingin jujur soal perasaannya, tapi kan malu. Apalagi jika Changbin sedang dalam mode menyebalkan seperti biasanya. Bukannya dimanja yang ada Felix malah digoda dengan sikap tengil kakaknya.

"Kakak juga jangan sering menggodaku dengan kalimat menyebalkan," ucap Felix yang akhirnya memutuskan untuk jujur.

"Jadi kakak harus menggoda dengan kalimat vulgar?"

"Tuh kan!"

Felix cemberut, pemuda manis itu melepas pelukan kakaknya kemudian menggeser tubuhnya agar menjauh dari kakaknya. Changbin tertawa pelan, pemuda itu turut menggeser tubuhnya dan segera menarik Felix hingga menghadapnya sebelum kemudian memeluk pemuda manis itu.

"Bercanda, jangan ngambek begitu ah," ucap Changbin sembari mengusap-usap punggung telanjang Felix.

Keduanya pun larut dalam keheningan. Felix menikmati pelukan Changbin sedangkan pemuda itu entah sedang memikirkan apa. Beberapa saat mereka hanya diam membuat Felix mulai merasakan kantuk. Ketika Felix mulai memejamkan mata Changbin membuka suara membuat pemuda manis itu mengurungkan niatnya untuk tidur.

Three Words 6 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang