Felix berbaring nyaman di sofa ruang tengah. Memainkan ponsel dengan ekspresi datar yang menjurus ke ekspresi menderita. Felix sedang sensitif sekarang, kemarin ia dibawa pulang begitu saja tanpa penjelasan apapun dari ayahnya, setelahnya Changbin sama sekali tak membalas pesannya sampai sekarang. Pesannya memang tidak pernah dibalas tapi apa susahnya sih memberinya kabar barang sekali saja?"Kemarin papa menangani kucing yang kena penyakit kulit karena jarang mandi, sudah parah sampai bulunya harus dicukur habis. Kau mau papa gunduli juga?"
Papa Felix tiba-tiba duduk di ujung sofa, membawa korannya dan menepuknya ke kepala Felix. Sengaja menyindir karena putra semata wayangnya belum mandi meski sekarang waktu hampir menunjukkan pukul 3 sore.
"Garing pa."
"Mau papa mandikan? Nanti papa pinjamkan ember bayi milik tetangga."
Felix memutar tubuhnya menghadap ke sandaran sofa. Sedang malas membalas candaan papanya.
"Sabtu begini harusnya mandi dan luluran agar wangi," ucap papa Felix masih belum menyerah.
"Untuk apa wangi-wangi, yang mencium aromanya juga hanya papa dan ayah."
"Tidak kencan?"
Felix menghela nafas sebelum kemudian menarik papanya agar duduk di sofa dan ia jadikan pangkuan lelaki itu sebagai bantal. Ah, Felix sedang kumat manjanya.
"Dulu papa pakai cara apa untuk mendapatkan restu kakek dan nenek?"
"Mau meniru ya? Maaf-maaf saja, papa sulit diluluhkan kalau menyangkut anak papa."
"Kenapa?"
"Papa kan membesarkanmu dengan penuh sayang, jadi papa juga harus memastikan kau mendapatkan kekasih yang bisa menyayangimu minimal sebesar rasa sayang papa dan ayah padamu."
"Kalau aku sayangnya dengan satu orang saja bagaimana?"
"Mencintai itu hakmu, tapi jangan bodoh untuk cinta. Kalau dia tidak merespon dan hanya menyakitimu ya cari orang lain yang bisa mencintaimu."
Felix diam sejenak, menimbang perkataan papanya sebelum menceritakan sesuatu yang dialaminya di sekolah.
"Kemarin ada seseorang yang mengungkapkan perasaan padaku."
"Siapa? Laki-laki atau perempuan?" Tanya papa Felix yang terlihat tertarik.
"Laki-laki, kapten basket sekolah."
"Keren juga, kau terima?"
"Tidak, dia pernah menyinggung perasaanku."
"Kenapa?"
Felix menggeleng, memilih tak menceritakan masalahnya pada sang papa. Ia tidak mau papanya sakit hati juga.
"Kau pernah mengungkapkan perasaan pada Changbin?"
"Pernah."
"Diterima?"
Felix menggeleng membuat papanya tertawa pelan sembari menepuk-nepuk kepala putranya.
"Dia menolakmu tapi mau-maunya diajak membolos denganmu."
"Iya kan pa? Dia pasti punya perasaan untukku kan pa?"
"Belum tentu," ucap papa Felix dengan senyum jahil yang membuat putranya merengut kesal.
"Kata ayahmu dia anak yang sopan, jarang-jarang kan ayahmu bisa menyukai seseorang di kali pertama pertemuan."
Felix seketika bangun, menatap papanya dengan tatapan penuh semangat.
"Ayah menyukai Changbin pa?"
"Iya, tapi tidak tau Changbin menyukai keluarga kita atau tidak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Words 6 [ChangLix]
Fiksi PenggemarKumpulan oneshoot, twoshoot, manyshoot ChangLix Even though I look like I don't care, actually my heart is just for you. Three Words, I Love You Started : July 3rd, 2022 Ended : August 2nd, 2023 ⚠️BXB AREA⚠️ Cerita dan ide original dari Sweetbearr...