No Right To Love You II

729 118 53
                                    


Pagi hari Changbin dibangunkan oleh suara ketukan di pintu kamarnya. Dengan mata setengah terpejam pemuda itu meraih ponselnya untuk mengecek waktu saat ini. Pukul 6 pagi, pemuda itu terpaksa bangun dari tidurnya yang baru berlangsung selama 2 jam ketika suara ketukan kembali terdengar.

Cklek

Felix berdiri di balik pintu. Masih memakai pakaian santai tapi dari aroma tubuhnya Changbin tau kalau Felix sudah mandi.

"Ada apa?" Tanya Changbin sembari mengucek matanya.

"Ayo pergi belanja."

"Agak siang saja, aku masih mengantuk," ucap Changbin sembari menyandarkan tubuhnya ke pintu.

"Belanja ke pasar harus pagi agar dapat barang yang segar."

"Ke supermarket saja, Fel. Aku sungguhan masih mengantuk."

Felix menggeleng sembari menepuk-nepuk pipi Changbin agar pemuda itu tetap terjaga.

"Barang di pasar lebih murah dan bisa ditawar. Memangnya kau tidur jam berapa semalam?"

"Jam 4," gumam Changbin yang justru makin terpejam merasakan tangan lembut Felix menyentuh kulitnya.

"Aku yang bawa motor, kau membonceng saja," ucap Felix masih bersikeras mengajak Changbin bersamanya.

"Kenapa tidak kau sendiri saja yang belanja?"

"Kau juga harus tau seluk beluk pasar agar nantinya kita bisa bergantian belanja sendiri."

"15 menit lagi ya?"

Tanpa menunggu jawaban Felix, Changbin berbalik kembali ke ranjangnya. Pemuda itu segera memejamkan matanya yang masih berat mengabaikan Felix yang akhirnya mengalah menunggunya.

Changbin kembali terlelap dalam tidurnya hingga ketika tubuhnya merasa lebih baik pemuda itu akhirnya membuka mata. Lenguhan panjang terdengar ketika Changbin menggeliat hingga ia benar-benar bangun dan duduk di atas ranjangnya.

Changbin mengedarkankan pandangannya. Sepi, padahal seingatnya Felix duduk di meja belajarnya tadi. Pemuda itupun mengambil ponselnya hingga matanya benar-benar terbuka melihat jam yang menunjukkan pukul 11 siang. Bukannya ia hanya tertidur selama 15 menit ya?

Buru-buru Changbin menelpon Felix hingga ia mendengar suara berat milik si pemuda manis.

"Baru bangun ya?" Tanya Felix sebagai pembuka.

"Kau pergi belanja sendiri?"

"Iya, habisnya kau tidak kunjung bangun ketika aku membangunkanmu tadi."

"Maaf ya," ucap Changbin sembari merutuk dalam hati. Harusnya ia memaksakan dirinya untuk bangun agar bisa pergi berdua dengan Felix. Dasar laporan jahat, membuatnya gagal dekat dengan pujaan hati saja.

"Harusnya aku yang minta maaf karena mengganggu tidurmu yang baru sebentar."

"Lain kali pasti aku temani, Fel."

"Iya tenang saja. Ngomong-ngomong tadi aku beli bubur ayam untukmu, aku letakkan di meja belajarmu ya. Segeralah dimakan agar tidak basi."

"Ah, terima kasih. Kenapa repot-repot? Aku jadi merasa tidak enak."

Felix tertawa pelan membuat Changbin turut tersenyum hanya dengan mendengar tawa pemuda manis itu.

"Apa sih, seperti dengan siapa saja. Aku tau kau akan bangun siang jadi aku belikan sekalian untukmu ketika aku sarapan dengan kekasihku."

Senyum Changbin hilang. Kenapa tiap kali ia merasa senang Felix selalu menyadarkannya pada kenyataan? Apa takdir tidak membiarkannya bahagia sebentar saja?

Three Words 6 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang