🪐 02 • Ruang Nyamuk 🪐

215 30 3
                                    

Dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring terdengar mendominasi di Ruang Nyamuk, food court yang menyediakan beraneka hidangan dengan harga pas untuk kantong mahasiswa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring terdengar mendominasi di Ruang Nyamuk, food court yang menyediakan beraneka hidangan dengan harga pas untuk kantong mahasiswa. Selain karena lokasinya yang dekat dengan kampus, Ruang Nyamuk sering kebanjiran pengunjung karena terkenal dengan makanannya yang lezat meskipun sebagian orang terpaksa menahan keinginan untuk menghancurkan tatanan meja dan kursi di sana.

Penyebabnya hanya satu, yakni kata 'nyamuk' yang dipilih sebagai nama food court tersebut. Seperti tidak ada kata lain yang lebih bagus saja, begitulah pikiran para jomlo. Belum lagi, terdapat beberapa menu yang—sialnya—berhasil memancing emosi, misalnya Nasi Goreng Patah Hati, Ayam Geprek Pemicu Keributan, Roti Isi Kenangan Mantan, Kentang Rasa Putus, dan Es Krim Perdamaian.

Di sudut kanan, terlihat jelas tiga orang lelaki tengah duduk santai demi menyantap makanan sambil sesekali berbincang. Ralat, lebih tepatnya dua orang saja, mengingat yang satunya lagi hanya memesan minuman. Area pojok menjadi tempat favorit mereka, sudah menjadi hal yang lumrah jika satu orang yang paling awal keluar kampus terburu-buru untuk menduduki tempat nyaman itu agar tidak lebih dahulu ditempati pengunjung lain.

Slurp. Setelah menikmati seruputan mi terakhir, lelaki yang memakai topi terbalik itu beralih meminum kuah kaldu langsung dari mangkuk keramiknya yang bermotif ayam jago. Bunyi serdawa keluar dari kerongkongan, pertanda bahwa perutnya sudah cukup mendapatkan asupan.

"Nggak usah di depan muka gue juga, kali," sindir Bima yang terkena imbas.

Sementara, si pelaku hanya bisa menampilkan deretan gigi putihnya tanpa merasa bersalah. Berniat menuntaskan dahaganya pula, ia pun beralih menyesap segelas teh hangat. "Ah ..., mantap! Tenaga langsung balik lagi, nih."

Mengamati sang sahabat yang sedari tadi sibuk mengaduk jus mangganya menggunakan sedotan, Bobi mulai 'gatal' untuk berbicara. "Kalau diliat-liat, itu jus udah kayak hidup lo, Ian ..., muter-muter di situ terus," ledeknya. Tak ayal, delikan tajam dari Ian membuatnya terkekeh.

"Eh, iya, gue denger dari anak-anak ..., katanya lo ngajak si Teresa nge-date, ya?" Anggukan malas dari Ian sontak membuat Bobi semakin menjadi-jadi. "Gokil parah, sih, Bro! Pepet terus!"

Bobi Sanjaya, mahasiswa Teknik Industri sekaligus sahabat Ian dan Bima yang tak pernah melewatkan gosip di kampus barang sedikit saja. Berbeda dengan Bima yang menentang keras perihal Ian yang sering mendekati para gadis, Bobi malah mendukungnya dengan sepenuh hati.

Jangan salah, mendukung tindakan Ian bukan berarti membenarkannya. Punya cara pikir yang sederhana, Bobi hanya ingin Ian merasakan kebebasan setelah mengalami fase sulit. Sebagai salah satu orang terdekat Ian, lelaki itu tak mau Ian terus-menerus terbelenggu dalam jeruji masa lalu.

Ya, Bobi menyaksikan sendiri kehancuran Ian saat itu. Seolah-olah kehilangan sebelah sayapnya, Ian sempat mengurung diri di kamar sebagai efek lanjutan dari kejadian yang tak pernah disangka-sangka. Tidak ingin berkomunikasi dengan siapa pun, sahabat karibnya itu sengaja mematikan ponsel, bahkan menutup akses masuk ke dalam rumahnya.

Aku Sandaranmu ✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang