Deg. Matanya membulat maksimal, Ian refleks mengunci pandangan ke arah sumber suara. Tania, ucapnya dalam hati. Tidak mungkin, bagaimana bisa gadis yang berkeliaran di pikirannya mendadak muncul di atas panggung? Apakah ia sedang berhalusinasi?
Tak jauh berbeda dengan Ian, Bima yang berdiri di sampingnya pun turut memberikan reaksi serupa. Tidak tahan memendam rasa ingin tahunya, lelaki jangkung itu sontak memberikan pertanyaan beruntun. "Ian," panggilnya lebih dahulu. "Yang ada di depan itu Sofi sama Tania, kan? Kok, mereka bisa ada di sini? Ini memang gue yang terlalu galau atau gimana, sih, sampe gue bisa berkhayal kayak gini? Yang bener aja! Ini gue nggak salah liat, kan ..., hah?"
"Mana, Bim?" Penasaran, Bobi pun ikut bertanya, lantas mengikuti arah pandang Bima.
Baiklah, setelah Bima buka suara, Ian baru sepenuhnya yakin bahwa sosok yang dipandanginya sekarang bukanlah bayangan. "Iya, Bim, lo nggak salah liat. Dua cewek yang di depan itu memang Sofi sama Tania." Mustahil dua orang yang berdampingan bisa melihat objek yang sama dalam waktu yang sama pula. Jadi, sudah bisa dipastikan bahwa sesuatu yang mereka lihat memang wujud manusia secara nyata, bukan sekadar halusinasi.
"Astagadragon! Sofi nggak bilang apa-apa, loh, soal dia yang mau ikut ke sini," lanjutnya.
"Jangan-jangan dia ngambek. Hayo ..., habis bikin dosa apa lagi lo, Bim?" tebak Ian.
"Nggak ada, Ian ..., SUMPAH," bantah Bima.
"Ya, udah, lah, ayo kita samperin mereka," sambungnya, mengusulkan.
Setelah terjadi kesepakatan, mereka tergesa-gesa menerobos kerumunan agar Sofi dan Tania menyadari eksistensinya. Tanpa ragu, keduanya berlari meninggalkan Bobi seorang diri. Tak ayal, lelaki itu sontak menggerutu. "Aduh, kebiasaan, kan?" Ditinggal lagi, ditinggal lagi! Dasar buaya darat sama naga buntung! Giliran ada Sofi sama Tania aja langsung, tuh, pada gercep." Mengentakkan kakinya kesal, lelaki itu merengut.
Malas gerak, Bobi memilih menunggu saja di area yang agak jauh dari panggung pesta. Lebih baik mengamati saja daripada ikut bertindak. Ia ingin tahu apa yang akan diperbuat oleh teman-temannya? Dan, seperti biasa, Bobi akan mengurus bagian dokumentasinya.
"Wah, kayaknya kalian semua udah nggak sabar mau tau hukuman apa yang cocok buat mereka, ya?" tanya sang pembawa acara.
Mendapat dukungan sorakan, lelaki yang memegang mikrofon itu berniat kembali meneruskan kalimatnya. "Oke, Nona-Nona cantik. Jadi, nama hukumannya adalah ... 15 DETIK DAN 3 KALI!"
Begitu sang pembawa acara menyebutkan nama hukumannya, tampak beberapa panitia bekerja sama mengangkat sebuah kotak berukuran besar berisi air dingin dengan banyaknya es batu pula di sana. Sementara, beberapa panitia yang lainnya membantu mengangkut sejumlah ember berisi air dingin. Setelah tugasnya dirasa selesai, mereka semua langsung kembali ke tempatnya.
Dan, kini, tinggal tugas pemandu acara untuk memaparkan instruksi. "Nah, di sebelah saya ini bisa kalian liat ada sebuah kotak berisi air yang super dingin. Maksudnya gini, setiap orang yang terkena hukuman wajib berdiri di dalam kotak tersebut minimal selama 15 detik tanpa alas kaki. Dan, selama jangka waktu itu pula, orang yang terkena hukuman akan ... DIGUYUR sebanyak 3 kali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sandaranmu ✔️ [END]
RomanceSiapa yang tak membenci pengkhianatan? Lima tahun yang berujung duka nyatanya mengundang dendam. Memilih 'terlahir kembali' sebagai playboy, Drian menikmati kesehariannya dalam mencari mangsa. Sampai suatu hari, rasa segan untuk mendekat tiba-tiba m...