Hari yang harusnya menjadi momen bahagia, kini berubah menjadi hari terburuk dalam hidupnya. Jiwa sang lelaki seakan-akan menghilang setelah menjalani pemberkatan di gereja beberapa jam lalu. Bersiap untuk resepsi, Ian tampak betah duduk di ruang mekap khusus mempelai pria, menatap kosong ke depan, sampai sebuah suara tiba-tiba menghadirkan setitik binar di matanya.
Tok, tok, tok. Suara pintu, disusul dengan kepala yang menyembul di baliknya sukses menarik perhatian. "Aku masuk, ya, Ian," ucap gadis itu.
Terpaku, Ian sempat melebarkan matanya saat meneliti penampilan Tania. Gaun brokat berwarna putih yang dilengkapi renda dengan rambut yang dibiarkan terurai itu sungguh menyihir mata. Seolah-olah terhipnotis, tak sedetik pun Ian melepaskan pandangannya dari sosok yang sukses membuatnya terpana. Bagaimana tidak, Ian belum juga berkedip, terhitung sejak sepuluh detik yang lalu.
(Picture by Bukalapak)
"Ian? tegur Tania. "Kenapa? Kok, ngeliatin aku kayak gitu?"
"Aku keliatan aneh, ya?" lanjutnya, menebak.
Belum juga ada sahutan dari Ian, Tania dibuat makin minder. Ah, mestinya ia tak menuruti ajakan Sofi ke salon tadi. Atau, lebih tepatnya paksaan untuk dirias. Apa salah jika Tania merasa bahwa wajahnya diacak-acak? Baiklah, ia sedikit menyesalinya. "Ehmm, kalau gitu aku hapus mekap dulu, ya." Menangkap adanya sekotak tisu di dekat meja rias, Tania berniat mengambil beberapa lembar jika Ian tak lekas berdiri guna menghalangi jalannya.
Tersenyum kikuk, Tania dibuat bingung dengan Ian yang menatapnya lekat-lekat. Hingga tiba-tiba saja, lelaki itu mengikis jarak, memajukan wajahnya guna memberikan tanda kasih. Tak heran, Tania terkesiap kala sesuatu yang kenyal dirasa menempel pada keningnya.
Setelah Ian menjauhkan kepalanya, kontan Tania mengerjap beberapa saat, masih menyerap peristiwa yang terjadi sekian detik tersebut. Belum usai menetralkan degup jantungnya, Ian sudah kembali 'berbuat ulah' dengan mengusap lembut pipinya.
"Kamu yang pertama ..., dan cuma kamu yang berhak menerima itu," ucap Ian pelan tanpa melunturkan senyumannya.
Masih terkesima, Ian spontan memuji gadisnya. "Jujur, ya, kamu, tuh ..., terlalu cantik, Tan." Tak terbiasa melihat Tania dengan riasan di wajah, pun berpenampilan feminin, wajar saja kalau Ian terpukau, kan? Bukan hanya fisik, tetapi hatinya juga cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sandaranmu ✔️ [END]
RomanceSiapa yang tak membenci pengkhianatan? Lima tahun yang berujung duka nyatanya mengundang dendam. Memilih 'terlahir kembali' sebagai playboy, Drian menikmati kesehariannya dalam mencari mangsa. Sampai suatu hari, rasa segan untuk mendekat tiba-tiba m...