🪐 42 • Pakai Hati 🪐

69 13 0
                                    

Jaket putih milik Ian masih membungkus tubuhnya, Tania beruntung karena hawa dingin yang hendak menyerangnya terhalang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaket putih milik Ian masih membungkus tubuhnya, Tania beruntung karena hawa dingin yang hendak menyerangnya terhalang. Teringat akan percakapannya dengan Teresa beberapa menit lalu, Tania memutuskan untuk menganggapnya sebagai angin lalu saja. Ya, sebatas obrolan selewat. Seraya menunggu Ian yang belum kembali sejak izin mengambil mobil tadi, gadis itu menggosokkan kedua tangannya yang tertutup oleh lengan jaket.

Puk. Tiba-tiba, ada seseorang yang menepuk bahunya. Mengira bahwa sosok tersebut adalah Ian, Tania pun lekas membalikkan badan. "Lo udah—"

Andra? batinnya. Sayang sekali, ucapannya harus terpotong ketika sosok yang muncul ternyata lelaki lain. Melirik tangan Andra yang masih betah bertumpu di pundaknya, Tania refleks melangkah mundur, menjauhkan tubuhnya, sehingga—tangan yang semula menempel di bahunya otomatis tersingkir.

Melihat reaksi Tania, Andra malah menyeringai. "Hai, Cantik," sapanya.

"Kita ketemu lagi, ya. Kayaknya kita ini memang jodoh, sih," sambungnya.

Melihat Tania yang tersenyum kikuk, Andra malah makin tertarik untuk menggodanya. "Lucu banget, sih. Sini dulu." Awalnya, lelaki genit itu berniat menyentuh pipi Tania. Namun, sayang, aksinya harus gagal karena sang gadis yang terlebih dahulu mengetahui pun langsung menepis kasar tangannya.

"Ouch," ucap Andra, tersenyum menggoda, "kasar banget, sih."

"Kamu nggak boleh gitu, loh, sama pacar kamu sendiri," lanjutnya.

"Maaf, tapi pacar gue itu Ian, bukan lo," balas Tania pelan, tetapi penuh ketegasan. Maaf, ya, Ian, gue pinjem nama lo dulu, tambahnya dalam hati.

Mendengar nama Ian disebut, senyum Andra mendadak luntur. "Udah, lah, Tan. Gue tau kalau lo nggak suka sama Ian, kok." Nada bicaranya berubah kesal, Andra selalu saja terbawa emosi saat membahas saingannya yang satu itu. "Yakin, lo mau sama modelan cowok kayak dia? Memang lo dibayar berapa, sih, sama si berengsek itu, hah?!"

"Bilang sama gue, Tan, lo dibayar berapa?" ucapnya, mengulangi.

Melihat Tania yang belum menjawab, Andra berinisiatif menebak sendiri. "Ah, paling juga nggak akan lebih dari 100 juta. Kalau segitu doang, mah, gue juga sanggup. Tinggal bilang aja, lo mau berapa dari gue, Tan? Asalkan lo mau jadi pacar gue." Lelaki itu menyombongkan dirinya.

"Kalau lo nggak tau apa-apa, ada baiknya lo diem aja." Nada bicara Tania berubah serius. Entah mengapa, ia tak suka saat mendengar Andra menjelekkan Ian.

Harga dirinya seolah-olah direndahkan di sini, Tania spontan mengatakan hal di luar kendalinya. "Kalau gue suka sama Ian memangnya kenapa?"

Andra menatapnya tajam, Tania tak sedikit pun gentar. "Dalam suatu hubungan, yang berbicara itu bukan uang ..., tapi hati. Gue tau, kok, hidup di dunia yang nggak serba gratis ini memang butuh uang. Tapi ..., uang nggak bisa selamanya menyelamatkan hidup lo."

Aku Sandaranmu ✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang