Restoran Cossie, salah satu restoran terlezat di Jakarta, dipilih para gadis sebagai tempat singgah berikutnya. Selepas dari toko buku, Tania—yang semula berniat pulang—dipaksa oleh Sofi dan Amel untuk mengisi perut terlebih dahulu. Padahal, ia masih harus mengurus pesanan dari pelanggan toko online-nya. Namun, karena sejawatnya tetap bersikeras, ditambah dengan embel-embel 'hanya sebentar', maka Tania pun memasrahkan diri.
"Ah, akhirnya kenyang," komentar Amel seraya mengusap perutnya sekilas.
Ludes, tak ada sedikit pun sisa makanan di piring. Sofi yang merasa puas dengan hidangannya pun sontak memberi pujian. "Udangnya enak banget, sumpah! Kapan-kapan, kita harus ke sini lagi, sih."
Menyadari jika sedari tadi Tania belum bersuara, Sofi sengaja mengajaknya berinteraksi. "Untung, kamu ikut kita ke sini, loh, Tan. Kalau nggak, kamu pasti nyesel."
Tania tertawa pelan. "Iya, deh, rekomendasi kamu kali ini enak."
"Tapi, harganya juga bukan main, Fi," sambungnya ketika melihat gerak-gerik Sofi yang hendak membanggakan dirinya.
Tersenyum kikuk, dalam hati Sofi mengakui bahwa perkataan Tania ada benarnya. "Tapi, worth it, kan?"
"Lumayan worth it, sih. Memang, ya, ada harga, ada kualitas. Tapi, lama-lama kantong aku bisa jebol juga kalau setiap hari makan ini," timpal Amel.
"Coba, deh, kasih rating, dari 1 sampai 10, nilainya berapa?" pinta Sofi.
"Sembilan!" balas Amel.
"Kalau aku, delapan, sih," ujar Tania.
"Mantap!" Sofi mengacungkan kedua jempolnya. "Ya ..., nggak papa, lah, sesekali kita makan di sini."
Urusan di restoran sudah selesai, kini ketiganya patungan membayar tagihan makan. Dihimpunnya uang dari masing-masing orang, Amel berinisiatif pergi ke kasir, mewakili Tania dan Sofi untuk membayar pesanan sebelum pada akhirnya kembali duduk bersama mereka.
"Oh, iya, habis ini kita jadi main, kan?" tanya Amel memastikan.
"Jadi, dong!" Sofi tampak bersemangat. "Nanti Bobi juga nyusul, kan?"
"Iya, katanya dia mau beli bahan dulu buat Barbeque party nanti," jelas Amel.
"Ya, ampun, tumben banget si Bobi pengertian! Pacar kamu, tuh, kadang-kadang bisa diandalin juga, ya, Mel." Sofi terkekeh. Beralih menatap Tania, gadis itu bermaksud mengajaknya turut serta. "Kamu juga ikut, kan, Tan?"
Tersenyum kecil, Tania menggeleng pelan, menolak. "Nggak, Fi, habis dari sini aku mau langsung pulang aja."
"Yah, kok, gitu?" Sofi agak kecewa. "Bima bawa mobil, kok, jadi kamu bisa ikut."
"Tertawa pelan, Tania tetap kukuh pada pendiriannya. "Nggak bisa, Fi, kerjaan aku masih banyak." Ia pun menambahkan alasan lainnya. "Lagian, kalau aku ikut, nanti aku juga yang bakal jadi nyamuk di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sandaranmu ✔️ [END]
RomanceSiapa yang tak membenci pengkhianatan? Lima tahun yang berujung duka nyatanya mengundang dendam. Memilih 'terlahir kembali' sebagai playboy, Drian menikmati kesehariannya dalam mencari mangsa. Sampai suatu hari, rasa segan untuk mendekat tiba-tiba m...