🪐 34 • Perang Bantal 🪐

67 14 0
                                    

Tiga orang terpantau sibuk terlibat perang bantal, sedangkan Tania masih betah berdiri di tepi bersama Bobi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga orang terpantau sibuk terlibat perang bantal, sedangkan Tania masih betah berdiri di tepi bersama Bobi. Terkekeh, gadis itu ikut terbawa suasana ketika melihat keakraban mereka. Ya, menurutnya, persahabatan empat orang yang berada di ruangan ini sangatlah indah. Sering saling mengejek, tetapi sebenarnya kekeluargaan mereka sangat hangat.

"Tan," panggil Bobi tiba-tiba.

Setelah Tania menoleh, Bobi lekas meneruskan kalimatnya. "Sebenernya ..., gue pribadi mau berterima kasih sama lo." Menyadari raut bingung dari lawan bicaranya, Bobi segera menjelaskan. "Sejak kedatangan lo, Ian mulai nunjukkin perubahan sikapnya. Belakangan ini, mood dia selalu bagus ..., kerasa ke gue soalnya."

Sedikit terkejut, ini pertama kalinya Tania melihat Bobi—yang notabenenya suka bercanda—berada dalam mode serius. Belum paham, gadis itu bertanya lebih lanjut. "Ehmm, sebelumnya maaf kalau gue lancang, tapi ... maksud lo bilang Ian berubah itu gimana, ya? Memangnya, dia lagi ada masalah?"

Bobi tersenyum kecil menanggapinya. "Bukannya gue nggak mau ngasih tau lo, tapi ... biar Ian sendiri yang nyeritain 'hal itu' sama lo. Gue yakin Ian pasti bakal nyeritain semuanya. Lagian, ini bukan hal yang patut dibanggain dari dia. Ian sendiri yang berhak buat ngasih tau ke orang lain ..., bukan gue."

Menyadari reaksi Tania yang sepertinya makin tak paham dengan ucapannya, Bobi tertawa pelan. "Suatu hari nanti lo pasti bakal ngerti maksud dari omongan gue, Tan. So ..., welcome to our family! Inget, kita semua temen, kita semua sahabat di sini."

"Lo, gue, Ian, Bima, Sofi, kita berlima sahabat," tegasnya lagi.

Tania tersenyum mendengar pernyataan tersebut. Ia sungguh tak menyangka bisa bergabung dengan lingkaran pertemanan yang sangat menyenangkan. Orang-orang di dalamnya sangat menghibur dan berjiwa humoris tinggi. Ia benar-benar beruntung, kan?

Bugh, bugh! Namun, tiba-tiba saja hal yang tak terduga pun terjadi. Ya, Ian dan Sofi secara bersamaan melempar bantal pada Bobi dan Tania. Pihak lelaki terhadap pihak lelaki, sama halnya dengan pihak gadis terhadap pihak gadis pula.

"Yah, lo berdua malah pacaran, lagi!" pancing Sofi, sengaja menguji Ian.

"Woi, Kadal Bunting! Jangan modus mulu! Rasain, tuh, serangan gue! Enak bener dari tadi lo belum kena timpuk, ya." Agak kesal, Ian sempat menyoroti percakapan mereka yang terlihat intens—entah membicarakan apa.

"Oh, terus lo cemburu? Bilang, dong!" Bobi kembali ke mode nakalnya.

"Tenang, Ian, tadi gue belum nembak Tania, kok. Baru juga mulai pendekatan. Santai, jadi lo masih ada kesempatan," lanjutnya.

Bugh! Bugh! Baiklah, ini sudah ketiga kalinya Tania terkena lemparan bantal.
Bagaimana tidak, setelah Sofi menyerangnya tadi, gadis itu kembali mengulangi hal yang sama dan kali ini kekasihnya pun turut campur. Memang benar, dua sejoli itu selalu kompak dalam hal apa pun, terutama menjaili orang lain. Cukup, Tania tidak bisa berdiam diri lagi.

Aku Sandaranmu ✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang