Motor sport berwarna putih yang memasuki kawasan kampus sukses menyita perhatian dari kumpulan gadis yang tersebar di berbagai tempat. Peka, segelintir orang yang masih mengobrol di tengah jalan pun refleks menyingkir ketika dirasa menghalangi jalan si pengendara. Tidak mengacuhkan sekeliling, sudah bukan hal yang aneh jika kebanyakan orang melayangkan tatapan kagum padanya.
Deru mesin motor berangsur surut, sang pemilik berniat memarkirkan kendaraan favoritnya di samping seorang lelaki yang tampak betah duduk di jok motor sambil memakan gehu. Seolah-olah melengkapi barisan, badan motor yang ramping itu mengisi satu-satunya tempat kosong hingga tak menyisakan celah bagi kendaraan beroda dua lainnya untuk merusak formasi.
"Woi, Ian! Akhirnya, lo dateng juga," sapa Bima. Tidak ingin melewatkan sensasi rasa gurih dan segar dari tahu isi taoge yang ditambah dengan pedas, lelaki itu lekas menggigit cabai rawit yang sudah diapit menggunakan ibu jari dan telunjuk.
Mengabaikan sambutan Bima, Ian sibuk melepas helm full face-nya. Berkaca di depan spion, Ielaki dengan hidung bangir itu menyugar rambut messy-nya yang sedikit kusut. Beralih melirik sang sahabat yang makan dengan lahap, Ian pun langsung berkomentar. "Makan terus."
"Harap maklum, lah, namanya orang laper," balas Bima santai. Ya, lelaki dengan kulit sawo matang itu memang belum sempat sarapan karena takut terlambat masuk kelas. Namun, nyatanya, masih ada waktu sepuluh menit lagi sebelum mata kuliah pertamanya dimulai. Jadi, tidak ada salahnya memanfaatkan waktu, kan?
"Tumben jam segini udah dateng. Kelas lo dimulai satu jam lagi, kan?" lanjut Bima bertanya, setelah menuntaskan acara makannya.
"Biasa, lah, gue ada urusan penting," ucap Ian jujur.
Menangkap makna tersirat dari ucapan sang sahabat, Bima sontak menghela napas lelah. Lelaki itu tidak bodoh, ia paham betul 'urusan penting' apa yang dimaksud Ian. "Astagadragon, Ian, Ian ..., kok, bisa, sih, lo ngejar-ngejar cewek setiap hari kayak gini? Masalahnya, nggak cuma satu ..., tapi BA-NYAK. Kemaren aja lo baru dapet dua cewek sekaligus, udah kayak promo beli satu gratis satu. Dan, sekarang ..., lo masih belum puas? Nggak capek, apa?"
Melihat Ian yang masih terdiam, Bima berinisiatif untuk meneruskan kalimatnya. "Sesekali ..., pikirin diri lo sendiri juga. Jangan menyiksa diri lo kayak gini. Lo ingetin baik-baik ucapan gue, Ian ..., perempuan itu bukan tempat pelampiasan lo."
Di luar dugaan, Ian malah tertawa meremehkan, menanggapi perkataan Bima. "Maksud lo apa, sih, Bim? Siapa yang gue jadiin pelampiasan, coba?"
Tidak mau memberikan Bima kesempatan untuk mendebatnya, Ian kembali buru-buru angkat bicara. "Gue memang suka sama cewek-cewek di kampus ini. Dan, masalah gue yang suka sama banyak cewek? Ya, itu memang dari hati gue sendiri." Ian mengedikkan bahunya. "Kalau hati gue yang mau, gue bisa apa?"
Kini, giliran Bima yang tertawa meremehkan, meninggalkan kernyitan di dahi Ian. "Hati lo yang mau? Ha-ha-ha, Ian, Ian ..., lo boleh bohongin diri lo sendiri, tapi gue ini sahabat lo. Gue tau persis apa yang lo alami saat ini dan gue cuma nggak mau ... sahabat gue nyakitin dirinya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sandaranmu ✔️ [END]
RomanceSiapa yang tak membenci pengkhianatan? Lima tahun yang berujung duka nyatanya mengundang dendam. Memilih 'terlahir kembali' sebagai playboy, Drian menikmati kesehariannya dalam mencari mangsa. Sampai suatu hari, rasa segan untuk mendekat tiba-tiba m...