Dua buah tiket bioskop keluar dari mesin, tanpa ragu Ian lekas mengambil. Tersenyum puas, sang lelaki langsung menyodorkan kertas yang memuat sejumlah informasi tersebut pada Tania. Diamatinya raut semringah sang kekasih begitu selesai membaca tulisan cetak yang tertera.
"Hah? Kapan kamu beli tiket ini?" tanya Tania dengan mata yang berbinar.
"Rahasia," balas Ian, mengulum senyumnya.
"Aaa, makasih banget, Ian," ucap Tania tulus. Baiklah, siapa yang tahu bahwa Venom : Let There Be Carnage adalah film yang telah dinantikannya sejak lama? Ah, masalahnya, Tania tak pernah memberitahukan keinginannya pada siapa pun. Namun, entah bagaimana, ternyata Ian tiba-tiba sukses mewujudkan rencananya untuk menonton film favorit.
"Oh, iya, ini harga tiketnya berapa? Nanti aku ganti, ya," lanjut Tania, menawarkan.
"Hem? Nggak tau, tuh, harganya berapa," dusta Ian.
Tertawa pelan, Tania menggeleng pelan mendengar balasan Ian. "Lah, kok, bisa? Memangnya bukan kamu yang pesen sampe kamu sendiri nggak tau harganya?" Sengaja mengikuti permainan Ian, gadis itu lekas menimpali sesuai dengan kalimat yang diucapkan kekasihnya.
"Bukan," Ian menyanggah, "aplikasinya, kali, yang otomatis mesen sendiri."
Jawaban dari sang lawan bicara berada di luar nalar, Tania sontak terkekeh. "Udah, ah, Ian, aku serius, loh, ini."
"Harganya berapa?" tanyanya sekali lagi.
"Nggak usah, Tan," tolak Ian cepat.
"Tapi, kan, yang nontonnya kamu sama aku, Ian. Jadi, aku juga harus bayar," jelas Tania, bersikeras ingin mengganti uang tiket bioskop miliknya.
"Nggak bisa, pokoknya tetep aku yang bayarin kamu, ya." Ian menegaskan. "Lagian, kalau kita nikah nanti, hal-hal kayak gini, kan, bakal jadi tanggung jawab aku juga. Udah kewajiban seorang suami untuk menafkahi istrinya."
"Ya, ampun, kamu, tuh, ngomongnya kejauhan, tau nggak?" Tania spontan memukul pelan lengan Ian. "Udah, ah, jangan gombal. Belum tentu juga aku yang bakal jadi istri kamu nanti, kan? Gadis itu tertawa pelan.
"Nggak ada yang gombal, Tan," balas Ian seraya tersenyum.
"Aku pastiin ..., kamu yang akan jadi istri aku. Aku bakal berusaha," lanjutnya.
Deg, deg, deg. Pernyataan serius Ian tampaknya berpengaruh ke jantung. Merasakan bahwa pipinya mulai memanas, Tania segera beranjak dari sana, berlari kecil menuju XII Cafe dan meninggalkan kekasihnya di belakang. Mengenyahkan perkataan sang lelaki dari benaknya, Tania mengalihkan perhatiannya dengan meneliti menu camilan ataupun minuman yang bisa dinikmati.
"Milo dino satu sama ... popcorn salt yang mediumnya satu, ya," pesan Tania.
Menyadari kehadiran sang kekasih—yang kini sudah berdiri di sampingnya, Tania menatap Ian ragu. "Ehmm, kamu mau pesen apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sandaranmu ✔️ [END]
RomanceSiapa yang tak membenci pengkhianatan? Lima tahun yang berujung duka nyatanya mengundang dendam. Memilih 'terlahir kembali' sebagai playboy, Drian menikmati kesehariannya dalam mencari mangsa. Sampai suatu hari, rasa segan untuk mendekat tiba-tiba m...