🪐 59 • Membangunkan Macan 🪐

49 2 0
                                    

"Nggak usah heran, Bim," timpal Ian, "dia, kan, memang seneng mancing huru-hara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nggak usah heran, Bim," timpal Ian, "dia, kan, memang seneng mancing huru-hara."

Ya, Jonathan Lim, musuh bebuyutan Ian dan kawan-kawan sekaligus mantan kekasih dari Amelia Gladys, perempuan yang sukses menarik perhatian Bobi belakangan ini. Sejak pertama kali kenal, Bobi mengaku punya kecocokan dengan gadis itu. Sayangnya, Jonathan yang sebenarnya sudah bukan siapa-siapa lagi di hidup Amel menentang keras hubungan mereka. Padahal, sang gadis sendirilah yang mengeklaim bahwa hubungannya dengan Jonathan telah berakhir, jauh sebelum ia dekat dengan Bobi.

Menurut kabar, alasan mereka putus adalah karena Jonathan yang egois dan selalu mau menang sendiri, bahkan  Amel sering kali dibuat menangis. Namun, memang pihak lelakinya saja yang belum merelakan karena rasa yang ia miliki untuk Amel tampaknya belum luntur. Terbukti, Jonathan berulang kali mengajak Amel untuk kembali menjalin kasih.

"Gue, sih, udah gedek banget sama itu bocah, ya!" ungkap Bobi, masih emosi.

Beralih menatap Ian, ia berniat menumpahkan semua kekesalan yang belum sepenuhnya tersalurkan. "Lagian, lo juga, sih, Ian! Ngapain lo pake nahan-nahan gue?! Udah bagus mau gue patahin itu giginya tadi!"

"Lo masih nanya gue 'ngapain'? Lo buta, ya? Lo liat sekeliling lo sekarang, Kadal! Jangan bisanya cuma ngomel-ngomel doang," balas Ian.

Setelah Bobi menuruti perintah, Ian kembali meneruskan ucapannya. "Udah liat? Udah tau sekarang lo ada di mana? Udah sadar habis ini lo mau ngapain?"

"Semua orang yang mau berkunjung ke toko-toko pada kabur ketakutan dan sekarang ... coba liat bentukan muka lo, tuh! Bagus, kan? Amel pasti langsung terpana ngeliat lo," lanjutnya menyindir. Benar saja, lantai 3 mal jadi sepi pengunjung akibat pertengkaran barusan.

Melihat Bobi yang meringis karena ulahnya sendiri, Bima spontan mendukung pernyataan Ian. "Rahang lo nggak geser aja udah untung, Bob. Semoga aja Amel nggak pingsan liat lo kayak gini, ya."

"Ya, lo berdua j-jangan nakutin gue gitu, dong! Gue, kan, jadi pesimis," ungkap Bobi.

"Salah sendiri," ucap Ian acuh tak acuh.

"Eh, tunggu dulu, deh," sela Bima tiba-tiba, mengedarkan pandangan ke sekitar.

Keberadaan kekasihnya tak tercium, raut wajah Bima sontak berubah panik. "Sofi mana? Tadi dia ada di belakang gue, loh!"

"Tenang dulu, Bim," balas Ian, "tadi cewek lo gue suruh susulin Tania ke bawah."

"Lagian, tadi situasinya juga nggak bagus, jadi gue suruh aja dia ke tempat yang lebih aman," sambungnya. Ya, sebelum menghampiri Bima, Ian memang sempat menemukan Sofi yang terlihat ketakutan. Oleh sebab itu, ia berinisiatif memintanya pergi.

"Astagadragon, bikin kaget gue aja."
Setelah mendengar penjelasan Ian, Bima baru bisa menghela napas lega.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba! Tak disangka, dua gadis yang sedang dibicarakan itu, kini hendak menuju ke arah sang pujaan hati. Namun, sayang, alih-alih menghampiri Ian dan Bima, nyatanya Tania dan Sofi memilih berjalan mendekat ke arah Bobi. Tak ayal, dua lelaki yang sempat menciptakan lengkungan manis di bibir spontan kembali menguburnya.

"Bob, lo nggak papa, kan?" Tania menatapnya ngeri. "Aduh, itu lebamnya banyak banget lagi."

"Iya, Bob. Lo nggak papa, kan? Ini, kok, lukanya bisa sampe banyak gini, sih?" tanya Sofi, ikut cemas.

"Santai, gue nggak papa, kok. Bobi gitu, loh! Strong!" dusta Bobi.

"Udah, deh, nggak usah sok kuat. Ini sekarang gue sama Tania mau nutupin luka lo," ungkap Sofi.

Jailnya mendadak kumat, Bobi sengaja melemparkan pertanyaan yang ambigu. "Waduh, kalau boleh tau, pake apaan, tuh, nutupin lukanya?" Awalnya, Bobi ingin menambahkan kalimat 'pake cinta kalian?' sebagai upayanya dalam memanas-manasi Ian Bima. Namun, lelaki itu refleks menelan salivanya kasar ketika merasakan ada aura gelap yang menguar dari arah keduanya.

"Pake concealer ini, Bob," balas Tania polos seraya mengeluarkan penyamar luka yang telah dibelinya.

"Pokoknya, lo tenang aja. Kalau pake ini, dijamin, deh, Amel nggak akan bisa ngeliat luka lo," tambahnya. Beruntung, Tania tak menangkap maksud lain dari perkataan Bobi, berbeda dengan Sofi yang malah memutar bola matanya malas.

Bersamaan dengan itu, Ian sengaja merapatkan diri pada Bima yang juga mendapatkan perlakuan serupa dari kekasihnya. "Bim, kalau tau gini, sih, mending gue aja yang bonyok tadi," bisiknya, menahan kesal.

"Setuju," balas Bima tak kalah pelannya, tetapi penuh penekanan, "tau gitu gue korbanin aja, dah, muka gue yang tampan ini." Mendengar suara Sofi, keduanya terpaksa kembali mengamati pemandangan 'indah' tersebut.

"Nah, bener, tuh! Serahin aja sama kita, Bob," ujar Sofi, mengacungkan jempolnya.

Sesuai niatan awal, Tania dan Sofi bekerja sama untuk memoleskan concealer pada luka yang didapat Bobi. Baiklah, apakah mereka memang sengaja ingin menguji kesabaran Ian dan Bima? Bisa-bisanya, kedua gadis itu bersikap tak acuh dan memilih mengurusi Bobi.

"Ehmm ..., aduh, makasih, ya, lo berdua baik banget," Bobi berucap sambil melirik takut ke arah dua lelaki yang sedang menatapnya tajam dengan aura yang lebih menyeramkan.

"Tapi, kayaknya gue bisa sendiri, deh." Bobi tersenyum paksa, lantas beralih mengambil concealer yang dipegang Tania. "Kalau kalian yang olesin, bisa-bisa muka gue malah makin bonyok. Udah, nggak papa, Tan, Fi, gue olesin sendiri aja. Masalahnya, yang jadi taruhannya kali ini bukan cuma muka gue, tapi nyawa gue juga. Jadi, tolong kerja samanya."

Good boy, batin Ian dan Bima bersamaan. Sementara, Tania? Gadis itu hanya bisa mengerutkan dahi karena tak paham arti dari perkataan Bobi, lain halnya dengan Sofi yang mulai mengerti maksud tersirat di balik ucapan sang lelaki. Tak ayal, gadis berambut sebahu itu lekas menoleh ke arah sang kekasih. Cukup lama diamatinya Bima yang bersidekap dada sambil menatapnya kesal. Gawat, ucap Sofi dalam hati.

"Tan," panggil Sofi pelan.

Tania sudah balik menatapnya, Sofi lekas berniat melanjutkan ucapan. "Kayaknya ..., kita udah membangunkan macan yang lagi tidur."

"Hah? Maksudnya?" Lagi-lagi, Tania tak mengerti.

"Kita berada dalam masalah besar sekarang," ucap Sofi memberitahu.

"Jadi, ada baiknya kalau kamu ajak Ian pergi," tambahnya, memberi saran.

"Aku duluan, ya," pamit Sofi, masih berbisik.

Sengaja berdeham untuk mengatasi kepanikannya, Sofi berniat membawa Bima pergi dari sini. "Ehmm, ya, udah, Bob. Kalau gitu, biar gue sama Bima aja yang cariin kemeja buat lo." Tanpa ragu, Sofi lekas menarik Bima menjauh dari Bobi, Ian, dan Tania untuk sementara.

Berbeda kasusnya dengan Tania yang tidak peka, dengan terpaksa Ian sendiri yang langsung menarik sang kekasih pergi dari sana, meninggalkan Bobi sendirian. Tak heran, lelaki yang sedari tadi dicekik dengan energi negatif pun akhirnya bisa bernapas dengan lega. Untung mereka udah pada pergi. Kalau nggak, bisa habis gue, batinnya.

 Kalau nggak, bisa habis gue, batinnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bobi terancam wkwkwkwk🤣

Kira-kira, bakal ada pertengkaran sesama pasangan, nggak, nih?

Jangan lupa vote dan komen, guys!❤️

Dipublikasikan : 1 November 2022

Aku Sandaranmu ✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang