🪐 04 • Perkenalan Kaku 🪐

179 24 0
                                    

Suasana kembali netral, Sofi yang tidak mau Tania merasa terabaikan pun lekas memancingnya untuk ikut berbincang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana kembali netral, Sofi yang tidak mau Tania merasa terabaikan pun lekas memancingnya untuk ikut berbincang. "Eh, iya, Tan, kamu belum kenalan sama mereka, kan? Ya, mungkin kamu udah sering ngeliat Bima, secara dia memang sering bareng juga sama aku," Sofi beralih menunjuk Ian dan Bobi secara bergantian, "tapi, kalau sama duo burik ini, kamu pasti belum kenal, kan?"

"Buset, sembarangan aja, nih, si Sofi! Masa muka ganteng kayak Tom Holland gini dibilang burik?" Bobi beralih menatap Tania, lantas mengulurkan tangannya sambil cengengesan. "Kenalin, gue Bobi ..., panggil aja Sayang."

Tersenyum kikuk, Tania membalas uluran tangan Bobi tanpa menanggapi candaannya barusan. "Gue Tania, salam kenal."

"Astagadragon! Kenapa, ya? Nggak si Ian, nggak si Bobi, dua-duanya sama aja. Dasar buaya! Udah, sana, ke laut aja! Modus terus kerjaannya!" omel Bima.

"Yeee, sirik! Mentang-mentang udah punya Sofi, kawan sendiri malah diginiin," balas Bobi, tidak mau kalah. Sempat memantau gerakan menit yang akan terus berganti di layar ponselnya, lelaki itu memutuskan untuk segera pergi. "Ah, udah, lah, gue jadi bad mood, nih. Males gue sama lo semua." Pura-pura marah, Bobi sengaja menggebrak meja agar aktingnya terasa lebih nyata.

"Dih, sok keren banget lo berlagak begitu, Bob! Pergi, ya, pergi aja! Kalau bisa, jangan balik lagi!" pekik Bima kala Bobi mulai melangkah keluar dari Ruang Nyamuk.

Namun, tampaknya kepergian Bobi berhasil mengusik Tania. Mendekatkan tubuhnya ke arah Sofi, gadis dengan raut gelisah itu pun berbisik. "Fi, itu Bobi kenapa? Dia marah, ya? Kok, tiba-tiba pergi?" Bukan apa-apa, Tania hanya takut melakukan sesuatu yang menyinggung Bobi.

Tidak ingin Tania salah persepsi, Sofi lekas memberikan pengertian. "Oh, si Bobi memang udah bisa kayak gitu, Tan." Sofi tersenyum, lantas mengacungkan jempolnya, berniat menghapus kekhawatiran di benak sahabatnya. "Aman, kok."

Bima yang tak sengaja mendengar percakapan antara dua gadis yang berada di seberangnya pun ikut menambahkan. "Santai aja, Tan. Itu anak memang banyak drama, nggak usah terlalu ditanggapin."

Mengambil alih peran Bobi, kini Bima berusaha mencairkan suasana. "Kebetulan aja bakal ada kelas sebentar lagi ..., makanya si Bobi langsung buru-buru pergi. Mana banyak gaya lagi!" lanjutnya menjelaskan.

Wajar, Tania adalah orang baru di lingkaran pertemanan mereka. Bagi Bima, Ian, dan Sofi yang sering kali berkumpul bersama dengan Bobi, kejadian tersebut otomatis dinilai biasa, bahkan sudah kelewat biasa. Akan tetapi, bagi seorang gadis yang terpaksa mengikuti keinginan sahabatnya sekaligus keluar dari zona nyaman? Hal tersebut jelas menjadi tolok ukur bagaimana ia harus bersikap nantinya.

Merasa lega setelah mendengar penjelasan dari sepasang kekasih itu, Tania tersenyum maklum. Dan, tentu saja, pergerakan sang gadis tak luput dari pengawasan Ian. Bayangkan saja, ia memperhatikan semua detailnya, termasuk ketika Tania membentuk lengkungan manis di bibir hingga matanya sedikit menyipit.

Aku Sandaranmu ✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang