Akhir yang manis, under ring yang dilakukan Bima sukses menuntaskan pertandingan dengan skor kemenangan 88-67. Dengan ini, Fearless Five menjadi tim pertama yang memastikan diri melaju ke babak final. Ya, untuk sekarang, Ian dan kawan-kawan hanya perlu menunggu siapa lawan mereka nanti. Memilih bersantai sejenak di ruang istirahat khusus pemain, tak berselang lama, datanglah dua gadis cantik yang sepertinya berniat mencari pasangan masing-masing.
"Widih, selamat, selamat, Gengs," sambut Sofi seraya bertepuk tangan.
"Thank you, Sofi," ucap semua anggota tim FF serempak.
Menduga bahwa Tania sedang mencari Ian, Bima berinisiatif menginformasikan keberadaan sahabatnya itu. "Nyari Ian, kan? Dia lagi ngobrol sama Pak Raihan di luar tadi."
"Oh, gitu." Beralih melirik Sofi, Tania berniat pamit. "Ya, udah, Fi, aku mau liat ke depan dulu, ya." Berlari kecil, gadis itu keluar dari ruangan, mengedarkan pandangan untuk mencari sang kekasih.
Memilih jalur yang kebetulan melintasi ruang istirahat para anggota tim OC, Tania terus saja menengok ke kiri dan kanan secara bergantian tanpa menyadari keberadaan seorang lelaki dari arah berlawanan yang sedang menuju ke arahnya dengan kepala tertunduk. Ya, Tania fokus mencari, sementara lelaki di depannya sibuk bermain ponsel.
Brak. Benda pipih yang semula dipegang pihak lelaki mendadak jatuh akibat tabrakan yang terjadi, Tania buru-buru mengambilnya. Sedangkan, lelaki yang masih betah berdiri itu menatapnya geram, sudah siap mengucapkan sumpah serapah jika saja sang gadis tak mendongak, menampilkan paras ayunya.
"Aduh, maaf, ya, gue nggak sengaja." Raut wajah Tania berubah panik ketika menyadari bahwa layar ponsel milik seseorang yang ditabraknya tadi retak sebab tak dilindungi oleh tempered glass. Setelah sepintas mengamati kerusakannya, Tania lekas menyodorkan benda tersebut, berniat mengembalikan. "Ini handphone lo kayaknya rusak ..., tapi nanti pasti gue ganti, kok."
Bukannya marah, lelaki itu malah tak berkedip menatap Tania. Tak menghiraukan ucapan sang gadis, perlahan ia meraih gawainya kembali tanpa melepaskan pandangannya dari objek. "Lo ... Tania, kan?"
Heran, Tania refleks mengerutkan dahi, lalu membalas ragu. "Iya, gue Tania."
"Maaf, tapi lo siapa, ya? Apa kita pernah ketemu sebelumnya?" lanjutnya bertanya.
"Gue Billy." Lelaki itu mengulurkan tangan, tak lupa dengan senyum yang mengembang di wajahnya.
Tersenyum kikuk, Tania menjabat tangan lelaki itu. Ah, balasannya itu sama sekali tak menjawab pertanyaan. Namun, rasanya sungkan jika ia harus menanyakan ulang. Mulai risi dengan Billy yang tak kunjung melepaskan jabatan tangan mereka, lambat laun Tania bersuara juga. "Ehmm ..., maaf?"
Mengikuti arah pandang Tania, Billy sontak menjauhkan tangannya dari sang gadis. "Oh, iya, sorry, sorry." Jujur, lelaki itu agak terkejut ketika lawan bicaranya secara tidak langsung memberikan penolakan. Baiklah, apakah Tania tidak tahu bahwa Billy termasuk dalam jajaran lelaki populer di hampir seluruh perguruan tinggi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sandaranmu ✔️ [END]
RomanceSiapa yang tak membenci pengkhianatan? Lima tahun yang berujung duka nyatanya mengundang dendam. Memilih 'terlahir kembali' sebagai playboy, Drian menikmati kesehariannya dalam mencari mangsa. Sampai suatu hari, rasa segan untuk mendekat tiba-tiba m...