Tak sengaja berpapasan dengan Bima dan Sofi di pintu masuk kafe, Ian dan Tania sontak menghentikan langkah. Suasana hati Ian mendadak buruk, lelaki itu berniat menarik tangan sang kekasih jika saja tak ada suara yang menahannya.
"Tunggu, Ian," ucap Bima.
Melihat Ian yang tak jadi pergi, lelaki jangkung itu buru-buru menyatakan tujuannya. "Gue ... gue mau minta maaf soal kejadian kemaren. Sorry, Ian, gue kebawa emosi." Setelah memikirkan semua hal secara matang, Bima mulai menyadari kesalahannya. Sejak awal pun mestinya ia memercayai Ian, kan? "Gue sempet bilang kalau lo itu bukan lelaki yang baik, tapi sekarang gue sadar kalau gue juga bukan sahabat yang baik buat lo."
"Gue juga minta maaf, Ian, gue malah nuduh lo yang nggak-nggak. Setelah gue mikirin semuanya, ternyata banyak kejanggalan dari cerita Clara waktu itu. Dan, bodohnya gue adalah ... gue nggak ngedengerin lo dulu," tambah Sofi.
Mendengar pengakuan dari sepasang kekasih di hadapannya, Ian refleks menatap Tania, seakan-akan meminta jawaban. Dan, benar saja, ketika gadis itu mengangguk pelan seraya tersenyum kecil, Ian kembali menatap dua sejoli yang terbilang sangat dekat dengannya meskipun sempat terjadi kesalahpahaman di antara mereka tempo hari. "Nggak heran, sih ..., lo berdua, kan, otaknya memang miring, jadi mikirnya juga pasti yang aneh-aneh."
"Dan, lo." Ian menunjuk Bima. "Ogah banget gue maafin naga buntung kayak lo."
Tak terima, Bima sontak memelototi Ian. "Astagadragon, itu mulut minta disumpel apa, ya? Susah-susah gue minta maaf ..., eh, malah dihina! Ngaca, woi, Buaya Darat!"
Terkekeh, Ian puas sekali melihat wajah Bima yang semula kelewat serius berubah jengkel dalam sekejap. "Halah, gaya lo, Bim, sok-sok minta maaf." Mengulurkan tangannya, Ian berniat mengajak Bima untuk melakukan salam persahabatan. Ah, ia tahu betul jika bocah naga itu hanya salah paham. Tak masalah, Ian bisa mengerti posisi Bima.
Kini, keduanya berpelukan, pertanda bahwa masalah di antara mereka sudah sepenuhnya terhapus. Tak ayal, dua gadis yang menyaksikan langsung pun ikut terharu. Saling merangkul, Tania dan Sofi tersenyum tulus melihat kekasih mereka kembali akur. Apa pun yang terjadi, persahabatan tetap harus terjaga, kan?
Bermaksud menghabiskan waktu bersama, keempatnya beralih masuk ke dalam kafe. Namun, Sofi baru menyadari bahwa ponselnya tertinggal di mobil Bima. Alhasil, ia ditemani sang kekasih kembali ke mobil terlebih dahulu. Sementara itu, Ian sedang ke toilet, menyisakan Tania sendirian, hingga tak disangka Clara berkesempatan menjumpainya.
"Tania, gue tau lo ke sini bareng Ian. Ya, oke ..., mungkin gue nggak ngelarang dia jalan sama lo secara langsung, tapi gue cuma mau ngingetin aja supaya lo nggak terlalu deket sama cowok yang sebentar lagi bakal jadi suami orang," ucap Clara tanpa basa-basi.
Tak ada sahutan dari Tania, Clara menegaskan ulang. "Bisa inisiatif ngejauh, kan? Nggak harus nunggu lo yang dijauhin duluan. Apa perlu gue ingetin kalau lo, tuh, cuma tempat pelampiasannya Ian doang semenjak gue pergi. Dan, harusnya lo cukup tau kalau nggak ada lagi tempat buat lo di hatinya Ian. Apalagi, sekarang gue lagi mengandung anaknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sandaranmu ✔️ [END]
RomanceSiapa yang tak membenci pengkhianatan? Lima tahun yang berujung duka nyatanya mengundang dendam. Memilih 'terlahir kembali' sebagai playboy, Drian menikmati kesehariannya dalam mencari mangsa. Sampai suatu hari, rasa segan untuk mendekat tiba-tiba m...