🪐 61 • Strategi STP 🪐

42 5 0
                                    

Kaus putih polos dengan kemeja berwarna moka sebagai luaran menjadi busana yang dipilih Bobi untuk acara pentingnya yang akan berlangsung sesaat lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaus putih polos dengan kemeja berwarna moka sebagai luaran menjadi busana yang dipilih Bobi untuk acara pentingnya yang akan berlangsung sesaat lagi. Tak lagi menutupi kepala dengan topi khas miliknya, kini lelaki itu tampil dengan rambut yang disisir rapi. Namun, tak seperti biasa, Bobi tampak mengentakkan kakinya gelisah.

(Picture by Lazada)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Picture by Lazada)

"Wah," Bima menatap takjub ke arah sang sahabat, "kok, masih sama jeleknya, sih, Bob?"

"Asem lo, Bim!" Bobi sontak melototi Bima. Jangan heran, awalnya ia mengira bahwa sahabatnya itu berniat memuji.

Bima terkekeh melihat respons Bobi. Menyadari kegugupan sahabatnya, lelaki itu berniat menyemangati. "Awas aja kalau lo malu-maluin gue, ya, Bob. Gue yakin lo pasti berhasil, sih. Pokoknya, sikat!"

"Yang serius, loh, Bob. Hari ini adalah penentuan predikat duta jomblo lo bakal dicabut atau nggak," tambah Sofi.

"Aduh, ngomongnya jangan kayak gitu, dong. Gue tertekan, nih. Lo kira nembak cewek, tuh, gampang, apa?" keluh Bobi.

"Ya, susah, lah, apalagi kalau nembak cewek yang nggak peka," sela Ian yang baru saja datang bersama Tania dengan jari mereka yang saling bertautan. Bima dan Sofi yang mengerti makna di balik ucapan Ian itu pun tertawa pelan, sementara Tania—orang yang dimaksud Ian—sama sekali tak merasa tersindir. Ya, sesuai yang disebutkan tadi, memang dasar tidak peka!

"Tapi, justru karena itu, lo harus berusaha lebih keras lagi. Lo perjuangin dia, tunjukin kalau lo itu serius sama dia," sambung Ian.

"Tapi, seandainya dia nolak gue, gimana? Apa gue batalin aja, kali, ya?" ungkap Bobi, merasa tak siap. Tak ayal, Ian dan Bima melotot bersamaan.

"Enak banget, tuh, mulut nyerocos," sindir Ian, "lo pikir dari tadi kita nyiapin semuanya buat siapa, Kadal?"

"Iya, biasanya juga lo udah kebal ditolak, kan? Masa sekarang tiba-tiba mundur? Gila aja lo! Udah capek-capek gue keliling toko buat cari kemeja, masa iya batal?" Bima menyetujui ucapan Ian.

Aku Sandaranmu ✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang