🪐 30 • Definisi Manis 🪐

73 12 0
                                    

"Woi, Bob, itu si Ian memangnya ada urusan penting apa, sih? Keliatannya buru-buru banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Woi, Bob, itu si Ian memangnya ada urusan penting apa, sih? Keliatannya buru-buru banget. Game-nya aja sampe ditinggalin kayak gini," tanya Bima penasaran.

"Ya, menurut lo, ada urusan penting apa lagi selain Tania?" balas Bobi acuh tak acuh, masih kesal karena pause game yang menghambat kemenangannya.

Bima tersenyum geli. "Astagadragon, pantesan aja, tuh, orang langsung kabur. Ternyata ...."

"Ih, asik! Jadi, Tania udah dateng?!" pekik Sofi senang. "Ya, udah, deh, aku juga mau ikut ke depan, ah."

"Eits, nggak boleh." Bima mencekal pergelangan tangan sang kekasih, mencegah Sofi meninggalkan ruang tamu.

"Kamu harus temenin aku buat ngelawan kadal nggak seberapa ini," lanjutnya.

"Tapi—"

"Nanti juga Tania pasti ke sini, kok. Udah, kamu tenang aja," potong Bima.

Ah, benar juga. Mungkin, efek terlalu bersemangat, ia jadi terpicu untuk ikut menyambut kedatangan sang sahabat. Agak berlebihan memang, tetapi rasanya senang sekali ketika dapat menghabiskan waktu bersama dengan kekasih sekaligus sahabatnya. Apalagi, selama ini Tania cukup sulit diajak keluar. Lantas, bukankah sekarang adalah momen yang bagus?

Melihat Sofi yang tak sedikit pun beranjak dari tempatnya, Bima spontan tersenyum. Beralih melirik Bobi yang tampak sudah bersiap, ia pun lekas memberikan instruksi. "Oke, langsung play aja, Bob! Ya ..., itu pun kalau lo nggak takut kalah, sih."

Mendengar embel-embel yang menyebalkan, Bobi mulai 'panas'. "Siapa takut?" Diam-diam, lelaki itu menyeringai. Dalam hati, ia sudah memprediksi bahwa kemenangan pasti berada di tangannya. Bagaimana tidak, darah milik karakter Bima hanya tersisa setetes saja akibat Ian yang sebelumnya nyaris kalah di game tadi.

Dan, pas sekali, ketika tombol play ditekan, Bima spontan bereaksi. "Astagadragon, kenapa darah gue tinggal segini, woi?!" Meskipun panik, Bima tetap fokus menghindari serangan Bobi. "Buset, Ian, Ian ..., ngasih ke gue yang darahnya tinggal dikit. Kampret bener! Untung pilotnya jago." Ya, kekasih Sofi itu masih bisa menyelamatkan nyawanya. Terbukti, kemampuan Bima memang bukan sembarangan.

"Sialan," umpat Bobi, "hoki banget lo, Bim!"

"Enak aja, ini baru namanya skill, Bob! Darah sisa segini aja udah cukup buat ngalahin kadal kayak lo!" balas Bima, membanggakan dirinya.

Tak ayal, Sofi sampai terpukau. "Aaaaa, keren banget, Bim! Ayo, kamu pasti bisa!" Sofi beralih merogoh dua buah keripik kentang dari bungkusnya. "Aaa dulu mulutnya." Tentu saja, Bima langsung menerima dengan senang hati meskipun matanya masih tertuju pada layar.

Baiklah, Bobi juga masih berkonsentrasi penuh pada permainan. Namun, tetap saja pemandangan barusan itu menganggu sudut matanya. "WOI, bisa nggak, sih, pacarannya nggak usah di depan gue?!" Hebat sekali, dunia nyata maupun dunia game bisa kompak menyiksanya! "Gue, siapa yang nyuapin, coba?!"

Aku Sandaranmu ✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang