🪐 84 • Perban Pasangan 🪐

65 4 0
                                    

Terbangun dari tidur, Ian sudah jauh lebih baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terbangun dari tidur, Ian sudah jauh lebih baik. Lega rasanya, apalagi  energi pun telah terisi kembali. Tak sengaja mendapati adanya bronis cokelat almon yang dikemas dengan kotak mika di atas nakas, Ian lekas mendekat, lantas membaca tulisan indah yang tertera pada sticky note berwarna kuning.

"Harus dimakan."

Tersenyum tipis, Ian mengenal betul siapa pemilik tulisan tersebut. Melaksanakan perintah, ia beralih memakan keiknya dengan tenang. Butuh minum, lelaki itu sempat mengira bahwa air putih di gelasnya kosong. Namun, dugaannya sontak terpatahkan karena ternyata gelas itu justru terisi penuh. Ah, gadisnya itu memang sangat perhatian, kan? Tanpa sadar, Ian kembali menarik lemah kedua sudut bibirnya.

Setelah semua bronis berpindah ke perutnya, Ian beralih mengaktifkan ponsel, mengamati fotonya bersama dengan Tania saat berada di Pink Beach yang memang sengaja dijadikan wallpaper. Tak berhenti sampai di sana, Ian pun menekan tombol galeri guna melihat potret Tania yang sengaja diambilnya secara diam-diam. Wajah polosnya, paras cantiknya, raut malunya, dan semua ekspresi gadis itu sukses menghiasi galeri Ian yang sebelumnya cukup suram.

"Apa jadinya aku tanpa kamu, Tan?" gumam Ian.

Drttt. Belum puas memandangi foto Tania, Ian berniat meneruskan penjelajahannya di galeri jika saja  orang yang sedang ia pandangi tak mendadak menghubunginya saat ini. Tersenyum kecil, cukup lama Ian memandangi nama pemanggil yang tertera di layar ponsel sebelum pada akhirnya beralih menerima panggilan tersebut.

"Halo."

Ah, suara inilah yang selalu membuatnya tenang. Bukannya menjawab, tetapi Ian malah mengulum senyum.

"Halo, Ian? Kamu ada di sana, kan?"

Sapaan yang serupa, hanya saja kali ini nada suaranya terdengar lebih panik. Tak mau membuat gadisnya khawatir, Ian pun lekas membuka suara. "Iya, aku di sini, Tan."

"Ya, ampun, Ian. Kamu, tuh, habis dari mana? Kok, lama banget ngangkat teleponnya? Jangan-jangan kamu mukul kaca lagi, ya?"

Nada suara Tania terdengar makin cemas, Ian refleks tertawa pelan. "Nggak, Tan. Aku nggak mukul kaca lagi. Memang kenapa? Kamu khawatir sama aku, ya?"

"Ya, pasti, lah, Ian. Kamu enak-enakan ketawa, sedangkan aku udah mau jantungan. Aku takut kamu ngelukain diri kamu kayak tadi. Pokoknya, kamu nggak boleh gitu lagi, oke?"

"Siap, Nona Tania! Aku nggak akan kayak gitu lagi," balas Ian, menurut.

"Aku anggap itu sebagai janji kamu, Ian."

Hening sejenak sebelum Tania melanjutkan obrolan.

"Oh, iya, kamu udah makan bronis itu, kan? Kalau kamu sampe nggak makan, sih, pokoknya aku mau marah."

Ancaman yang sia-sia, faktanya Ian malah tertawa. "Mana ada yang kayak gitu? Lagian, memangnya kamu bisa marah?"

"Ini aku lagi marah, loh."

Aku Sandaranmu ✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang