Bisnis kecil Tania membuahkan profit yang lumayan, ia berniat mentraktir keempat temannya di Ruang Nyamuk. Ya, hitung-hitung merayakan secara sederhana karena tanpa bantuan mereka, usahanya pun tak akan mengalami kemajuan seperti sekarang.
Dari segi pengerjaan, mungkin memang Sofi yang sering kali membantunya. Namun, dari sisi saran, terkadang para lelaki juga turut menyumbangkan ide agar bisnisnya berkembang. Bukankah Tania sangat beruntung karena dikelilingi oleh lingkungan yang suportif?
Beberapa jam yang lalu, gadis itu baru selesai mentraktir Bima, Sofi, dan Bobi. Dan, seperti biasa, percakapan yang berpotensi menggelitik perut selalu saja terjadi. Jangan ditanya, perdebatan sudah pasti mendominasi obrolan mereka. Ada yang cukup tahu diri, tetapi ada pula yang kelewat tidak tahu diri dengan meminta sesuatu yang lebih.
"Aduh, Tan, padahal nggak usah," ucap Bobi, pura-pura menolak.
"Nggak papa, Bob, sesekali aja, kok," balas Tania, tersenyum kecil.
"Maksudnya nggak usah sesekali, Tan. Sering-seringin aja kayak gini, ya," timpal Bobi.
"Yeee, dikasih hati malah minta ampela!" celetuk Bima, merecok.
"Ya, gimana, ya? Namanya juga orang belum selesai ngomong," elak Bobi.
"Astagadragon, pantesan cewek nggak ada yang mau sama lo, soalnya dibaikin dikit langsung ngelunjak," sindir Bima.
"Sumpah, Bim ..., NGGAK NYAMBUNG!" Bobi refleks berdiri, lantas berteriak tepat di depan wajah Bima. Tak ayal, Tania dan Sofi terkekeh menyaksikannya.
Ketika bersama mereka, topik pembahasan tidak pernah habis karena dari hal yang remeh sampai hal yang penting sekalipun diladeni, bahkan kalau perlu dikupas tuntas. Tentu saja, Tania hanya berperan sebagai penyimak di sana karena ia tak punya keberanian untuk inisiatif berbicara maupun memberikan pendapatnya.
Dan, kini, hanya tersisa satu orang saja yang belum ia berikan hidangan gratis, yakni sosok yang belakangan ini menghindarinya. Ian, cukup lama Tania tak berjumpa dengan sang empunya nama tersebut. Namun, tak ada salahnya jika Tania menemui sang lelaki di tengah kesenangannya hari ini, kan? Bukankah berbagi kebahagiaan itu indah?
"Ehmm, Ian," panggil Tania ragu. Ia sengaja berdiri di hadapan Ian agar lelaki itu menyadari keberadaannya. Atau, lebih tepat dikatakan menganggap kehadirannya.
Sesuai dugaan, tidak ada balasan dari sang lelaki, masih sama seperti sebelumnya. Rasa canggung mulai menyelimuti, Tania lekas menyampaikan niatnya agar suasana menegangkan ini cepat berlalu. "Lo udah makan? Kalau belum, biar gue pesenin, ya." Gadis itu menawarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sandaranmu ✔️ [END]
RomanceSiapa yang tak membenci pengkhianatan? Lima tahun yang berujung duka nyatanya mengundang dendam. Memilih 'terlahir kembali' sebagai playboy, Drian menikmati kesehariannya dalam mencari mangsa. Sampai suatu hari, rasa segan untuk mendekat tiba-tiba m...