🪐 20 • Cuek 🪐

97 13 0
                                    

Melewati jalan menuju gedung FSRD dengan langkah ringan, wajah Ian berseri-seri layaknya bunga bermekaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melewati jalan menuju gedung FSRD dengan langkah ringan, wajah Ian berseri-seri layaknya bunga bermekaran. Baiklah, bohong kalau Ian bilang luka di sekujur tubuh, terutama di wajahnya sudah sembuh. Namun, entah bagaimana semua rasa sakit yang dialami raganya tergantikan oleh rasa lega yang sebenarnya sudah lama ia nantikan.

Lelaki itu mengedarkan pandangan, mencari-cari keberadaan gadis berambut hitam panjang yang kerap kali berkeliaran di kepalanya. Susah payah Ian mendapatkan informasi dari Sofi terkait jadwal kuliah Tania. Dan, sekarang, ia masih harus berusaha menemukan sosok yang sulit terdeteksi itu.

Nekat masuk ke dalam gedung yang sebelumnya tak pernah ia jelajahi, Ian mengabaikan tatapan memuja dari para gadis yang dilewatinya. Di luar dugaan, bahkan ada seseorang yang berani menghalangi jalannya.

"Hai, lo Ian, kan? tanya Ava malu-malu.

Ian terdiam, menilik sang gadis dari ujung kepala sampai ujung kaki. Jujur, rambut curly sepinggang dengan tubuh rampingnya itu memang terlihat cantik. Namun, ia sama sekali tak tertarik untuk menggodanya.

"Mau kenalan, dong," lanjutnya memberikan permintaan, "gue Ava."

Agak malas menanggapi, sang pangeran kampus lekas balik menyapa singkat. "Gue Ian." Sebelum Ava menghujaninya dengan sejumlah topik tak penting, Ian buru-buru menyambung ucapannya. "Maaf, gue lagi buru-buru, nih. Gue cabut duluan, ya." Berjalan cepat meninggalkan Ava sendirian dengan ekspresi yang tidak terkontrol, Ian lebih berfokus pada tujuan utamanya sekarang.

Tak ayal, Ava spontan menarik temannya yang sedari tadi memperhatikan dari jauh. "Cha, kok, responsnya gitu doang, sih? Lo bohongin gue, ya? Katanya, Ian itu romantis. Mana? Baru pertemuan pertama aja udah awkward. Gue jadi malu, tau nggak? Udah, lah, lo nggak usah saranin hal-hal yang aneh lagi."

Acha tersenyum kikuk, menggaruk kepalanya dengan jari telunjuk. "Y-ya, gue juga nggak tau kalau jadinya bakal kayak gini, Va. Sejak kapan Ian jadi agak cuek gitu, ya?" Acha mengingat kembali momen manisnya bersama Ian walaupun hanya sesaat. "Gue aja pernah dibeliin baju mahal sama dia, aaaaa, rasanya mau mati."

"Hah, serius? Lo beruntung banget, sih, Cha! Gue, kan, pengen juga. Apa gue ini memang kurang cantik, ya?" rengek Ava sambil memegang kedua pipinya.

Di sisi lain, Ian yang tengah menyensor setiap ruangan di gedung FSRD pun mulai kehabisan akal untuk mencari Tania. Napasnya terengah-engah, ditambah dengan peluh yang membasahi kening akibat dirinya yang belum berhenti berlari sejak tadi. Hampir saja lelaki itu menyerah jika ucapan penting Sofi tak singgah di benaknya.

"Ya, gimana, ya ..., pesen gue, sih, jangan harap lo bisa nemuin Tania di sini karena dia nggak suka ada di tempat rame."

Tanpa pikir panjang, Ian lekas melanjutkan pencarian ke tempat-tempat sepi. Menengok ke kiri dan kanan secara bergantian, lelaki itu tak ingin meloloskan satu tempat pun. Hingga pada saat Ian berhasil sampai di lorong yang paling ujung, ia melihat jelas sosok gadis yang sedang menunduk, bergelut dengan laptop.

Aku Sandaranmu ✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang