🪐 15 • Dari Nol 🪐

92 15 0
                                    

Berjongkok, Tania menyamakan tinggi tubuhnya dengan Ian yang sedang duduk tak berdaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berjongkok, Tania menyamakan tinggi tubuhnya dengan Ian yang sedang duduk tak berdaya. Sang pangeran kampus masih belum menjawab pertanyaannya, Tania berinisiatif langsung mengatakan tujuannya saja. Tanpa suara, ia menyodorkan es batu yang telah dibungkus kain itu ke hadapan Ian.

Tersenyum kecil, Ian menerima benda yang diberikan Tania. "Makasih." Lelaki itu lantas mengarahkan kainnya ke arah pipi terlebih dahulu, mengompres luka yang dirasa paling nyeri. Menahan malu, Ian tampak lebih banyak diam meskipun sesekali refleks meringis.

Namun, Ian tak kuasa mengukir senyumnya tatkala melihat Tania yang ikut-ikutan meringis juga. "Lo kenapa? Kan, gue yang sakit." Tertawa pelan, Ian dengan mudah terhibur hanya karena melihat ekspresi Tania.

Gadis itu menggeleng. "Gue ngilu aja pas ngeliatnya."

"Ternyata, lo kuat banget, ya," lanjutnya berkomentar.

"Nggak juga, Tan. Justru gue yang terlalu lemah karena ... baru nahan segini aja gue udah nggak mampu." Ian tersenyum masam.

"Lemah apanya? Tadi itu lo digebukin sama empat puluh orang, loh. Kalau gue jadi lo, kayaknya gue udah masuk rumah sakit sekarang," ucap Tania.

Tersentak, Ian tidak menyangka kalau Tania memperhatikannya sejak tadi. "Lo ... ngeliat semuanya?"

Tidak ada balasan, Ian mulai berprasangka buruk. "Mungkin, sekarang lo mau ketawain gue, kan?"

Sontak saja Tania menggeleng, berniat membantah. "Lo kira ini lucu? Nggak sama sekali."

"Apanya yang lucu pas ngeliat orang dikeroyok, coba?" tambah gadis itu, berucap apa adanya, beralih turut mendudukkan dirinya di samping most wanted Universitas Hariku.

Ian kembali membisu, berniat menghemat tenaga. Gengsinya mulai terkikis saat mengetahui bahwa Tania tak sedikit pun berniat mengejeknya. Merasa diamati, Ian spontan memalingkan wajahnya ke arah sumber pengusik hingga ia mendapati sang gadis yang tengah menatapnya iba.

Bukannya tersinggung, Ian malah mendengkus geli. "Lo kenapa? Kok, ngeliatin gue kayak gitu?" Kini, lelaki itu sadar bahwa semua hal yang dilakukan Tania akan selalu menyita perhatiannya.

Tania mengunci mulut selama beberapa saat, mengumpulkan keberanian untuk menyuarakan rasa ingin tahunya. "Kenapa lo sampe nekat kayak gitu?"

"Karena gue yang salah di sini," ungkap Ian, "kalau kata orang, tuh, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali."

"Dan, seperti kata lo, gue nggak mungkin jadi playboy sampe kakek-kakek juga, kan? Makanya, gue mau banyak-banyakin introspeksi dari sekarang," sambungnya.

Salah pengertian, Tania yang mengira bahwa Ian mendatangi para mantan akibat dorongan ataupun motivasi darinya pun lekas memberikan klarifikasi. "Eh, tapi maksud omongan gue itu ... gue nggak maksa lo buat kayak gini, Ian. Waktu itu, gue cuma bercanda, deh, beneran, gue nggak bermaksud nyindir."

Aku Sandaranmu ✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang