🪐 17 • Bisnis Pakaian 🪐

90 14 0
                                    

"Makasih, Ian," ucap Tania pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makasih, Ian," ucap Tania pelan.

Ian mengangguk, lantas memperhatikan Tania dalam diam. Sungguh perjalanan yang cukup menegangkan, lelaki itu tak menampik bahwa dirinya sempat gugup. Dan, sekarang, suasananya jadi sedikit canggung, terlihat dari Tania yang menghindari kontak mata dengannya. Bermula dari permintaan tak terduga sang gadis, Ian pertama kali merasakan sensasi langka.

Tania berkedip beberapa kali, menyensor motor keren dengan dudukan tinggi yang tampak mencolok. Namun, saat Ian memintanya untuk segera naik, Tania mendadak bingung. Ya, mau tidak mau, ia butuh tumpuan untuk menjangkau area itu. "Maaf, ya." Dengan berat hati, Tania menjadikan bahu Ian sebagai tunjangan.

Sayang sekali, masalahnya tak berhenti sampai di sana. Selain karena tak terbiasa dengan posisi duduk yang tinggi, Tania harus menjaga cara duduknya pula. Tak ayal, gadis itu sedikit memundurkan tubuhnya—menjaga jarak dari Ian yang duduk di depannya.

Resah, mata sang gadis bergerak gelisah. Ya, sebelum Ian melajukan motornya, Tania harus melakukan sesuatu. Sampai akhirnya, gadis itu mengumpulkan keberanian untuk bertanya demi keselamatannya sebagai penumpang. "Ehmm, Ian ..., apa gue boleh pegang bahu lo?" Tania berusaha meminta izin meskipun nada suaranya penuh dengan keraguan. "Motor lo tinggi banget, gue takut jatuh." Gadis itu berniat menjelaskan agar Ian tak salah paham.

"Boleh, lah. Jangan sungkan sama gue ..., oke?" balas Ian santai.

Lain di mulut, lain juga di hati. Di depan Tania, Ian memang tampak biasa saja, padahal jantung mengatakan hal yang sebaliknya. Kalau perempuan lain yang ada di posisi Tania saat ini, mungkin saja mereka akan langsung memeluk pinggangnya tanpa perlu bertanya dan berpikir panjang.

Hingga pada saat kedua tangan Tania mendarat sempurna di bahunya, Ian seolah-olah merasakan sensasi geli yang cukup menganggu konsentrasi, tetapi tak ingin ia singkirkan. Jujur, lelaki itu sudah terlalu sering dipeluk banyak gadis. Namun, mengapa perkara Tania yang menyentuh bahunya saja bisa menimbulkan rasa yang berbeda?

Menyadari Ian yang tak kunjung menjalankan kendaraan roda duanya, Tania mengira bahwa lelaki itu tergganggu dengan permintaannya. "Ian, lo nggak papa, kan? Sorry, ya, kalau ... ini bikin lo nggak nyaman."

"Oh, i-iya, Tan, nggak papa, kok, santai aja." Ian sedikit menoleh ke arah Tania yang berada di belakangnya. "Kita jalan sekarang, ya, ini gue pelan-pelan, kok."

Berdeham untuk mengisi kesunyian, Ian sengaja mengalihkan topik. "Kayaknya, lo baru pertama kali naik motor sport, ya, Tan?"

Setelah mendapat anggukan dari Tania, lelaki itu kembali melanjutkan kalimatnya. "Gimana rasanya?"

"Ehmm, pegel," ungkap Tania jujur.

Aku Sandaranmu ✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang