Jarang bertemu, kini Ian dan Tania sengaja meluangkan waktu untuk bertatap muka di Ruang Nyamuk. Tak sempat memikirkan tempat, mengingat dari pihak gadisnya memang sedang super sibuk, akhirnya mereka menjatuhkan pilihan pada foodcourt yang tak jauh dari kampus. Namun, karena Tania yang kelelahan, entah bagaimana, gadis itu tiba-tiba terlelap di pundak Ian. Padahal, mereka baru mengobrol sebentar.
Tak apa, Ian sangat memahami keadaan kekasihnya. DKV semester 3 memang cukup menyiksa, terbukti Tania sering kali dijajal dengan segudang tugas, baik individu ataupun kelompok. Tersenyum sendu, sebenarnya Ian kasihan melihat Tania yang tak bisa jauh dari laptop. Bagaimana tidak, komputer pribadi yang berukuran agak kecil tersebut sangat diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
Kompak, baik laptop maupun sang pemilik, keduanya sama-sama sedang beristirahat. Beberapa saat setelah Tania tertidur, Ian sebagai orang pertama yang menyadari bahwa baterai laptop Tania melemah pun langsung berinisiatif mengisi ulang dayanya dengan menancapkan steker ke stop kontak.
Ah, salah satu hal yang disukainya dari area pojok, yakni tersedianya lubang aliran listrik. Dengan hati-hati, ia berusaha melakukannya dengan satu tangan agar bahu yang menjadi tumpuan kepala Tania tak menimbulkan pergerakan. Namun, di saat Ian telah bersusah payah membatasi gerakannya, tiba-tiba saja ada rombongan tak diundang yang hendak menuju kemari, tak lupa dengan suara yang cukup keras itu.
"Woi, Ian! Udah di sini aja—"
"Ssttt." Ian sengaja meletakkan jari telunjuknya di depan bibir, memotong ucapan Bobi barusan sekaligus sebagai tanda agar teman-temannya yang lain mau mengunci mulut. "Jangan diganggu," ucapnya pelan.
"Astagadragon, kita, tuh, baru dateng, loh, tapi malah disuruh di—" Lagi-lagi, Bima juga tak bisa menuntaskan kalimatnya akibat melihat Ian yang sudah bersiap melemparnya dengan gelas kaca.
"Sampe nanti Tania bangun, gelas ini udah bisa dipastikan melayang," ancam lelaki berambut messy itu.
"Udah, Bim, kasian Tania." Sofi sependapat dengan Ian. "Akhir-akhir ini, DKV memang lagi banyak tugas. Kepala aku juga sampe sakit, nih, ngejar deadline terus," keluh Sofi.
Setelah ketiga pendatang baru itu menempati posisi masing-masing, Bima kembali membuka suara—kali ini dengan nada suara yang lebih pelan. "Memangnya, ada tugas apaan lagi, sih? Perasaan nggak kelar-kelar."
"Makanya, mending kamu cobain, deh, satu hari aja jadi anak DKV. Aku jamin kepala kamu berasap, Bim," ungkap Sofi.
"Inspirasi, tuh, harus ada terus, nggak boleh buntu," lanjutnya.
"Tapi, kok, kamu nggak bawa laptop, sih? Memang, tugasnya udah selesai? Katanya, tadi banyak." Bima berniat menjaili. "Oh, atau jangan-jangan ..., kamu joki tugas, ya?"
"SEM—" Baru saja Sofi ingin berteriak jika ia tak mengingat Tania yang masih betah terpejam, mengistirahatkan raga. Beralih menurunkan nada suara, gadis itu tetap menunjukkan reaksi kesalnya. "Sembarangan aja kalau ngomong. Maaf, ya, joki hanya untuk orang lemah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sandaranmu ✔️ [END]
RomanceSiapa yang tak membenci pengkhianatan? Lima tahun yang berujung duka nyatanya mengundang dendam. Memilih 'terlahir kembali' sebagai playboy, Drian menikmati kesehariannya dalam mencari mangsa. Sampai suatu hari, rasa segan untuk mendekat tiba-tiba m...