Pikirannya melanglang buana, Bima tampak merenung dengan posisi tangannya yang dilipat ke depan dada. Perkataan Ian di Ruang Nyamuk tadi sukses mengusiknya, Bima berpikir keras. Keningnya acap kali mengernyit, menerka sesuatu yang tidak pasti.
"Iya, sesuatu terjadi."
Memangnya, apa yang terjadi? Ian sama sekali tak berniat memberitahu, jadi bagaimana cara Bima menemukan petunjuk? Baiklah, untuk mencari harta karun saja seseorang bergantung pada peta. Akan tetapi, untuk menebak peristiwa yang menimpa manusia? Tidak ada teori pasti ataupun alat bantu lain, semuanya abu-abu! Gelisah, lelaki itu hanya tak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada sahabatnya.
"Bimaaa!" seru Sofi tiba-tiba.
Terperanjat, Bima seolah-olah kembali tertarik ke dunia nyata setelah sebelumnya terjebak dalam labirin pikiran. Melihat sang kekasih yang mengerucutkan bibir, lelaki itu refleks bersuara. "Eh, kamu udah bubar kelas, Fi?"
"Udah, dari tadi," ucap Sofi setengah kesal.
Tidak ada balasan lagi dari Bima, Sofi memicing curiga padanya. "Bim!" panggilnya sekali lagi.
"Hah? Iya, kenapa?"
Niat Sofi untuk mengajaknya pulang langsung lenyap kala mendapati Bima yang masih bengong. "Kamu, tuh, kenapa, sih? Aku perhatiin dari tadi kamu ngelamun terus." Sofi menurunkan nada bicaranya, sedikit khawatir. "Is there something wrong?"
"Ah, sorry, ya, Fi, aku cuma ... lagi kepikiran sama Ian aja," balas Bima yang kemudian disusul dengan helaan napas, "hari ini dia keliatan aneh banget."
"Ian?" gumam Sofi.
"Maksud kamu, Ian aneh gimana?" lanjutnya bertanya keheranan.
"Dia, tuh, kayak—ah, susah aku jelasinnya, Fi," ucap Bima, "tapi intinya dia itu kayak beda aja."
"Kamu tau, kan, Ian suka banget manfaatin waktu luangnya buat nyari cewek?" sambungnya.
Setelah mendapatkan anggukan dari Sofi, Bima menerus kalimatnya. "Tapi, hari ini dia nggak lakuin kebiasaan itu, Fi."
"Lah? Bukannya malah bagus, ya, kalau Ian udah nggak ngedeketin cewek-cewek lagi? Harusnya kamu seneng, dong!" timpal Sofi.
"Ya, bukannya aku nggak seneng kalau Ian berubah, tapi inget ... penyebab dia berubah juga ada dua, Fi. Antara dia memang bener bener tobat atau ...." Bima menggantungkan ucapannya.
"Atau apa?"
"Atau dia dikecewakan untuk yang kedua kalinya ..., itu yang aku takutin," ungkap Bima.
Sofi terdiam, tidak pernah berpikir sampai ke sana. Hingga beberapa detik kemudian, gadis itu tiba-tiba melebarkan mata. "Ya, ampun, aku baru inget, Bim! Bukannya Ian habis nembak Teresa kemaren? Gimana kalau ternyata dia ditolak?"
"Hah? Nggak mungkin, lah. Setau aku, Ian, tuh, nggak pernah ditolak. Nggak ada satu pun cewek yang nolak dia," Bima menegaskan, belum percaya dengan asumsi sang kekasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sandaranmu ✔️ [END]
RomanceSiapa yang tak membenci pengkhianatan? Lima tahun yang berujung duka nyatanya mengundang dendam. Memilih 'terlahir kembali' sebagai playboy, Drian menikmati kesehariannya dalam mencari mangsa. Sampai suatu hari, rasa segan untuk mendekat tiba-tiba m...