A Little Story

69 16 29
                                    

Setelah Dion membersihkan badannya, ia mengenakan pakaian yang tadi di berikan oleh Joe. Bajunya seperti piyama, berwarna putih berkancing. Tidak ada corak apapun di kainnya. Yah, selama mandi ia hanya menggerutu karena tidak ada sabun maupun sikat gigi. Ia hanya mengguyur tubuhnya dengan hangatnya air. Walaupun begitu ia harus bersyukur kalau airnya hangat.

Jujur, tempat ini punya segalanya. Makanan, minuman, senjata, tempat tinggal serta air hangat. Itu yang paling utama dari segalanya.

Ia keluar dari kamar mandi. Melewati orang-orang yang sudah menunggunya untuk selesai. Bahunya terkalung kain putih yang di gunakannya untuk mengeringkan badannya. Sejujurnya ini seperti kain polyster. Yah, mungkin tidak ada handuk yang mereka dapatkan di dalam box itu.

Ia melempar dirinya ke atas ranjang. Pikirannya mengambang, bayang-bayang kehidupan yang ingin di jalaninya terlintas. Ia bertanya-tanya, apakah ia akan terjebak di sini selamanya? Walaupun tempat ini punya segalanya, ia tetap merindukan realitas utamanya. Ia masih ingin menonton film anime kesukaannya yang akan di angkat menjadi layar lebar. Ia juga ingin pergi ke Jepang, bertemu dengan para cosplayer yang cantik dan memakan mi ramen. Di tambah ada gadis Jepang cantik yang mungkin menjadi jodohnya. Lucunya lagi ia harus terjebak di dalam sini untuk selamanya, mungkin?

"Ayo kita ke restoran untuk makan." Dion terperanjat dan bangkit. Ia menatap Joe yang sudah berdiri di ambang tirai. "Maaf aku mengejutkanmu, tapi aku akan mengajakmu untuk makan bersama gadis itu."

Dion mengangguk. Ia menaruh jam tangannya di atas nakas. Ah, jam tangan murah, siapa yang hendak mengambilnya? Tangannya dengan sigap memakai sepatu yang telah di keringkannya tadi. Di tempat ini siapa yang akan menyediakan alas kaki? Apakah yakin untuk keluar dengan kaki telanjang?

Entahlah, apakah ia sadar atau tidak kalau jarum panjangnya berpindah di angka 10.

Seperti biasanya, Dara akan menempel pada Dion. Gadis itu sudah terlihat rapi dan bersih dari sebelumnya. Pakaiannya sama seperti di kenakannya. Apakah tidak ada model lain yang tersedia? Padahal ia melihat kalau di dalam box ada banyak pakaian walaupun sudah usang. Dion memperhatikan gadis itu, ia bersenandung dan berjalan dengan gaya yang tidak biasa. Itu sengaja, ingat.

Dara memang cantik, sangat. Tapi ia tidak termasuk tipe Dion. Dion ingin gadis seperti karakter anime. Imut, lucu, dan serba bisa. Khususnya terbang, merayap dan bernyanyi seperti shiren. Hidup hanya sekali, jadi kita harus bisa memiliki standar yang tinggi.

"Kita sudah sampai."

Langkah Dion perlahan berhenti. Wah! Ini lebih dari dugaannya. Sebuah tempat makan besar di area seperti ini. Terlihat sangat bersih walau banyak air menggenang. Kursi dan meja buatan sendiri dari kayu box tertata sangat rapi. Mereka sangat pandai memanfaatkan segala sesuatu yang di temukan untuk menjadikannya hasil yang berguna.

Mereka mengarah ke salah satu kursi. Ada menu yang di tuliskan dengan tangan sudah tertata di meja. Banyak sekali pilihannya. Ayam, sapi, sayur, kue, jus, dan lainnya. Wah, perut Dion semakin terkoyak hebat meminta asupan.

"Silahkan pilih apa yang kalian mau dan sebanyak yang kalian bisa. Juru masak kami sangat banyak dan sudah terlatih," suruh Joe tersenyum.

"Maaf sebelumnya, aku nggak bawa uang. Kalau hutang nggak apa-apa, kan? Aku bayarnya kalau udah keluar nanti," pinta Dara memohon.

Joe tertawa kencang, sampai semua orang yang ada di sana menatap mereka. "Kamu lucu sekali. Perlu di ingat, nak. Kami menyediakan ini secara gratis. Jadi pilih lah sesuka hatimu."

"Walau banyak sekalipun?" tanya Dara memastikan.

"Sebanyak-banyaknya." tutur Joe meyakinkan.

Dara tersenyum lebar, ia langsung mengangkat tangannya memanggil salah satu pelayan. "Aku mau tiga piring ayam pedas, satu mangkuk mie udon, dan dua jus strawberry."

DOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang