Tubuhnya terkapar di tanah. Ia mengerang pelan. Hilang timbul gambar yang di hasilkan netranya. Dimana dia? Ia menatap takut luka-luka di tangannya. Apa yang terjadi? Tangannya bergetar hebat. Kepalanya menengadah, memperhatikan secara seksama tempat di hadapannya. Warna hitam semerbak mengitarinya. Tunggu, apa itu? Matanya memicing, memperhatikan cahaya merah berisi pintu di ujung terowongan.
Tubuhnya di paksa bangkit. Ia mengerang kembali. Rasa sakit yang di rasakannya semakin hebat kala badannya di paksakan untuk bergerak. Lalu apa? Apakah dirinya harus tergeletak tak berdaya di sini? Ia ingin keluar. Ia tak tau bagaimana bisa dirinya sampai di sini. Semuanya aneh, gelap dan lembab. Tempat apa ini?
Kakinya yang gemetar di paksakan untuk bangkit, menyeretkan tubuhnya yang lemas untuk mendekati pintu di ujung. Ayolah, bergerak! Rasa sakit yang ia tahan, luka di tubuhnya terus bergesekan. Ia tau, pasti ada banyak darah yang mengalir dari lukanya.
Tubuhnya tersungkur di atas tanah. Untuk kesekian kalinya, ia tak mampu bangkit. Napasnya semakin menipis. Ia sudah mulai merasakan detak jantungnya yang melemah. Apakah ia akan mati sekarang? Ia tidak mau mati seperti ini.
∞
Mata Dion menatap serius benda yang di pegang Bruce. Pria itu sibuk sekali merubah bentuk peluru yang di dapatkannya saat berburu tadi. Dion mengambil salah satu yang telah selesai di buat. Bentuknya lebih panjang dan tajam. Jadi, ini peluru yang di ucapkan Bruce tadi? Pria itu hanya mengubah bentuknya lebih tajam lagi. Di tambah memberikan cairan asam pada ujungnya. Dion tidak tau apa khasiat dari peluru buatan Bruce.
Yah, kini dirinya harus bermalam lagi di dalam garasi. Bersama dua orang yang tiada habisnya bertengkar hanya karena hal sepele. Bertemankan cahaya lilin, mereka bertiga duduk melingkar mempersiapkan senjata yang akan di gunakan selama perjalanan. Mereka sudah membagi tugas sebelumnya. Dara dan Wendy sudah mulai menyiapkan perbekalan. Sementara sisanya akan mengurus persenjataan.
"Bagaimana? Bagus tidak? Ini kalau sekali tembak, langsung tumbang." Bruce memperagakan gaya menembaknya ke arah pintu garasi.
"Kalau belum lihat hasilnya, belum percaya." Pietro membalasnya. Pria itu sibuk mengisi kain pada beberapa botol kaca. Tangannya menjulurkan bom molotov buatannya di depan wajah Bruce, "ini baru namanya senjata. Terbukti sangat ampuh dan tidak merepotkan."
Ekspresi Bruce berubah jijik, "cih, apa spesialnya dari benda itu? Lihat ini, tidak perlu menyalakan api, hanya menarik pelatuk sudah pasti mati."
Dion menatap malas perdebatan kedua pria itu. Ia tidak habis pikir, hanya karena senjata saja mereka bisa beradu mulut. Dalam pikirannya, hanya menginginkan mereka sekali-kali saling baku hantam. Atau perlu saling menyerang dengan senjata mereka. Bukankah itu menarik ketimbang menonton mereka berdebat?
"Hey, paman. Bagaimana caramu bisa dekat dengan Wendy? Aku lihat tadi dia sangat khawatir denganmu," celetuk Pietro tiba-tiba.
Bruce mengerutkan keningnya, "maksudmu? Memang terlihat aneh kalau aku dekat dengannya?"
"Tidak, tidak. Aku juga ingin dekat dengannya. Selama bertemu sampai sekarang gadis itu tidak berbicara denganku," ucap Pietro.
"Dia juga memilih kalau ingin dekat dengan laki-laki. Aku ini sudah terlahir tampan, wajar saja dia dekat denganku. Kalau kamu? Ckck, kucing saja tidak mau dekat denganmu," hina Bruce menggelengkan kepalanya.
Mata Pietro membesar, "sial! Walaupun begini aku juga pernah pacaran. Bahkan rupaku dengan paman juga lebih baik aku."
Dan lagi, Dion menghela berat sambil kembali mencelupkan kain ke dalam botol. Ia sebenarnya ingin pergi, tapi rasanya sulit sekali karena semua orang sedang sibuk bersiap untuk pergi. Apakah ia harus bergabung di antara gadis-gadis itu? Tidak. Ia sudah tau kalau keadaan di sana akan lebih parah dari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOME
Mystery / ThrillerUsai mendapatkan surat misterius yang tergantung di depan rumahnya, Dion terjebak di sebuah dimensi lain yang tidak berujung. Dirinya di paksa untuk menyelesaikan setiap level dengan selamat. Dimana di setiap level ada banyak sekali makhluk kejam ya...