Akhir

35 11 0
                                    

Dion cepat-cepat berlari menarik Dara. Makhluk itu hampir menggapai bajunya. Sedikit lagi, kainnya terangkat sedikit namun berhasil terlepas. Satu detik saja ia terlambat, Dion sudah menjadi boneka sambung makhluk itu.

Ia tidak bisa membayangkan bagaimana tubuhnya berhasil terangkat nanti. Rasanya gambaran kematian sudah terputar di kepalanya.

Lampu menyala, gotcha! Dion menemukan pintu itu tak jauh darinya. Ia juga melihat nenek yang di selamatkannya tadi sedang melambai ke arahnya. Langkahnya berpacu dalam kecepatan tinggi, tangannya sedikit lagi akan menggapai daun pintu. Ia langsung menarik kenop pintu dan menyuruh Dara dan nenek itu masuk secepatnya.

"DEV!" panggil Dion menatap pria yang semakin dekat dengannya. Terlihat pria itu berlari sekuat tenaga menghampirinya. Di belakangnya Big baby sedang merangkak sambil terus menggapai tubuh Dev.

Ayolah, Dev! Sedikit lagi!

Pria itu mengacungkan jempolnya. Ia menoleh ke arah makhluk itu. Wajah Big Baby sudah merah padam. Terlihat sekali kemarahan yang mencuat dari matanya. Mungkin Dev terus mengejeknya hingga membuat makhluk itu mengamuk.

"SELAMAT TINGGAL, KIDS!"

Tubuh Dev terjerembab. Ia tak sengaja tersandung sebuah mayat seseorang. Ia berusaha bangkit secepatnya. Rasanya dada Dev sakit sekali akibat detak jantungnya sangat kuat. Dion panik dan hendak menghampirinya. Namun terlambat, makhluk itu lebih dulu menarik kaki Dev. Tubuh pria itu terseret di atas genangan darah. Tangannya terus mencakar-cakar lantai guna menahan tarikan dari big baby. Kuku-kuku jari Dev sampai terkelupas dan meninggalkan dagingnya yang menganga karena bergesekkan dengan kala ia mencoba menahan dirinya.

"DION, TOLONG AKU!" pekik Dev histeris. Dion menarik lengan pria itu, darah jari Dev membasahi lengannya. Tenaganya tidak terlalu bisa menandingi Big Baby. Ini seperti melepaskan sebuah makanan dari seekor gajah. Tubuhnya sedikit demi sedikit terangkat naik bersama Dev.

Pilihannya hanya satu, membiarkan Dev di tangkap oleh makhluk itu, atau dirinya akan ikut menjadi mainan Big Baby. Itu pilihan yang sulit, Dion tidak ingin kehilangan temannya. Tidak ingin!

"Lepaskan," lirih Dev pelan.

Dion tercengang, laki-laki itu menggeleng cepat, "memberontaklah cepat!"

Dev menggeleng, ia mencoba melepaskan lengan Dion. Dion semakin kuat mencengkeram lengan besar Dev.

"APA YANG KAMU LAKUKAN?!" hardik Dion emosi kala Dev terus saja mengendurkan tangannya.

"Diam, bodoh! Kamu tidak boleh ikut mati," cecar Dev.

Sedikit demi sedikit tangan Dion merosot turun. Dev tersenyum, "tetap hidup, Dion. Titipkan salamku pada Dara, kalau aku akan bertemu dengan Luna."

Tubuh Dion terjatuh. Matanya masih menangkap senyum tulus Dev sebelum detik-detik terakhirnya. Ia masih tak mampu berkata-kata. Pria itu berteriak kesakitan kala Big Baby merenggangkan pahanya. Terdengar suara retakkan pada tulang bawah Dev, selangkangan pria itu menganga dengan darah yang mulai mengalir.

"AK-KHHHH!" pekik Dev mengelijang kesakitan.

Tubuh Dev pucat sekali, pria itu masih memekik kesakitan. Robekan menganga sudah mulai menuju perutnya. Dengan sekali tarikan, tubuh Dev terbelah menjadi dua. Organ-organ tubuh pria itu terurai dan berserakan di atas lantai. Tubuhnya terkulai lemas di genggaman Big baby. 

Napas Dion memburu cepat. Jantungnya seperti kereta api, berderu tanpa henti. Reka adegan kematian yang sama kembali berputar di kepalanya. Seakan itu seperti loop yang tiada hentinya. Tubuhnya gemetar ketakutan dengan mata yang masih terpaku pada mayat Dev.

DOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang