Jebakan

48 11 4
                                    

Napasnya berderu sangat cepat, matanya menyalak tajam menatap tiga makhluk mengerikan di depannya. Tak ada cara lain selain membunuh ketiganya sebelum orang-orang yang terinfeksi itu mengejar mereka.

Makhluk itu setinggi pinggangnya, dan jika di lihat memiliki tenaga yang sangat besar darinya. Ah, kalau beradu mekanik rasanya akan sulit mengimbanginya.

Dara berdiri di samping Dion, gadis itu mengambil ancang-ancang dengan pedangnya. Kalau ia hanya diam saja, Dion akan kewalahan.

Tiga hounds menerjang ke arahnya. Dara menghindar dengan cepat, lalu menebas lengan makhluk itu. Tidak buruk, luka tebasan tidak terlalu besar. Karena tenaganya sudah habis karena berlari membuat kekuatannya menurun. Suara geraman kuat berderu. Tatapan bengis menatar Dara. Makhluk itu semakin marah dan menyerang Dara secara brutal.

Tubuh Dara tersungkur di atas genangan. Ia sekuat tenaga menahan hound berusaha menggigitnya.

"DION!" pekik Dara. Gadis itu menahan rasa mualnya kala wajah makhluk itu nampak di depan matanya. Ada benjol-benjol bernanah pada wajah makhluk itu.

Dion yang tengah menahan mulut makhluk itu dengan shotgunnya menoleh ke arah Dara. Laki-laki itu langsung menendang kedua Hounds dan  menerjang makhluk yang hendak menggigit Dara.

Makhluk itu terkapar, lalu berusaha bangkit dan kembali menyambar mereka. Dengan sigap Dion menangkap serangan itu, lalu membenturkan tubuh hound ke pipa yang panas. Suara melengking makhluk itu memekakkan telinga. Dion terus menekan tubuh Hound hingga akhirnya mati terbakar.

Bertarung di lorong yang sempit dan panas, membuat tenaganya cepat terkuras. Beberapa kali ia tak sengaja terkena semburan panas yang berhasil membuatnya sedikit kewalahan. Dion menabrak kedua hounds yang tersisa, menusuk perut salah satu dari mereka dengan ujung shotgun dan langsung menarik pelatuknya.

Bunyi tembakan pertama, darah hitam pekat mengalir dari tubuh makhluk itu. Tersisa satu lagi, maka ia bisa langsung kabur dari sini. Dion mendepak wajah hound hingga terjatuh. Ia sampai mengerahkan semua kekuatan dan emosinya agar bisa mengalahkan para hounds.

Dara menyambar pedangnya, ia langsung menebas kepala makhluk itu. Dada Dara naik turun. Matanya menatap lekat onggokan mayat yang telah menjadi dua. Tubuh hound perlahan-lahan menghitam. Luka-luka bakar aneh muncul di kulitnya.

Keadaan di belakangnya semakin kacau. Semua pengembara saling menggigit satu sama lain. Bahaya kalau berlama-lama di sini. Dion langsung menarik Dara untuk menjauh.

"Tapi, mereka kasian," ucap Dara sambil berlari. Sesekali gadis itu menoleh ke belakang. Suara teriakan menyayat hatu sayup-sayup menjauh. Dara tidak tega melihatnya. Gadis itu tak sadar sudah menangis. Mereka yang masih hidup berusaha berteriak meminta tolong agar di selamatkan.

"Pikirkan tentang keselamatan kita dulu," suruh Dion.

Entah sudah berapa lama mereka berlari, tapi rasanya mereka berputar di lorong yang sama. Tidak menemukan pintu ataupun tangga untuk bersembunyi. Mereka sampai menunduk untuk menghindari semburan uap panas.

Jackpot! Dion menemukan satu pintu tak jauh di depannya. Ia menarik lengan Dara dan mempercepat langkahnya. Setidaknya setelah ini ia ada ruangan untuk bersembunyi.

Dion membuka pintu dan membantingnya dengan cepat. Mereka berdua mengatur napas yang hampir habis. Baik Dion dan Dara, sama-sama bertatapan. Mereka tertawa lepas dan bertepuk tangan. Rasa bangga terbesit di hati Dara.

Bagi Dara ini adalah pengalaman yang menarik dan sangat menegangkan dalam hidupnya. Kalau ia berhasil keluar nanti, apakah teman-temannya akan percaya kalau ia menceritakan semua ini? Sepertinya tidak.

DOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang