"Hey, bagaimana kalau kita pergi dari sini?" Laki-laki berkaca mata memelankan suaranya. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri. Ia kemudian menatap kembali temannya, "kita susul Dion, pasti dia butuh bantuan kita."
Temannya yang bertubuh gempal hanya mengernyit, mulutnya sibuk mengunyah sebuah paha ayam. "Kenapa tidak tinggal di sini saja? Mereka pasti akan segera kembali."
Si kacamata mendengus sebal, ia mendekatkan wajahnya. "Apa kamu tidak sadar kalau mereka tidak terlihat selama dua hari, bukankah itu aneh?"
"Aku melihat pria berjanggut itu mengantar mereka ke lorong tiga. Anehnya, pakaian mereka lengkap sekali seperti tentara. Kalau mereka tidak di lempar ke level selanjutnya, kamu kira kemana mereka akan pergi?" tanya si kacamata lagi. Matanya terus memeriksa sekeliling berharap kalau tidak ada yang mendengarnya.
Temannya si gempal masih terdiam. Ia sedang memikirkan ucapan temannya itu. Bukankah terlalu beresiko untuk pergi dari sini? Ia tidak tau kalau akan ada bahaya lain yang mengancam mereka nantinya.
"Ayolah, kalau kita berhasil menemukan mereka, maka kita bisa keluar bersama-sama. Bukankah kamu sudah merindukan keluargamu di rumah?" tanya si kacamata lebih menohok lagi.
Si gempal mengernyit, "bukankah kamu bilang kalau tidak akan ada jalan keluar dari sini?"
Si kacamata terdiam. Ia kemudian menghela napas pelan, "apa kamu mempercayai mereka semua?" matanya menatap sekeliling.
Si gempal juga ikut melirik. Tidak ada yang aneh dari mereka. Semuanya terlihat normal seperti biasanya.
"Maksudmu?" tanya si gempal mengangkat sebelah alisnya.
"Bagaimana kalau mereka ternyata orang suruhan pria berjanggut untuk membunuh para pemain baru? Bukankah selama ini kita masih belum melihat pemain lainnya setelah kita?" Benar juga. Si gempal kembali melirik satu persatu orang di sana. Mereka juga ikut menatapnya, tatapan mereka terkesan dingin tanpa ekspresi.
"Setelah mereka menyingkirkan Dion dan Dara, maka selanjutnya adalah kita. Kalau memang kita hanya di suruh menyusuri lorong, tidak apa-apa. Bagaimana kalau kita di bunuh oleh mereka?"
Dalam kepala si gempal di isi dengan ribuan pemikiran negatif. Semua yang di ucapkan temannya mungkin ada benarnya. Sejauh ini, ia hanya melihat pemain baru yang datang kesini terdiri dari mereka berempat. Lalu, kedua temannya tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Bisa jadi selanjutnya adalah gilirannya.
"Baiklah, kita akan keluar dari sini," tegas si gempal penuh percaya diri.
Si kacamata tersenyum kecil, "baiklah, kita akan pergi sebentar lagi!"
∞
Entah ilusi apa yang merusak otaknya, ruangan di tempatinya perlahan berubah menjadi kurungan besi besar berkarat dimana mereka bertiga terjebak di dalamnya. Ruangannya lebih sempit dari tempat tadi. Persetan kembali ke area satu, kalau memang kehendak permainan ini untuk berlanjut maka lakukan saja. Kalau sudah bersama-sama pasti akan mudah melewatinya. Setidaknya ada harapan yang muncul.
Dion menyorot satu persatu ruangan di sekitarnya. Ini seperti labirin berdinding batu bata. Pipa-pipa seperti area sebelumnya membentang di sepanjang lorong, hanya saja ini lebih kecil. Keadaannya sangat sepi, ini jauh membuat potensi bahaya semakin meningkat. Ia merasakan kalau ada sesuatu yang sangat berbahaya menanti mereka diluar nanti.
Ia menoleh ke Dara dan Dev. Kedua orang itu sudah dalam keadaan yang baik. Dara menjadi lebih berani, sebelumnya ia meminta bertukar senjata dengan Dion. Yah, Dion masih di bilang cukup andil memegang pedang. Setidaknya ia memiliki tenaga yang lebih untuk menusuk atau menebas makhluk yang menyerang mereka. Sementara Dev, walaupun matanya sembab dan wajahnya sayu, tekadnya untuk selamat kini memuncak. Dirinya membawa pisau yang di berikan oleh Luna tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOME
Mystery / ThrillerUsai mendapatkan surat misterius yang tergantung di depan rumahnya, Dion terjebak di sebuah dimensi lain yang tidak berujung. Dirinya di paksa untuk menyelesaikan setiap level dengan selamat. Dimana di setiap level ada banyak sekali makhluk kejam ya...