Kill it!

33 11 0
                                    

Langkah Dion mulai melambat. Napasnya mulai sesak. Ia tidak tau sudah sejauh apa ia memutari lorong tanpa ujung dengan makhluk besar yang tak berhenti mengejarnya. Mata Dion perlahan berubah gelap.

"Sudah lelah? Aku tidak menyangka kalau kamu lebih pintar dari orang-orang itu."

Dion terjatuh. Ia tidak bisa untuk lanjut berlari lagi. Di atas lantai kayu, dirinya tersungkur dengan napas yang kian menipis.

Kaki Beverly menapak di hadapannya. Dion tidak mampu lagi untuk menoleh. Ia sudah pasrah akan nasibnya nanti.

"Sayang sekali, padahal aku ingin melihatmu melakukan aksi yang kamu rencanakan tadi." Beverly membelai wajah Dion. "Kamu seharusnya tidak melakukan hal-hal sejauh ini. Cukup terima saja dan jalani kalau kamu memang berakhir di level ini."

Tubuh dion terangkat. Terlihat jelas wajah Beverly yang sangat mengerikan. Dion tak mampu melawan, tubuhnya seperti tanpa nyawa. Mati rasa dan lemas.

"Kamu sangat muda ternyata. Ku akui kamu sangatlah hebat. Bertahan sejauh ini melawan puluhan entitas, meyakinkan teman-temanmu untuk mendengar perintahmu. Oh tunggu, teman? Apakah mereka datang membantumu saat ini?" Beverly tertawa kencang.

"Aku ada sebuah cerita untukmu. Dulu aku juga sama sepertimu. Mendapatkan surat misterius, lalu terjebak di tempat antah berantah ini. Lalu, semenjak dia datang dan mengajakku, aku menjadi kuat, tidak ada apapun yang bisa mengalahkanku."

Dion terkejut, jadi sebelumnya Beverly adalah seorang pengembara juga? Bagaimana bisa ia berubah menjadi entitas?

"Berlagak, semua entitas di sini ada kelemahannya termasuk dirimu," desis Dion.

Beverly membenturkan tubuh Dion pada dinding. Laki-laki itu meringis kesakitan. Saking kuatnya, ia sampai memuntahkan darah dari mulutnya. Wajah Beverly menatap bengis ke arah Dion.

"Apa kamu pikir kamu bisa menggapai benda itu?" tanya Beverly menggeram.

Tubuh Dion semakin sakit, tenaga Beverly kuat sekali menekannya ke dinding. Beverly tertawa pelan, ia mengendurkan lengannya, membuat Dion terbatuk.

Beverly menatap wajah Dion, "Ahh, bagaimana kalau aku menawarkan sesuatu untukmu?"

Dion mengangkat kepalanya.

"Bergabunglah denganku."

"Tidak akan!" tukas Dion tajam.

Beverly tersenyum sinis, "Kamu akan kehilangan kesempatan, loh. Kalau kamu ikut denganku, kamu akan bisa hidup selamanya. Menjadi abadi, tak tertandingi, kekuatan hebat akan ada dalam tubuhmu. Bukankah itu sangat menarik ketimbang luntang-lantung memutari tempat tak berujung ini?"

Dion tertegun, ia masih tidak tau harus merespon bagaimana. Semua omongan Beverly terputar di kepalanya. Apakah ia harus menerima tawaran ini? Memang terdengar sangat menarik.

"Dia pasti akan menerimamu dengan senang hati. Tinggalkan teman-temanmu yang tidak tau diri itu, mereka hanyalah beban berat yang harus kamu tanggung. Apalagi sekarang, mereka malah mengkhianatimu. Bukankah itu menyakitkan?" tanya Beverly menohok.

Dion tertawa mendengarnya. Tawanya terdengar mengerikan, "bagaimana kamu bisa berpikir seperti itu?"

Beverly kembali membenturkan punggung Dion, "apa maksudmu?"

Ekor mata Dion mengarah ke ujung lorong sebelah kanan. Cahaya kuning berpendar di genggaman seorang pria. Beverly membelalak terkejut.

"Ada kata-kata terakhir?!" teriak Dev meledek. Pria itu tertawa pelan lalu menekan benda itu.

"JANGAN!"

"Jangan? Itu sangatlah aneh. Bagaimana kalau kata terakhirmu itu, kapow?"

Beverly menjatuhkan tubuh Dion. Makhluk itu menerjang Dev dengan cepat.

DOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang