Seperti malam-malam biasanya, ia memutar kursi agar tinggi dan langsung terpaku pada PC di depannya. Lagi, ia hanya bermain game untuk menemani malamnya yang sepi. Tunggu, belajar? Siapa yang akan memikirkan ilmu kalau kau punya logika yang hebat untuk memecahkan sesuatu?
Sombong sedikit, ia memiliki iq yang di atas rata-rata. Tanpa belajar pun ia bisa menjawab 10 soal matematika dalam waktu yang singkat.
Tidak, itu hanya candaan. Dia hanya seorang NPC. Tidak terlalu pintar, tidak terlalu bodoh juga.
Hujan terus berdengung dari luar, dingin menyeruak masuk ke dalam. Sayangnya ia sudah kebal menghadapi itu. Dengan di temani segelas kopi hangat dan beberapa buah-buahan ia siap bergadang lagi untuk menamatkan level gamenya.
Next level, baru kemarin ia naik ke level 87. Permainan di mulai, sebuah lorong panjang berisi pintu di kanan dan kiri menyambutnya. Ah, ini mudah sepertinya. Ia hanya harus membuka setiap pintu yang ada.
Jam demi jam berlalu, dan waktu sudah larut. Hujan juga sudah berhenti. Ia mematikan komputernya dan bangkit merenggangkan tubuhnya. Matanya melirik ke arah jam weker. Wah, sudah pukul setengah 3.
Ia langsung melompat ke atas ranjang. Tanpa memperdulikan apa-apa lagi ia langsung menutup matanya dan berguling di alam mimpi.
∞
Suasana kelas sedang sepi, ini saatnya untuk mencari tau maksud dari surat itu. Ia merogoh tasnya, mengambil surat kemarin dan menaruhnya dalam saku.
Situasi aman, tak ada siapapun. Semua orang sedang istirahat di kantin, siapa yang ingin main di dalam kelas ketika mendapatkan makanan gratis di kantin?
Tidak, sistem kantinnya seperti pasraman. Kita mengambil makanan sendiri, namun ada porsi yang menentukan. Yah, selagi uang sekolah tidak di korupsi apapun bisa di lakukan untuk menyenangkan murid-murid mereka.
Lupakan soal sekolahnya, ia berjalan pelan menuju ke depan kelas. Ia berjongkok, sekali lagi ia memastikan keliling. Tangannya mengetuk lantai secara perlahan.
"Kamu dapat suratnya juga, ya?"
Ia terperanjat, langsung menoleh dan mendapati seorang gadis dari kelasnya sudah berada di belakangnya.
"Iya, jangan-jangan kamu–"
"Aku kira aku saja yang dapat," ucap gadis itu ikut berjongkok. Wajahnya tersenyum, "aku kira ini cuma surat candaan dari orang iseng."
Ia tak menghiraukan, tangannya terus mengetuk satu persatu lantai di kelasnya.
"Hey, aku berbicara padamu tau!" gerutu gadis itu.
Ia berdecak sebal, "dari pada kamu ngoceh lebih baik bantu aku mengetuk lantai ini."
Gadis itu mendengus sebal, ia mengambil posisi di sebelahnya dan ikut mengetuk lantai.
Dia adalah Dara. Gadis primadona yang ada di kelasnya. Tidak begitu cantik, hanya kepintaran saja yang bisa di banggakan. Entah kenapa semua laki-laki di kelasnya tertarik dengannya, kecuali dia. Dia hanya tertarik pada Shinomiya Kaguya.
"Ah, ini sangat merepotkan. Kita kurang kerjaan saja mengecek satu persatu lantai di kelas ini," keluh Dara berpindah posisi di sebelahnya. "Hey, Dion. Kenapa kamu tertarik sekali dengan isi surat itu?"
"Sstt!" Dion menyuruh Dara untuk berhenti berkicau. Ia kembali mengetuk lantai yang berada di bawah mejanya.
Suara ketukannya terdengar berbeda, ini lebih bergema. Seperti ada ruang kosong di bawah lantainya. Lalu, bagaimana cara membukanya?
"Kayanya ini lantai yang waktu itu di perbaiki, deh." Dara menatap Dion yang ikut menatapnya juga. Mereka saling pandang beberapa detik, yang kemudian beralih ke lantai tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOME
Mystery / ThrillerUsai mendapatkan surat misterius yang tergantung di depan rumahnya, Dion terjebak di sebuah dimensi lain yang tidak berujung. Dirinya di paksa untuk menyelesaikan setiap level dengan selamat. Dimana di setiap level ada banyak sekali makhluk kejam ya...