Matanya samar-samar menangkap sebuah kamar yang tak asing baginya. Dirinya terbangun cepat. Napasnya tak teratur, keringat dingin sudah memenuhi tubuhnya. Ia menatap sekeliling, berusaha menelaah seisi kamar yang sangat di ingatnya.
Ini bukannya kamar hotel? Apa yang dia lakukan di sini? Ia tidak pernah tinggal di hotel sebelumnya. Arghh, kenapa ia tidak bisa mengingat apapun?
Apa ini? Sebelumnya dia bermimpi? Ia memegangi kepalanya yang sakit. Matanya menatap pakaian yang terbalut di tubuhnya. Kenapa sepertinya dia baru saja mengalami kejadian buruk? Dirinya seperti habis bertarung dengan makhluk aneh yang mencoba membunuhnya. Ah, ini mimpi, bukan?
Ia bangkit dari kasur. Baru saja hendak membuka pintu dirinya terpaksa menahan tubuhnya. Suara orang berbincang terdengar dari luar, dan ... Tidak asing baginya.
Pintu terbuka pelan, dirinya bergerak mundur dan bersembunyi di balik pintu.
"Kamu nanti malam tidur di sini, ya? Ayah akan pergi sementara."
Suara itu ...
"Sampai kapan ayah akan pergi?"
Matanya membulat lebar. Dengan cepat ia beranjak menghampiri sosok yang sedang berbincang itu.
"Tidak lama, kamu akan di jaga teman ayah malam ini, ya?"
Napasnya mulai tidak teratur lagi. Di hadapannya, sosok dirinya saat kecil duduk canggung di atas kasur dengan pakaian yang tidak senonoh. Kain berwarna emas dengan baju yang memperlihatkan setengah dari dadanya.
"Jangan dengarkan dia! Pergi dari sini!" hardiknya menunjuk pria itu.
Tidak ada tanggapan. Mereka seolah tidak menyadari keberadaannya. Apa yang terjadi? Dirinya samar-samar memudar. Ia menatap tangannya yang mulai tidak terlihat. Dia kenapa? Suara-suara yang terdengar di telan oleh fana. Mulutnya berusaha berteriak namun tidak mengeluarkan suara. Ia tidak lagi berada di ruangan itu. Kegelapan menggelayutinya. Tenggelam dalam ruangan gelap dan hampa. Sampai akhirnya ia tidak mengingat kembali hal yang terjadi saat itu.
∞
"Dara bangun!" Dion mengguncang tubuh gadis yang terkapar parah di atas lantai. Laki-laki itu memeluk Dara dengan erat. Tangannya terus menahan darah yang mengalir dari pinggang gadis itu. Ia terpaksa bertelanjang dada karena bajunya sudah di gunakan untuk menutupi luka gadis itu. Tidak peduli bagaimana dingin angin yang menusuk tulang-tulangnya.
Dirinya menangis dalam dekapan. Menyerah sudah ia mengguncang gadis itu. Sama sekali tidak ada hasilnya. Berharap sekali gadis itu sadar dan mengetahui kehadirannya. Namun apa? Ia sama sekali tidak merasakan denyut nadi dari gadis itu.
"Maaf, Dara ..." isaknya yang tanpa henti membangunkan gadis itu.
Apa yang harus ia lakukan? Dirinya sendiri tanpa bantuan. Pikirannya kacau, tidak tau harus bagaimana untuk menyelamatkan temannya.
Siapapun, datanglah ...
Dion tertunduk lesu. Melihat kondisi Dara yang mengerikan membuatnya menyesal karena meninggalkannya sendirian. Siapa lagi yang harus di salahkan selain dirinya?
"ARGH! BANGSAT!" teriaknya meluapkan emosi. Bodoh sekali dirinya, sangat bodoh!
"Dion! Apa yang terjadi?!" Wajah Dion terangkat, ia menatap Bruce yang berlari masuk ke dalam. Deru napas pria itu terdengar jelas, pasti dia habis berlari.
Sedetik wajah Bruce menegang melihat Dara. Matanya menatap serius keadaannya. Bruce cepat-cepat memegangi nadi gadis itu.
"Dia masih hidup. Hanya saja jantungnya melemah," ucap Bruce cepat. Matanya tertuju pada Dion, "tetap tahan lukanya, aku akan mengambilkan perlengkapan medisku," ucap Bruce lalu melipir pergi menaiki tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOME
Mystery / ThrillerUsai mendapatkan surat misterius yang tergantung di depan rumahnya, Dion terjebak di sebuah dimensi lain yang tidak berujung. Dirinya di paksa untuk menyelesaikan setiap level dengan selamat. Dimana di setiap level ada banyak sekali makhluk kejam ya...