Kedua kelopak mata gadis itu berkedut. Ia membuka matanya perlahan, samar-samar ia menangkap beberapa orang tengah mengelilinginya. Erghh, rasanya semua tubuhnya sangat sakit. Kepalanya berdengung, ia tak mampu menyeimbangkan tubuh dan pikirannya. Kenapa napasnya tersendat-sendat? Dadanya terasa sakit sekali kala menarik napas.
"LEPASKAN DARA!"
Teriakan itu, ia mengenalnya. Pandangan sayunya mengarah pada sosok laki-laki yang menangis terisak di cengkraman tangan pria besar. Hey? Apa yang terjadi? Bibirnya kelu tuk berucap. Ia hanya bisa memaku pandang pada sosok laki-laki yang kini meronta-ronta tak karuan sambil terus memukuli tangan besar pria di depannya.
"Dion ...," lirihnya hampir tidak terdengar.
Dion yang sadar akan Dara, dengan tiba-tiba meludahi pria di depannya. Ia langsung meraup kepala pria itu dan memukulnya dengan kencang. Gio tersungkur, merintih kesakitan kala darah mengucur dari hidungnya.
"Apa yang-" Axel menoleh ke arah Gio. Tangannya sudah terlepas dari rambut Dara.
"Bangsat!" geram Gio. Matanya terbuka dan langsung hendak menyambar Dion.
Laki-laki itu menusuk kedua mata Gio dengan sisa belahan kaca yang ia dapat dari lantai. Gio semakin berteriak kencang. Di tambah Dion mengoyak bola matanya dan mencabutinya. Ia terjatuh sambil memegangi matanya yang berlubang. Darah tak berhenti mengucur deras. Mencuat membasahi tubuh Dion.
Tatapannya bengis tertuju pada Axel. Dengan sigap ia menyerang dan menjatuhkan pria itu. Entah makhluk mana yang merasukinya membuat ia membabi buta menusuk mulut Axel. Matanya tak lagi memperlihatkan belas kasih. Bak binatang buas yang kelaparan, Dion merobek mulut laki-laki itu dengan kacanya. Menggosok sisi tajam di sela-sela mulut Axel dan merobek kulitnya.
Axel berteriak kesakitan. Ia memukul-mukul tubuh Dion, namun tidak ada reaksi apapun. Dion sudah hilang kesadaran. Ia sudah di kuasai benci dan dendam.
Sesuatu menarik kerah baju Dion. Mengangkat tubuhnya dan membantingnya sangat keras ke lantai. Belum sempat Dion bangun, sebuah kaki menahan dadanya. Menekannya dengan kuat hingga membuat Dion merasa sesak.
"Matilah bangsat!" teriak Gio semakin menekan Dada Dion.
Dion terus berteriak kesakitan. Menusuk-nusuk kaki Gio tapi malah membuat pria itu semakin kuat menekan tubuhnya.
Dor!
Darah mencuat ke wajah Dion. Sosok besar di depannya terdiam, tatapannya kosong dan kemudian terjatuh di sebelahnya. Kepalanya hancur setengah, memperlihatkan organ dalam kepalanya yang di genangi darah. Dion bergerak cepat memundurkan tubuhnya, ia menoleh ke arah pelaku penembakan tadi.
"Da-Dara...," lirihnya.
Gadis itu berdiri di depannya sambil memegang shotgun yang Dion bawa tadi. Napas gadis itu tersengal-sengal, ia berjalan terhuyung-huyung mendekati Dion. Membantu laki-laki itu untuk berdiri.
"Ayo pergi dari sini," ajak Dion yang langsung menggenggam tangan Dara.
Dara tak menggubris, gadis itu hanya mengangguk lemas. Rongga di kepalanya masih mengeluarkan darah. Membuat wajahnya pucat seperti mayat.
Belum sempat ia bergerak, mereka di kejutkan dengan suara geraman kencang dari belakang mereka. Kabut gelap pekat mulai muncul. Makhluk tadi, Dion langsung menarik gadis itu. Membopongnya pergi menjauhi kabut pekat itu.
Suara hiruk pikuk di belakangnya bertalu-talu. Teriakan mereka menyayat kala makhluk itu mulai menyeret mereka ke dalam kegelapan. Dion tidak bisa menyelamatkan orang lain lagi selain Dara. Ia memeluk erat gadis itu sambil terus menyusuri lorong tanpa ujung.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOME
Mystery / ThrillerUsai mendapatkan surat misterius yang tergantung di depan rumahnya, Dion terjebak di sebuah dimensi lain yang tidak berujung. Dirinya di paksa untuk menyelesaikan setiap level dengan selamat. Dimana di setiap level ada banyak sekali makhluk kejam ya...