Loop

40 12 0
                                    

Rasanya seperti sebuah genangan kental tak sengaja di sentuhnya. Matanya perlahan terbuka, tangannya terangkat dan memperhatikan sesuatu yang di sentuhnya. Matanya langsung terbuka sempurna. Ini, darah bukan?

Ia langsung memastikannya sekali lagi. Menunduk ke samping ranjang. Napasnya tercekat. Sial, semuanya nampak jelas sekarang. Genangan darah menghitam di samping ranjangnya. Darah itu hampir padat, sepertinya sudah cukup lama itu menggenang di sana. Apa yang terjadi?

Ia melirik ke sebelahnya. Ranjang kosong hanya ada dirinya saja. Di tambah ada bercak darah mengering di tempat tidur gadis itu. Dimana Dara? Kenapa gadis itu tidak ada?

Dion mulai panik, bayang-bayang negatif berputar di otaknya. Bagaimana kalau kemungkinan terburuk terjadi?

Butuh waktu beberapa detik untuk menyadari kalau tempat ini sangat berbeda dari kemarin. Bentuknya bak kamar yang di tinggalkan bertahun-tahun. Debu-debu menyeruak, lampu yang berkedip dan remang. Bahkan ini lebih mirip seperti kapal pecah ketimbang sebuah kamar. Ada yang tidak beres. Telur-telur itu juga berubah menjadi tengkorak manusia.

Dion beranjak dari kasur, ia membuka pintu dan berlari keluar. Napasnya memburu, panik kian menjalar di tubuhnya. Hening sekali, hanya ada desiran angin yang menyembur bau amis.

"DARA!" teriaknya menggedor setiap pintu yang ada. Berharap ada sahutan dari gadis itu.

"DEV!" Sial! Kenapa semua orang mendadak hilang dari tempat ini?

Dion menarik rambutnya frustasi. Sudah ia duga pasti ada yang tidak beres dari tempat ini. Lorong-lorong di penuhi cahaya kuning remang berkedip. Lantainya berisikan jejak kaki berdarah. Bau anyirnya menusuk indra penciumannya.

Oke, ia tidak boleh panik. Huft, tenang Dion, tenang. Ia mencoba menajamkan pendengarannya.

Suara ketukan terdengar dari arah aula. Ketukannya berpola, seperti sebuah kode Morse. Dion berbalik, menatap lekat tempat yang kini gelap total. Napasnya memburu, jantungnya berdegup sangat kencang. Ia berharap kalau itu adalah Dara atau Dev. Oke, tidak masalah kalau ini orang lain setidaknya itu adalah benar-benar manusia. Tapi, rasanya ini bukan berasal dari mereka.

"Hold your breath~

Something's creeping closer~

There's no one left to find you~

I'll take your place inside ..."

Alunan halus itu mendadak berhenti. Hilang bak ditelan kegelapan. Ia sengaja menahan napasnya agar bisa mendengar suara itu lagi. Mungkin itu suara seseorang yang masih selamat. Detik berganti menit. Tidak ada alunan yang muncul lagi. Sunyi menusuk nadinya. Dion perlahan memundurkan langkahnya, firasatnya buruk akan ini. Matanya menangkap sesuatu sesuatu bergerak dari aula. Menggeliat dan sangat besar.

"YOU!"

Sosok putih menerjang ke arahnya. Kepala makhluk itu berputar seraya tersenyum lebar. Dion dengan cepat menghindar, ia berlari dengan cepat menyusuri lorong. Langkahnya tunggang langgang, beberapa kali ia tersandung dan hampir terjatuh karena lantainya licin.

Rupa makhluk itu masih terbayang di wajahnya. Matanya yang hitam mengeluarkan darah, wajahnya tirus sekali, terbentuk jelas tulang tengkorak wajahnya dan gigi-giginya sangat runcing. Bentuknya sama seperti monster lipan tadi, tapi kali ini lebih mengerikan.

"KEMANA KAMU AKAN LARI?" Suaranya melengking dan bergema di sepanjang lorong.

Nyali Dion langsung gentar mendengarnya. Tahan, Dion tahan! Jangan menoleh ke belakang. Langkahmu akan melambat kalau kamu sampai tau apa yang mengejarmu. Pikirkan keselamatanmu serta cara untuk mengalahkan makhluk itu.

DOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang