Blood and Teeth

23 4 0
                                    

"TUNGGU DION!"

Pietro mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Tangannya menepuk-nepuk dada yang kian sesak. Ia sudah berlari menaiki anak tangga ketiga lantai. Sial, keringat sudah bercucuran deras di tubuhnya.

"Cepat! Kita harus segera memberitahu yang lain juga!" titah Dion dan kembali berlari menaiki tangga.

"Arghh! Fuck you!" Pietro kembali berlari menyusulnya.

Ia sudah tidak kuat lagi. Entah kenapa tenaganya semakin melemah saja. Ini sudah tangga menuju lantai tiga. Sebentar lagi, dia akan sampai ke tempat orang-orang itu berkumpul. Kepalanya menengadah kala mendengar suara besi yang di guncang kuat. Ia berlari menyusul, mendapati Dion yang geram sambil memukul-mukul pintu besi di depannya.

"Bangsat! Di kunci!" kesal Dion menendang pintu itu.

"Dion, kita di jebak," ucap Pietro tiba-tiba.

"Di jebak?" beo Dion.

"Iya, pasti ada orang yang turun dan mengunci pintu ini."

Dion baru menyadarinya. Sebelumnya memang pintunya tidak terkunci sama sekali. Tanpa aba-aba ia langsung berlari turun ke lantai dua dan meninggalkan Pietro.

"ANJING TUNGGUIN WOY!" Pietro kembali berlari menyusul laki-laki itu. Ia menatap punggung Dion yang sudah jauh di depannya.

Kini mereka berlari menyusuri koridor lantai dua. Menyeberangi sisi lain koridor menuju tangga satunya. Semoga saja tangga itu tidak di kunci juga. Harapan satu-satunya agar cepat sampai dan menemui Dara dan Wendy.

Pietro tersentak mendengar suara auman dari arah belakangnya. Pupilnya mengecil, kabut gelap itu mulai mendekat ke arahnya. Alunan-alunan suara memekakkan telinga bersahut-sahutan. Mata merah itu semakin menyalang, lambaian tangan yang kian dekat hendak meraupnya.

Pietro berteriak histeris dan mempercepat langkahnya. Ini lebih mengerikan ketimbang di kejar para hounds dan smiling face.

"CEPAT DION!" pekiknya ketakutan.

Dion menaiki anak tangga dengan cepat. Tubuhnya berhenti, ia menatap tak percaya dengan apa yang di lihatnya saat ini. Darahnya tiba-tiba naik ke kepalanya. Tanpa pikir panjang ia Langsung menendang pintu besi itu. Satu kali percobaannya masih belum membuahkan hasil.

Di sisi lain Pietro terus berteriak memanggil nama Dion. Makhluk itu semakin dekat ke arahnya. Ia mulai merasakan sesuatu menyentuh tubuhnya.

"DION! CEPATLAH!" teriak Pietro yang tak melepas pandang dari makhluk aneh itu. Tanpa Pietro sadari, ia menabrak tubuh Dion dan terjatuh dari tangga.

Keduanya mengerang kesakitan. Pietro kembali berteriak kala tubuhnya terangkat dan di tarik oleh mahluk itu. Separuh tubuhnya sudah masuk ke dalam kabut gelap. Suara teriakannya nyaring dan menyayat. Ini bukan rasa takut, tapi rasa sakit yang kini ia rasakan. Dion tersadar dan mencoba menarik tubuh Pietro, sekuat tenaga ia berusaha melepaskan pria itu dari cengkraman makhluk di balik kabut gelap itu.

"ARGH!" teriak Pietro menjadi-jadi. Ia merintih hebat dan tubuhnya mengejang. Pupil matanya mulai memutih. Apa yang terjadi? Dion tidak tau karena tubuh Pietro hanya terlihat setengah. Sisanya masuk ke dalam kabut gelap itu.

Dion bingung sendiri harus bagaimana. Makhluk itu sudah mendapatkan Pietro, kalau ia lepas justru tubuh Pietro seutuhnya akan masuk ke dalam. Dion melepas semua tenaganya untuk menarik tubuh laki-laki itu. Urat-urat di lehernya mengejang, mengerahkan seluruh tenaganya untuk membebaskan temannya.

Berhasil! Dion terpental membentur dinding. Ia mengerang dan membuka matanya. Namun, hal di depan matanya justru semakin membuatnya takut. Napasnya memburu hebat. Tubuhnya gemetar dan bergerak menjauh. Apa yang sebenarnya terjadi di dalam kegelapan itu?

DOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang