A Hole

34 11 9
                                    

Penyimpan entitas? Jadi ... Entitas yang ada di area satu berasal dari The E.C.O? Ini terdengar sangat gila dan tidak masuk akal. Dion tidak melihat ada tempat yang di jadikan area menyimpan para entitas. Ah, yang benar saja! Ada beberapa tempat yang belum di jangkau di area 1. Mungkin?

Ia bersyukur sekali kalau dirinya berhasil untuk keluar dari area 1. Kalau memang benar, berarti semua orang di area 1 dalam bahaya. Termasuk Lim dan Rio. Astaga, orang-orang polos itu pasti terlena dengan sikap orang-orang di sana. Kalau nanti para monster itu lepas, maka akan terjadi pembantaian dimana-mana. Apakah ia harus kembali ke area 1 untuk menyelamatkan mereka?

"Makanan telah siap! Gadis cantik ini membantuku untuk menyiapkannya." Dea berhambur menuju meja bar dan meletakkan empat buah mi instan dengan campuran makaroni di atasnya. "Awas panas, mereka baru saja matang."

Dara tersenyum lebar menghampiri Dion, "makan yuk!"

Dion mengangguk kemudian menatap Pietro. Pria itu tersenyum dan menepuk punggung Dion. Pietro bangkit dari sofa dan bergerak mendekati Dea.

"Makan-makan!"

Dara duduk di sebelah Dion. Matanya menatap ekspresi Dion yang tidak tenang. "Kenapa? Kak Pietro ngancam kamu lagi, ya?"

Dion tersadar, "a-ah, nggak."

"Kenapa?" tanya Dara lagi.

Dion menggeleng, "nggak apa-apa."

Dara mengangguk saja menanggapinya. Dion menghela pelan, bukan saat yang tepat untuk memberi tahukan itu pada Dara. Bisa saja gadis ini akan shock dan nekat untuk bergerak menyelamatkan Lim dan Rio. Suasana yang hangat ini bisa saja hancur kalau mulutnya tidak sengaja membeberkan semuanya.

"Yaudah, yuk makan!"

Langkah Dion mengikuti Dara dari belakang. Pikirannya terus menerawang jauh mengenai kondisi Lim dan Rio. Apalagi, Pietro sempat memberitahu sebelumnya ...

"Joe bisa saja melepaskan semua entitas itu, kalau tujuannya sudah selesai."

Tujuan? Tujuan apa yang di maksud Pietro? Belum sempat dia menjelaskan, Dea sudah memanggilnya tadi. Sial! Pikiran Dion kacau bukan main. Jadi benar, kalau Joe ada sangkut pautnya dengan dalang di balik tempat ini. Atau mungkin memang dia dalangnya? Argh! Harusnya dengan segan ia menembak kepala Joe waktu itu.

Dion mengambil kursi di hadapan Dara. Gadis itu terlihat bersemangat sekali kala Dion mengaduk mi di mangkuknya. Dion mengernyit bingung. Perihal apa yang membuat gadis ini menjadi sedikit berlebihan? Padahal hanya mengaduk saja.

"Itu aku yang bikin," desis Dara pelan.

Ahh, jadi itu alasannya. Dion hanya mengangguk pelan dan mencobanya. Tidak buruk, satu sesapan kuah di sendoknya, sudah ia tafsir kalau ini tidak terlalu pedas. Yah, lumayan rasanya untuk seorang Dara yang memasak. Tidak heran, Dara sudah hidup sendiri cukup lama, pasti gadis itu sudah pandai memasak makanan sendiri.

Entahlah, ia menjadi sedikit tidak berselera. Pikiran dalam benaknya, membuat rasa makanan ini hambar. Kelu lidahnya merasakan, kala pikirannya menerawang jauh ke luar sana.

"Kenapa? Nggak enak, ya?" tanya Dara.

Dion tersadar, "Eh, enak kok."

"Kenapa nggak dimakan?" tanya Dara lagi.

Dion menggeleng cepat dan langsung memakan makanan itu dengan lahap. Tersirat tatapan Dara yang sedikit bingung. Mungkin gadis itu mulai berpikiran buruk. Ah, sial. Semua kebenaran ini membuat dirinya pusing.

Berlebihan? Oh, ayolah. Siapa yang tidak terkejut mengetahuinya? Dion tidak habis pikir, kalau yang selama ini ia terka padahal tidak terlalu serius ternyata benar-benar terjadi. Sebelumnya ia hanya berasumsi, tidak berani menaruh kecurigaan lebih. Secara, Joe adalah orang yang di segani oleh semua orang yang tinggal di sana. Apalagi, dia mengetahui kalau area yang sebelumya ia anggap aman adalah tempat paling berbahaya. Dimana di sana adalah tempat para makhluk itu di simpan. Ia tidak tau jenis apa saja yang ada di sana. Entah itu skin stealers, hounds, Mr. Centipede, atau mungkin facelings.

Kemungkinan, kalau memang di area 1 adalah tempat menyimpan para entitas, berarti ada suatu tempat yang membuat para entitas. Jadi, ini semua adalah hasil produksi? Bukan sebuah makhluk yang tercipta sendiri? Oh, tidak. Ini tidak seperti yang di bayangkannya, kan? Dengan kata lain, ada yang mengontrol tempat ini. Atau, ada yang sengaja membuat tempat ini?

Dara membasuh wajahnya. Ia menatap dirinya dari balik cermin. Kantung matanya sangat terlihat dan gelap. Ia mengusap wajahnya pelan. Arghh, semenjak di tempat ini, ia merasa kalau dirinya semakin memburuk. Bibirnya pucat, pipinya semakin tirus. Rasanya berat badannya turun drastis. Dimana Dara yang lama? Pipi chubby seakan kandas di makan ulat.

Matanya menatap pakaian yang di kenakannya. Awalnya putih bersih, sekarang sudah kotor. Ada noda darah, noda hitam pekat, dan beberapa bekas air mengering di bajunya. Ia menghela pelan. Kalau sudah di tempat seperti ini, kuman saja di hiraukannya. Tak peduli akan sakit atau bagaimana nantinya, rasanya itu tidak terlalu berpengaruh baginya. Mati karena di bunuh monster, lebih mengerikan daripada mati karena sakit. Setidaknya rasa sakitnya tidak menimbulkan darah, bukan?

Ia kembali membasuh wajahnya. Kakinya melangkah keluar kamar mandi, seraya mengusap wajahnya dengan handuk yang di berikan oleh Dea. Entah, ia tidak tau handuk ini di dapatkan dari mana. Yang jelas, bisa di gunakan.

"Dara~"

Langkahnya terhenti. Kepalanya berputar kesana kemari mencari sebuah suara lembut yang memanggilnya. Dari mana asalnya? Semua sudut ruangan ia sisir, tapi tak ada satupun orang di sana.

"Dara ..."

Suaranya seperti Dion. Apakah itu Dion yang memanggil? Mata Dara menangkap sebuah celah sebesar pinggangnya. Kalau merangkak, tentu saja ia bisa akan bisa memasuki celah itu. Ini aneh, sejak kapan ada celah di dinding ruang ini?

"Dion?" panggil Dara. Tidak ada sahutan dari sana. Apakah suaranya kurang keras? Ah, kalau di dekati pasti akan mudah orang itu mendengarnya.

Langkahnya bergerak mendekati lubang itu. Hati Dara terus mendobrak untuk masuk ke dalam sana. Tapi, pikirannya seperti sedang sekuat tenaga untuk menahannya. Benaknya meraung-raung mencari pemenang dalam pendapatnya.

Ia membungkuk, celah itu kini berada tepat di hadapannya. Celah yang gelap, tidak ada cahaya sedikitpun di balik ruangan itu. Keningnya berkerut, aneh sekali tempat itu.

"Dara kemarilah ..."

"Dion?" panggil Dara lagi. Ia mulai yakin kalau pemilik suara asing itu adalah Dion. Persis sekali, 100%.

"Iya, ini aku. Bisakah kamu kemari dan menolongku?" tanya suara itu.

"Kamu sedang apa di dalam sana?" tanya Dara.

Suara itu menghilang. Keheningan menyelimuti gadis itu. Entah ini hanya perasaan Dara atau memang benar, kalau ia merasa sedikit ragu dengan suara itu. Tapi, kata Dea tadi tidak ada entitas apapun di ruangan ini. Jadi rasanya tidak mungkin kalau suara itu berasal dari salah satu entitas. Mungkin, ia salah dengar?

"Dion? Itu kamu kan?" tanya Dara memastikan sekali lagi. Kalau memang tidak ada jawaban, sudah pasti ini bukan Dion.

"Cepat! Tolong aku, Dara!"

Dara terperanjat. Suara Dion melengking dan cukup keras. Astaga, Dion pasti dalam masalah! Dara merangkak masuk ke dalam lubang. Tidak peduli ia bersenjata atau tidak, yang penting ia bisa menyelamatkan Dion.

HAI HAI

UDAH LAMA NGGAK BUKA TALK TALK

GIMANA SEJAUH INI? NGGAK NYANGKA UDAH BAB 30 AJA WKWKWKWK ...

MUNGKIN ADA YANG MAU KALIAN SAMPAIKAN TENTANG PARA KARAKTER DI CERITA INI?

ATAU ADA YANG INGIN KALIAN KELUHKAN TENTANG ALURNYA?

KALAU NGGAK ADA, SAMPAI JUMPA MINGGU SELANJUTNYA!!!

TERIMA KASIH UNTUK YANG SUDAH SUPPORT SEJAUH INI!

LOVE U ALL!!❤️❤️

DOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang