"Sekarang aku mau tau dari mulut kamu sendiri, apa hubungan kalian?"
Keesha membatu. Apa ini waktunya untuk ia memberitahu Edgar tentang Vero?
Selama ini dirinya sering memikirkan hal ini. Ia tau cepat atau lambat semua akan terkuak. Namun saat kedua keluarga mulai membahas tentang pertunangan dirinya dan Edgar yang sempat tertunda, juga keberanian dirinya untuk mengakhiri hubungannya dengan Vero, saat itu juga ia merasa semua akan berjalan sesuai harapan.
Ternyata ia salah.
Kini Keesha benar-benar harus memutar otak untuk menjawab pertanyaan Edgar. Ia bimbang antara menjawabnya dengan kejujuran atau kebohongan lagi.
"Hubungan apa maksud kamu? Kamu jelas tau dia sahabat aku." Hanya itu yang mampu Keesha ucapkan saat ini.
Mendengar itu Edgar menggeram. "Aku bukan cowok bodoh yang gak bisa baca situasi antara kalian berempat." Yang dimaksud adalah Keesha, Vero, Adrian dan Jordan. "Sejak aku liat dia di cafe waktu itu, aku udah curiga ada yang gak beres. Liat dari gelagat Iyan sama Jordan yang panik pas cowok itu dateng nyamperin kamu padahal ada Iyan adiknya sendiri disana."
Keesha tertegun. Hal terbodoh yang tidak pernah ia sadari adalah melupakan hal-hal sepele yang ternyata bisa membuatnya masuk ke dalam jurang penuh jebakan.
"Itu cuma perasaan kamu aja, Gar. Kamu terlalu paranoid sama temen cowok aku jadi pikiran kamu kemana-mana," ujar Keesha berusaha menenangkan kekasihnya.
Edgar maju, mendekat ke arah Keesha membuat nafas gadis itu terhenti. "Jawab atau aku cari tau sendiri."
Keesha tercekat. Kerongkongannya tiba-tiba kering. Ini benar-benar situasi yang tidak pernah ia harapkan akan terjadi. Dan pada akhirnya semua memang harus di ungkap.
Keesha memandang Edgar dengan tatapan sendu. "Gar please aku mohon kamu jangan salah paham. Kamu jangan marah apalagi mikir yang enggak-enggak."
Edgar hanya diam. Menunggu gadisnya memberitahu semua hal yang tidak ia ketahui selama ini.
Melihat itu Keesha pun mengambil nafasnya dalam. Dengan rasa takut yang teramat ia pun mulai membuka mulutnya. "Kak Vero mantan aku."
Dan boom!
Detik itu juga tubuh Edgar semakin menegang. Kepalan di tangannya semakin terlihat jelas hingga mencetak urat-urat di sepanjang lengannya. Sorot matanya yang semula dingin kini berubah tajam.
"Dan kamu main belakang sama dia?"
Dengan cepat Keesha menggeleng. "Enggak. Aku sama sekali gak pernah main di belakang kamu, Gar. Percaya sama aku."
"Bagian mana yang harus aku percaya, Sha? Tadi aku denger sendiri dia gak terima kamu samain dia kayak bang Arka. Dan kalo pun aku jadi dia aku juga gak bakal terima setelah semua perlakuan kamu yang seakan ngasih dia harapan ternyata cuma kamu anggap gak lebih dari seorang kakak."
Keesha mengernyit. "Perlakuan apa maksud kamu?"
Edgar terkekeh sinis. "Kamu lari ninggalin aku gitu aja sedetik setelah kamu tau kalo dia ada dirumah kamu. Kamu nemenin dia sampe malem tanpa mikirin aku pacar kamu yang nungguin kabar dari kamu seharian. Itu apa namanya, Sha? Cowok mana yang gak ngerasa ada peluang dengan semua effort kamu ke dia? Apalagi dia mantan kamu."
Keesha diam. Jelas ia tidak bisa membantah semua ucapan Edgar karna ia pun merasa memang dirinya yang salah.
Edgar kembali mendekat. "Kamu kira aku gak tau? Hari dimana aku berantem sama dia, kamu nyamperin dia ke apartnya setelah aku pulang dari rumah kamu, right?"
Detik itu juga tubuh Keesha menegang. Suhu tubuhnya mendadak panas dingin.
Bagaimana Edgar bisa tau? Apa selama ini Edgar memang memata-matainya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Teen Fiction(Cover by pinterest) (Sedang tahap revisi) Saat dirasa nafas keduanya hampir habis, Edgar pun melepas tautannya. Dengan kening yang masih menempel satu sama lain, Edgar berbisik pelan. "Janji mau nurutin perintah gue?" Keesha yang tengah berusaha me...