Belum di Semangatin Ayang (revisi)

912 49 2
                                    

Edgar main dengan fokus yang kurang baik untuk babak pertama dan kedua. Semangatnya tak terisi penuh karna kekasihnya belum juga tiba dilapangan. Entahlah. Saat ia menanyakannya pada Arka tadi, jawabannya sungguh diluar dugaan.

"Bang?"

Arka menghela nafasnya pasrah. "Sorry Gar. Gua gak tau kalo lu mau tanding hari ini." Ia menjeda ucapannya sejenak. "Pas gua berangkat ke kampus tadi, si Keesha masih tidur dikamarnya."

Edgar melebarkan matanya kaget. "Tidur?"

Arka berdeham mengiyakan. "Kalo gua tau dia mau nemenin lu pasti udah gua siram pake air dingin biar dia bangun."

Terselip rasa kecewa, namun Edgar tetap tersenyum membayangkan bagaimana ekspresi kekasihnya jika Arka benar benar menyiramnya dengan air dingin.

"Yaudah bang gak papa. Paling nanti beres disini gua ke rumah nyamperin Keesha," ujar Edgar penuh pengertian.

Diam diam Arka merutuki Vero yang dengan seenaknya membawa adiknya pergi entah kemana.

"Gar, lo bisa fokus dulu gak? Mereka ngejar scorenya gencar banget." Rafa berkata dengan keringat diseluruh tubuhnya.

Sontak semua menoleh kearah papan score dimana angka yang tercetak diantara dua tim cukup jauh jaraknya.

"Keesha gak kesini?" Tanya Levin.

Edgar menenggak minumannya. Sebagai jawaban, ia hanya mengedikkan bahunya sambil menelan air. "Kita susul point mereka."

"Mereka kayaknya sadar kalo fokus lo lagi kemana mana. Daritadi tim lawan pada nyerang lo Gar." Ucap Junaid.

Edgar diam mengiyakan. "Kita pake strategi." Semua menoleh kemudian mendekat. "Ini babak terakhir. Gua mau cadangan yang gerak."

Semua bingung.

Edgar menenggak airnya sekali lagi. "Gua mau Cathlie masuk. Lo break dulu," lanjutnya pada Rio.

Adrian tersentak. "Ini babak penentuan. Lo yakin mau ganti Rio?"

Mental pemain sudah dilatih, membuat Cathlie tak tersinggung sedikit pun. Toh ia tahu dimana posisinya. Rio itu termasuk tim inti sama seperti Edgar, Rafa, Levin dan Junaid. Sedangkan ia hanya cadangan.

"Mereka semua tau kalo Cathlie cuma cadangan. Cara main cewek sama cowok pun pasti beda. Fokus mereka bakal ke kita, terutama Junaid karna dia ketua." Edgar menoleh pada Cathlie. "Point kita selisih tiga kali cetak. Kita main kayak biasa buat cetak dua point itu. Dan buat satu point terakhir, kita kasih Cathlie. Nasib kita ada ditangan lo."

"Lo yakin gue bisa?" Tanya Cathlie.

"Masa masukin bola aja lo gak bisa?" Tanya Edgar cepat.

Cathlie merenggut.

Junaid mulai paham arahnya kemana. "Lo tenang aja. Tim lawan bakal kita kecoh. Tugas lo cuma diem di deket ring kalo kita udah ngasih kode."

"Jangan bikin mereka curiga. Lo deketin ring kalo udah ada kode," timpal Levin.

Cathlie mengangguk paham.

"Silahkan untuk tim Galaxy dan tim Rajawali untuk kembali ke lapangan." Suara pemandu sudah terdengar membuat seluruh perhatian kembali ke pertandingan.

Edgar menggapai Rio yang duduk disebelahnya, hanya terhalang oleh Junaid. Dengan tanpa dosanya ia menarik bulu kaki Rio tanpa perasaan membuat Rio refleks berteriak nyaring sambil memegang kakinya.

Semua menoleh kaget.

Orang yang bertugas didalam lapangan pun mendekat kearah mereka.

"Ada apa kak?" Tanya petugas itu tergopoh.

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang