Sejak pulang sekolah tadi, Edgar terus saja uring uringan dirumahnya. Wilda dan Rio berulang kali bertanya 'kenapa' tapi Edgar tidak menjawab. Anin adiknya, si kecil manis itu pun dibuat kelimpungan melihat abang tampannya terus saja marah marah tidak jelas pada hal hal yang tidak perlu diributkan.
Edgar kira dengan diamnya dia saat Keesha pergi begitu saja dengan tangan menarik lengan Adrian akan membuat gadis itu merasa bersalah. Jika tidak dengan berbalik badan dan memutuskan untuk pulang bersama dirinya pun setidaknya ia menghubunginya setelah sampai dirumah guna memberi kabar atas apa yang terjadi tadi.
Sungguh, menurutnya semua ini harus diluruskan. Ia tidak mengerti kenapa saat mendengar kata "Abang gue, kak Vero." keluar dari mulut Adrian bisa membuat Keesha langsung terdiam membisu.
"Apa dia bilang tadi? Abangnya nungguin dia dirumah Keesha?" Edgar menengadah, menatap langit langit kamarnya. "Ini masa gua kudu ngajak war adek sama abangnya sekaligus?"
"Arrrggghh anjing. Gak adek gak abang sama aja." Edgar terus saja mengumpati Adrian dan abangnya yang dipanggil Vero tadi.
Ia meraih ponselnya dengan malas.
Wah luar biasa.
Lihat saja, sejak sore hingga kini sudah hampir jam 9 malam pun gadisnya itu seolah tidak ada niatan untuk memberinya kabar sama sekali.
"Gua sengaja gak chat dia duluan karna pengen tau reaksi dia. Gua kira dia bakal minta maaf duluan, atau seenggaknya ngasih klarifikasi biar gua gak salah paham. Ini malah ngilang, bener bener ngilang," rutuknya sambil bangkit, duduk dipinggiran kasur dengan ponsel tetap ditangannya.
"Bang," panggil seseorang dari balik pintu kamarnya membuat Edgar menoleh. "Abangggg." suara kecil itu mulai meninggi dan diiringin dengan ketukan dipintu.
"Iyaaa." Ia meninggalkan ponselnya lalu bangkit membukakan pintu.
"Apa?" tanyanya pada anak perempuan berusia 3 tahun yang tengah menengadahkan wajahnya dengan tangan memegang secarik kertas membuatnya terlihat begitu menggemaskan.
"Anin pengen jajan. Kata Mama minta anter abang buat beli ini," sahutnya dengan tangan menyodorkan kertas yang ia pegang.
Refleks Edgar berdecak malas. "Mau beli apa kamu malem malem gini?" tanyanya sambil berjongkok di depan Anin, mensejajarkan tubuhnya untuk mempermudah percakapan mereka.
"Makanan Anin abis, susu Anin juga abis. Anin pengen es krim," jawabnya polos.
"Ini udah malem. Besok aja ya?" rayunya mencoba membujuk. Sungguh, ia sangat malas keluar malam ini.
Dengan cepat Anin menggeleng. "Mau sekarang abanggg. Anin mau minum susu," rengeknya membuat Edgar mengacak rambutnya dengan gemas.
Ia mencium singkat pipi gembul Anin sebelum bangkit kembali berdiri. "Yaudah sana minta jaket sama Mama."
Mendengar itu sontak Anin tersenyum lebar sambil meloncat. "YESSS!!! MAMAAAA ANIN MINTA JAKET!!!" teriaknya membuat Edgar terkekeh manis.
Ia masuk menyambar jaket dan kunci motor. Sedangkan ponselnya ia tinggalkan.
Lagi pula untuk apa ia membawanya? Toh gak ada yang nyari juga.
Edgar turun sambil memakai jaket bombernya. Disana ada Mamanya sedang memakaikan sweater bulu berwarna pink pada Anin, dan Papanya sedang merapikan rambut si kecil sebelum memakaikan kupluk dengan warna senada.
Sungguh, definisi keluarga hangat itu ada di dalam dirumahnya.
Oh ya, mengenai orang tuanya, ternyata meeting mereka berlangsung lebih cepat sesuai perkiraan. Wilda dan Rio sudah sampai dirumah sejak sore tadi.
![](https://img.wattpad.com/cover/177289374-288-k76295.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Teen Fiction(Cover by pinterest) (Sedang tahap revisi) Saat dirasa nafas keduanya hampir habis, Edgar pun melepas tautannya. Dengan kening yang masih menempel satu sama lain, Edgar berbisik pelan. "Janji mau nurutin perintah gue?" Keesha yang tengah berusaha me...