Keesha telah mengabari orang rumah kalo ia akan menginap dirumah Edgar dalam kurun waktu yang sudah dijelaskan oleh mamanya Edgar.
Wilda dan Rio memang sempat kerumahnya sebelum pergi tadi, katanya mau izin dulu sama calon besan. Respon mamanya sih gak usah ditanya, denger anaknya sama calon mantu idamannya makin deket gini ya dia senenglah.
Setelah Edgar tidur nanti mungkin Keesha akan pulang dulu ke rumah untuk mengambil beberapa keperluan pribadinya yang ia sangsi tidak akan ia temukan disini.
"Gar." Edgar berdeham membuat Keesha sedikit mengangkat wajahnya sambil terus mengupasi apel merah. "Mama kamu kan nyuruh aku nemenin kamu disini selama tante Sandra pergi, tapi kita gak mungkin berduaan gini." Edgar menolehkan wajah sepenuhnya, menatap gadis cantik yang sama sekali tidak memperlihatkan wajah lelah meskipun sedari tadi ia terus mengurusi dirinya yang manja.
"Emang kenapa?" tanyanya polos.
Seketika Keesha mendelik. "Masih nanya? Gak sadar apa kamu lagi sakit gini manjanya bisa bikin orang khilaf?" decaknya sinis.
Edgar merenggut lucu. "Kamu gak percaya sama aku?"
"Bukan kamu tapi kita. Kita berdua manusia biasa Gar, gak ada jaminan semua bakal baik baik aja selama dua hari ke depan," sahutnya menjelaskan. Keesha menyuapkan sepotong apel segar yang dilahap oleh Edgar setengahnya padahal Keesha merasa potongannya sudah kecil.
"Aku lagi sakit gini gimana mau ngapa ngapain kamu." Edgar tetap mendebat membuat Keesha menatapnya kesal.
"Apa sih kamu protes mulu?"
"Ya karna aku tau kalo kamu ajak salah satu dari tiga temen kamu itu pasti kamu harus ajak tiga tiganya," sahutnya pelan. "Aku males dirumah rame."
"Nah justru itu aku gak mungkin ajak mereka bertiga, kamu gak bakal nyaman kalo harus tinggal sama empat cewek sekaligus."
Edgar tersenyum puas. "Yaudah gak usah ajak siapa siapa lagi."
"Aku niatnya mau nyuruh temen temen kamu buat nemenin disini, buat bantu bantu juga siapa tau galon abis atau gas abis kan kalo cowok bisa diandelin," ucapan Keesha ini sontak membuat bola mata Edgar terbelalak sempurna.
"Apa? Siapa?" tanyanya. "Kamu harus tinggal seatap sama Levin gitu? Rio? Rafa?" protesnya tak terima.
Keesha mengerutkan keningnya bingung. "Loh kan ada kamu juga."
"Aku lagi sakit, seharian pasti diem dikamar gak bisa kemana mana. Mereka bisa ngelakuin apapun diluar kamar aku," sahutnya kesal.
Keesha melebarkan matanya. "Astaga kamu gak percaya sama temen temen kamu sendiri?"
"Bukan gak percaya, aku cuma gak suka liat kamu deket deket sama cowok lain," jawab Edgar mengoreksi.
Keesha menghela nafasnya sabar. "Kalo gak mereka bertiga ya paling aku nyuruh Iyan yang nemenin aku."
"Apaan GAK GAK GAK!" Edgar langsung memprotesnya lebih kesal. "Enak aja kamu mau nyuruh Iyan nemenin kamu enggak aku gak izinin."
"Jadi mending temen temen kamu atau temen aku yang kesini?" tanya Keesha membuat Edgar diam sebentar.
Dengan berat hati Edgar mendengus. "Mereka bertiga," jawabnya lirih.
Keesha tersenyum puas. "Nah gitu dong." ia menyimpan piring buah disamping tubuh Edgar. "Aku telpon mereka dulu."
"Gak usah, aku aja yang suruh mereka. Sini hp kamu," pinta Edgar.
"Udah tanggung," sahut Keesha sekenanya sambil mulai mencari kontak Levin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Novela Juvenil(Cover by pinterest) (Sedang tahap revisi) Saat dirasa nafas keduanya hampir habis, Edgar pun melepas tautannya. Dengan kening yang masih menempel satu sama lain, Edgar berbisik pelan. "Janji mau nurutin perintah gue?" Keesha yang tengah berusaha me...