"Lo semua bisa gak nemenin gue nginep disini? Maksudnya biar gak jadi fitnah aja kalo gue tinggal berdua doang sama Edgar," ujarnya memulai topik.
Levin mencondongkan tubuhnya ke depan dengan menumpu sikutnya dikedua lutut. "Gue sih gak masalah, paling gue, Rio sama Iyan doang yang nemenin lo."
Tatapan Keesha beralih pada Rafa. "Lah terus lo?"
Rafa mengedikan bahunya. "Abang gue mau lamaran besok jadi sorry gue gak mungkin nginep dulu soalnya di rumah pasti lagi pada sibuk. Besok kalo udah beres gue langsung kesini," sahutnya dengan wajah tampan membuat Keesha sempat terpana.
Baru sadar gue kalo temen si Edgar ada yang ganteng.
"Tapi lo yakin disini ceweknya lo doang?" sergah Adrian membuat kesadaran Keesha kembali stabil.
"Hah? Ah itu iya gue juga mikirnya gak mungkin gue doang sendiri. Paling entar gue ngajak Ana aja deh." mengingat hanya Ana yang paling waras diantara ketiga sahabat barunya itu. "Dia juga jago masak, bisa lah bantu bantu gue."
Semuanya mengangguk paham. "Yaudah mumpung si Edgar lagi tidur mending kita balik dulu bawa baju sekolah biar besok start dari sini," ajak Rio. "Lo tungguin dulu disini kan lo gak nginep."
Rafa mengangguk paham. "Sana lo semua kumpul kumpul makanan yang banyak biar gak ngabisin punya orang sakit," ledeknya pada Levin.
"Sialan lo."
Keesha tersentak saat Rio, Levin dan Adrian bangkit dari duduknya. "Eh eh bentar gue nebeng dong, mau ngambil baju juga," ujarnya sambil ikut berdiri membuat Rio yang tengah membenarkan seragam putih yang keluar dari celana abunya itu menoleh.
"Mau sama gue? Kita kan searah," tawar Rio.
Levin yang merasa rumahnya beda arah dengan Keesha pun berjalan ke depan rumah sambil menenteng jaketnya.
"Sama gue aja," ucap Adrian angkat suara.
Keesha menoleh. "Yaudah yuk." ia menoleh kearah Rio. "Gue sama Iyan aja, Yo."
Rio hanya mengangguk gak keberatan.
"Bentar gue pinjem jaket Edgar dulu."
"Gue parkirin motor di depan," sahut Iyan membuat Keesha mengangkat jempolnya sambil berlari keatas. "Duluan Raf."
"Yo ti ati," sahut Rafa sambil ngangguk.
Selang 2 menit Keesha turun dengan rok abu yang depannya terlihat basah akibat tumpahan susu tadi dengan tubuh terbungkus jaket lepis milik Edgar, dengan tas sekolahnya yang ia sampirkan dibahu kanan. "Gue titip Edgar dulu ya," pamitnya pada Rafa membuat Rafa mendongak.
"Sans aja."
Keesha mengangguk. "Duluan." lalu berjalan keluar setelah menutup pintu depan.
Levin, Rio dan Adrian telah siap didepan gerbang. Tanpa kata Keesha pun naik motor merah milik Adrian.
Ketiga cowok itu saling menoleh lalu mengangguk pada satu sama lain dan mulai melesatkan motornya masing masing membuat Keesha tertawa. "Telepati macam apa itu."
"Itu namanya salam gentle ala cowok," jawab Adrian dibalik helm fullfacenya.
Keesha hanya menggelengkan kepalanya tanpa menyahut.
Sejenak hening terjadi diantara keduanya, sampai Adrian berdeham. "Lo beneran jadian sama Edgar Sha?"
Keesha refleks menaruh dagunya dipundak Adrian agar bisa mendengar ucapan Adrian dengan mudah membuat mereka terlihat seperti sepasang kekasih dimata orang lain. "Kenapa emang?" tanyanya balik.
"Nanya aja. Kemaren kemaren kan si Edgar yang ngaku ngaku jadi cowok lo tapi sekarang kayaknya lo juga mulai nganggep dia ada." jika Keesha peka ia pasti bisa dengan mudah mendengar nada cemburu dibalik ucapan Adrian.
Keesha diam sebentar, bingung harus bercerita darimana. "Kemarin ada salah paham tapi semuanya udah beres. Gue ngikutin saran lo buat nyoba buka hati dan ya seperti yang lo liat." Keesha memberi jeda pada ucapannya. "Naluri gue mulai nerima perjodohan gue sama Edgar."
Mulutmu harimaumu.
Adrian sadar ucapannya saat itu kini menjadi boomerang pada hatinya sendiri. Seharusnya ia membiarkan Keesha tetap dalam lingkaran masalalunya bersama abangnya jika memang tidak rela melihat Keesha dekat dengan cowok lain. Karna sampai manapun Keesha tidak akan pernah menganggap dirinya lebih dari sekedar sahabat.
***
Edgar mengernyit, ia merasa posisinya saat ini berbeda dengan posisinya saat terlelap tadi. Dengan rasa panas yang menjalar membuat kepalanya pening luar biasa, ia membuka mata pelan pelan dan mendapati kamarnya kosong.
Ia berusaha positif thinking dengan mensuges dirinya sendiri bahwa Keesha mungkin sedang dikamar mandi. "Sha," panggilanya serak khas bangun tidur.
Tidak ada sahutan. "Keesha," panggilnya lagi dengan suara agak tinggi.
Perasaannya mendadak tak karuan. "Astaga Keesha."
Mungkin efek dari obat dokter sudah bekerja kala ia terlelap tadi, rasa panasnya kini tidak separah tadi, badannya pun sudah sedikit lebih baik sekarang, sisa peningnya saja mungkin.
Ia turun ke bawah guna mencari Keesha. "Mana yang lain?" tanyanya pada Rafa yang tengah bersandar sambil maen game diponsel.
Mendengar itu Rafa mendongak. "Lah lo ngapain turun udah sana tidur aja," sahutnya tanpa menjawab pertanyaan Edgar.
Edgar berdiri disamping Rafa dengan wajah datarnya. "Gak usah ngalihin topik."
Mendengar itu Rafa tertawa sambil menggaruk tengkuknya. "Mereka lagi ngambil baju katanya mau nemenin lo disini."
Edgar mengernyit. "Keesha?"
"Cewek lo juga lagi ke rumahnya." Rafa menahan ucapannya sesaat. "Bareng si Iyan," lanjutnya pelan.
Seketika kepala Edgar berdenyut kembali. "Tuh cewe emang susah dibilangin." Edgar menghempaskan tubuhnya disamping Rafa.
Rafa mencoba mencari kalimat yang tepat untuk ia lontarkan. "Lo jangan marahin Keesha, dia cuma minta anter karna emang mereka searah. Dia pergi juga buat siap siap nemenin lo disini Gar." Edgar diam mendengarkan. "Lo gak kasian apa pulang sekolah dia langsung kesini jagain lo, masakin lo suapin lo segala macem? Gue yakin dia pasti capek." dalam hati Edgar membenarkan ucapan sahabat karibnya itu.
Rafa menoleh guna melihat ekspresi Edgar.
Untung nih anak lagi jinak jadi gak bantah ceramahan gua.
"Lo bener Raf, kayaknya gue udah keterlaluan sama Keesha." tanpa sadar Edgar membuka peluang Rafa untuk tau isi hatinya saat ini. "Gak tau kenapa gue selalu khawatir liat dia deket sama cowok lain."
"Lo gak percaya sama Keesha?" tanya Rafa.
Edgar menggeleng. "Cemburu bukan berarti curiga, posesif bukan berarti gak percaya. Gue percaya sama Keesha, percaya banget malah. Gue cuma gak suka liat dia deket sama cowok lain mau itu sahabat dia sekalipun gue gak suka."
Rafa menganggukan kepalanya seakan paham. "Cemburu itu wajar Gar. Cuma jangan sampe tingkah lo yang terlalu mentingin ego lo itu malah jadi boomerang buat diri lo sendiri. Lo paham kan maksud gue?"
Edgar diam bergeming.
Rafa menghela nafasnya. Ia membenarkan posisi duduknya. "Kalo lo terlalu over gini Keesha bakal mikir apa tentang lo? Dia pasti mikirnya sama kayak gue tadi, lo selalu cemburu itu tandanya lo gak percaya sama dia sedangkan lo tau sendiri kalo kepercayaan, komunikasi sama kesetiaan itu dasar dari hubungan. Jangan sampe kepercayaan Keesha ancur cuma karna salah paham sama sikap lo Gar."
Edgar diam, berusaha menyelami pikirannya dengan kalimat panjang lebar yang Rafa beberkan.
"Apa dia bakal ninggalin gue karna sikap gue yang selalu jadi alesan kenapa gue gak bisa jalin hubungan selama ini sama cewek, Raf?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Teen Fiction(Cover by pinterest) (Sedang tahap revisi) Saat dirasa nafas keduanya hampir habis, Edgar pun melepas tautannya. Dengan kening yang masih menempel satu sama lain, Edgar berbisik pelan. "Janji mau nurutin perintah gue?" Keesha yang tengah berusaha me...