Tak lama Keesha keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sumpah demi apapun Edgar sangat suka melihatnya tapi tidak disituasi semacam ini.
"Wow bidadari kita keluar," goda Levin paling depan.
Rio dan Rafa bahkan sampai cengo melihat penampilan Keesha.
Tatapan Edgar menggelap. "Kamu apa apaan sih Sha?!" sentaknya. "Ganti baju kamu sekarang," suruhnya tegas dengan mata tajam.
Keesha yang tengah mengeringkan rambut dengan handuk mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa? Aku gak boleh pinjem baju kamu?" tanyanya salah paham.
Edgar mengerang, Adrian tertawa sambil duduk menyaksikan pertengkaran di depannya setelah menaruh pel-an di dekat kamar mandi, sedangkan Rio dan Rafa yang kewarasannya sudah balik langsung memalingkan wajah pura pura bermain game.
"Kamu gak liat disini cowok semua? Ngapain pake baju sependek itu sih!" marah Edgar kesal.
Bagaimana tidak marah? Keesha keluar dari kamar mandi dengan kaos lengan pendek putih gading milik dirinya yang saat dipakai Keesha panjangnya hanya mampu menutupi tidak lebih dari setengah pahanya saja, dengan celana hot pans yang sangat sangat tidak membantu karna celana itu bahkan tenggelam dibalik kaos. Hanya saat Keesha mengangkat tangannya barulah celana berwarna kulit itu akan keliatan. Rambut panjangnya basah akibat guyuran air dan wajahnya yang natural terlihat begitu sexy di mata mereka semua.
"Emang kenapa? Kamu kan tau biasanya juga aku pake baju gini kalo dirumah," ucap Keesha membela diri.
"Tapi ini bukan dirumah kamu Sha, banyak cowok disini." Edgar berusaha untuk bangkit tapi rasa pusing lasung menyerang hebat kepalanya.
Melihat itu dengan cepat Keesha berjalan menghampiri Edgar. "Kamu apa apan sih! Udah tau sakit masih aja ngeyel," marah Keesha sambil membenarkan letak bantal Edgar.
Edgar tidak peduli. "Ganti baju sekarang," tegasnya dengan suara terdengar marah.
Keesha memijat pangkal hidungnya. "Aku gak bawa baju ganti Gar, celana kamu juga gak bakal ada yang muat."
Egoiskah Edgar jika ia lebih rela melihat Keesha terlihat konyol dengan celananya di depan mereka semua dibanding membiarkan gadisnya mempertontonkan bagian tubuhnya pada cowok lain?
Rio yang mengerti pun menepak paha Rafa yang berada disampingnya. "Dah yok keluar semuanya, daripada si Edgar makin demam cuma gara gara ributin baju."
Levin mengangguk setuju. "Kita ke ruang tengah aja numpang maen ps," ujarnya sambil bangkit membawa makanannya yang diikuti oleh Adrian dan Rafa.
Sebelum benar benar keluar, Adrian masih sempat sempatnya menyulut emosi dengan berbisik keras pada Keesha. "Kalo butuh apa apa panggil gue."
Edgar mengeraskan wajahnya meski dalam hati ia bersyukur mereka paham situasi dan suasana hatinya. "Seneng banget pasti mereka liat kamu kayak gitu."
Keesha menoleh. "Udah deh gak usah mulai."
"Apalagi Iyan," lanjutnya tak mendengarkan ucapan Keesha.
"Mending kamu tidur, aku mau ke rumah dulu bawa perlengkapan," ujar Keesha sambil berjalan kearah kursi disamping Edgar.
Bukannya menjawab, Edgar justru membelokan topik. "Kamu sering pake baju kayak gini di depan Iyan?" tanyanya serius.
"Apa harus aku jawab pertanyaan konyol kamu itu?"
"Iya," jawabnya tegas.
Keesha menghembuskan nafasnya. "Aku kalo dirumah ya gini. Kalo gak sweater ya kaos, bawahannya celana pendek tapi karna aku gak bawa jadi yaudah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Teen Fiction(Cover by pinterest) (Sedang tahap revisi) Saat dirasa nafas keduanya hampir habis, Edgar pun melepas tautannya. Dengan kening yang masih menempel satu sama lain, Edgar berbisik pelan. "Janji mau nurutin perintah gue?" Keesha yang tengah berusaha me...