Thanks For Tonight, Sha (revisi)

3.3K 140 4
                                    

"I'm yours."

Edgar belum sepenuhnya sadar. Ia masih terpaku mendengar ucapan Keesha yang tidak pernah ia duga akan keluar secepat ini. Telinganya berdengung seakan kalimat sesederhana I'm yours itu terus berulang ulang dikepalanya.

"Lo ngomong apa tadi?" tanya Edgar memastikan. Sebelum ia melayang jauh sampai ke negeri China, ia harus memastikan apa yang ia dengar tadi bukanlah sebuah lelucon. "Lo gak salah ngomong, Sha?"

Tiba tiba Keesha mendelik. "Telinga lo masih waras kan buat denger omongan dari jarak sedeket ini?" sarkasnya.

Seketika air wajah Edgar berubah drastis. "Gak usah ngerusak suasana."

"Ya lo duluan yang rusak. Gue udah susah payah ngomong kayak tadi. Lo kira gampang buat cewek nyatain perasaannya duluan sama cowok?" semprot Keesha tanpa ampun.

Bukannya takut, Edgar justru terkekeh geli melihat gadis dihadapannya ini.

"Apa lo senyum senyum hah?"

Set dah galak amat kayak anjing komplek.

"Lo lagi ngamuk aja bisa blushing ya, Sha?"

Hm yang anjing itu dia, bukan gue.

Keesha mendelik tajam kearah Edgar. "Bukan blushing. Muka gue merah karna emosi," elak Keesha membela diri.

"Masa?" goda Edgar.

"Ih tau ah! Gue benci sama lo. Sana pulang." Keesha sudah bersiap memegang pintu mobil berniat pindah ke tempat supir, tapi tangan Edgar yang sempat membuat Keesha berfikiran konyol tadi berhasil menghentikan pergerakannya.

"Mau kemana?" tanya Edgar dengan suara serak.

Keesha terpaku mendengarnya. Ia pecandu novel level akut. Sering ia membaca bagian bagian seperti ini. Bagian dimana suara si cowok berubah menjadi serak serak gimana gitu. Setelah ini biasanya naluri lah yang akan bekerja.

"Keesha," panggil Edgar sambil menarik dagu Keesha agar menghadap padanya. Edgar menatap Keesha dengan tatapan yang amat sangat dalam. Tangannya masih berada di dagu, tatapannya pun masih mengunci mata Keesha membuat Keesha tenggelam. Bisa dirasakan jantung Keesha berdetak berkali kali lipat lebih cepat dari biasanya.

Ingatkan ia untuk periksakan jantungnya besok.

Pelan tapi pasti Edgar mulai memajukan wajahnya, membuat Keesha meremas tangannya diam diam. Saat wajah Edgar semakin dekat, entah naluri darimana refleks Keesha menutup kedua matanya. Tidak perlu menunggu waktu lama, Keesha sudah bisa merasakan sesuatu yang hangat itu mendarat mulus diatas bibirnya.

Keesha hanya diam. Tidak merespon apalagi menolak. Ia hanya menerima perlakuan Edgar diatas bibirnya. Dengan sapuan hangat dari nafas Edgar, Keesha merasakan letupan itu dan ia menikmatinya.

Saat dirasa nafas keduanya hampir habis, Edgar pun melepas tautannya. Dengan kening yang masih menempel satu sama lain, Edgar berbisik pelan. "Janji mau nurutin perintah gue?"

Keesha yang tengah berusaha menetralkan detak jantung dan nafasnya yang sedikit terengah pun hanya bisa menatap Edgar tanpa berkedip. Namun saat melihat keseriusan Edgar lewat tatapan mata, membuatnya mengangguk tanpa sadar.

Sejenak Edgar tersenyum mempesona sambil mengusap pipi gadisnya itu. "Jangan deket sama cowok manapun termasuk Adrian," perintahnya dengan nada pelan tanpa menghilangkan syarat akan penekanan di dalamnya. "Aku gak suka," lanjutnya.

Aku?

"Janji?" tanya Edgar menyadarkan Keesha dari lamunannya akan panggilan Edgar tadi.

"Iyan itu pengecualian," ujar Keesha mencoba bernegosiasi. Keesha mana bisa menjauhi sahabatnya itu.

"Gak ada pengecualian. Siapapun itu aku tetep gak suka kamu deket sama cowok lain," tegas Edgar. Lalu tatapannya kembali terpaku. Sejenak hanya ada hening menyelimuti. Sampai terdengar helaan nafas keluar dari mulut Edgar. "Maafin aku."

Dan lagi, Edgar melakukannya lagi. Kali ini lebih dari yang pertama. Entah bagaimana keadaan Keesha saat ini. Tidak ada kata yang bisa mendeskripsikan keadaanya sekarang. Yang pasti Keesha bisa janjikan satu hal.

Ia benar benar sudah jatuh sejatuh jatuhnya.

***

Setelah adegan memalukan tadi, keduanya sepakat kembali melanjutkan rencana kedua orang tuanya yang sempat terbengkalai. Dalam hati, baik Edgar maupun Keesha tak henti hentinya berkata dalam hati untuk berterimakasih kepada orang tuanya saat sampai dirumah nanti.

"Lo yakin ini voucher gratis?" dengan cepat Keesha merutuki mulutnya saat Edgar menatapnya datar. "Ah maksudnya... Kamu yakin ini semua voucher gratis?"

Edgar hanya mengedikan bahunya santai sembari kembali memakan hidangannya ia menjawab, "Kenapa emang?"

Keesha hanya menipiskan bibir, mengangkat sebelah alisnya sambil memutar garpu ditangannya guna mengumpulkan spageti yang tengah ia makan. "Aneh aja, voucher dari kantor kok isinya sebanyak ini," sahutnya kurang yakin.

Edgar sih tidak usah ditanya. Sejak awal ia tahu ini bukan voucher sembarangan. Terkadang Mama dan Papanya itu terlalu drama untuk ukuran mereka yang sudah berumur kepala empat.

Iya. Keduanya memang memiliki umur yang tidak jauh beda. Hanya selisih dua tahun saja, dimana umur Wilda lah yang lebih muda.

Sedangkan orang tua Keesha malah sebaliknya. Andreas dan Sandra pun hanya selisih dua tahun. Bedanya adalah Sandra, calon Mama mertuanya itu menduduki umur yang lebih tua dibanding Andreas, calon Papa mertuanya.

Bisa kalian tebak kisah percintaan semacam apa yang mereka lalui?

Hm. Kisah cinta anak SMA antara kakak dan adik kelas.

Pokoknya kisah mereka itu unik menurut Edgar. Ia sempat geleng geleng takjub saat mendengar kisah itu dari mulut Papanya.

"Ngelamunin apaan?" tanya Keesha mengagetkan lamunan Edgar.

Bisa dilihat, spagetti milik Keesha sudah habis. Kekasihnya itu kini tengah menikmati steak sambil memotongnya kecil kecil.

"Jangan kasar kasar sama pacar, pamali." bukannya menjawab pertanyaan Keesha, Edgar malah menggoda Keesha yang kini menggerutu sebal.

"Sayang, kamu lagi ngelamunin apa?" ulang Keesha dengan nada dibuat buat.

Edgar terbahak mendengarnya. Sedangkan Keesha sendiri terkekeh geli. Mereka melanjutkan makan malam mereka dengan obrolan obrolan yang tidak penting.

"Makasih buat malem ini. Demi apapun aku bahagia, Sha."

Follow instagram @caulalif.stories


Tbc



BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang