Aku, seorang anak dari Dewa Kehidupan, harus menjalani reinkarnasi ke Alam Peri dan hidup sebagai seorang putri di sana. "Hah... pasti merepotkan," ujarku dengan nada malas.
Bagaimana kelanjutan hidup anak Dewa Kehidupan ini? Apa yang membuatnya sel...
Tidur lelap Aine mendadak terganggu oleh mimpi buruk yang membuatnya terbangun dengan keringat dingin. Setelah mencoba kembali tidur namun gagal, ia memutuskan keluar dari kamarnya untuk mencari udara segar di luar istana.
Saat melangkah di halaman istana, matanya tertuju pada sesuatu yang aneh: banyak mutiara bertebaran di tanah.
"Mutiara? Dari mana datangnya ini? Apa aku harus mengikutinya?" gumam Aine sambil menatap bingung. "Yah, lebih baik aku ikuti saja. Sekalian aku cek, ada apa sebenarnya."
❄️
Tanpa ia sadari, mutiara-mutiara itu membawanya ke sebuah tempat sakral: Kolam Kehidupan, yang di tengahnya berdiri pohon besar yang memancarkan cahaya lembut.
"Ehh... Kenapa aku diarahkan ke sini? Aku harus kembali ke istana," ucap Aine gelisah sambil berbalik.
Namun, langkahnya terhenti ketika suara lembut memanggilnya.
"Ibu..."
Aine tersentak kaget dan langsung membalikkan badan. Dari dalam kolam, seorang anak muncul, diselimuti oleh mutiara-mutiara yang bersinar lembut. Sebelum ia sempat bertanya, suara bergema memenuhi udara.
"Dengar, Aine Peri," suara itu menggema dengan penuh wibawa.
"A-Ah, Dewa..." Aine langsung menunduk hormat.
"Aku menitipkan reinkarnasi anakku kepadamu. Ia tidak akan menyusahkanmu, jadi jagalah dia dengan baik. Aku percaya padamu."
Setelah itu, suara dewa perlahan menghilang, meninggalkan keheningan di udara.
"Baiklah, Dewa. Aku akan menjaga anak ini dengan sebaik-baiknya," jawab Aine sambil tetap dalam posisi menunduk.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ketika Aine mendongakkan kepala, ia melihat seorang anak perempuan berdiri di dekat kolam. Anak itu tampak berusia sekitar lima tahun, dengan rambut putih keperakan yang lembut dan mata biru langit yang memancarkan kecantikan dan ketenangan.
Anak perempuan itu perlahan mendekati Aine dengan langkah kecil dan wajah polos, lalu berkata dengan suara lembut, "Ibu, aku mengantuk."
Aine hampir kehilangan kendali atas dirinya. 'Dia benar-benar imut... Tidak, Aine, tahan dirimu. Jangan sampai kau mencubit pipi anak dewa ini!' pikir Aine dalam hati sambil mencoba menenangkan diri.
"Ba... baiklah. Ayo, ibu antar kamu ke kamar, ya," kata Aine dengan suara lembut.
Anak itu mengulurkan tangannya ke depan, isyarat ingin digendong. Aine langsung mengerti maksudnya dan mengangkat tubuh mungil itu ke pelukannya. Dengan hati-hati, ia membawa anak dewa itu kembali ke istana, memastikan sang anak nyaman dalam dekapannya.