Setelah peraturan tentang penindasan diperketat oleh Banny Peri, suasana di Akademi perlahan berubah.
Vo dan Vidi kini bisa berteman akrab dengan murid-murid lainnya. Mereka bebas melakukan kegiatan tanpa rasa takut akan intimidasi dari siapa pun. Di bawah perlindungan ketat Banny, semua murid merasa lebih aman dan dihargai.
Di Kelas
"Dewi, bisakah kau mengajarkan kami sihir air?"
"Iya, Dewi. Kami mohon."
"Kami para pengendali elemen air ingin mempelajari lebih dalam. Tolong ajarkan kami, Dewi."Kerumunan murid-murid pengendali air memohon kepada Tarisha, sang Dewi Hujan.
"Hei, kenapa kalian tidak meminta bantuan dari Tuan Putri kalian? Dia juga pengendali elemen air, kan?" ucap Tarisha sambil tersenyum tipis.
"I-Itu..." mereka tampak ragu untuk menjawab.
Sebenarnya, tahun lalu mereka pernah meminta bantuan Banny Peri. Namun, sebelum sempat berbicara, mereka malah dibekukan oleh sihir esnya. Sejak saat itu, mereka tidak pernah berani mendekatinya lagi.
"Hm, bagaimana kalau aku yang memintanya untuk mengajari kalian?" tawar Tarisha, senyumnya penuh arti.
"Ti-Tidak usah, Dewi!" tolak mereka serentak, tampak panik.
"Tidak apa-apa. Ada hal yang perlu kubicarakan dengannya juga. Sekarang, di mana dia?" tanya Tarisha santai.
"Biasanya dia ada di taman, Dewi," jawab salah satu dari mereka.
"Ah, baiklah. Terima kasih," ucap Tarisha sambil melangkah pergi.
"Terima kasih kembali, Dewi!" seru mereka serentak.
Di Taman
Banny Peri duduk di pinggir kolam, membekukan air di permukaan kolam itu berulang kali, hingga Tarisha akhirnya menemukannya.
Namun, saat Tarisha melangkah mendekat, anak panah es meluncur cepat, nyaris mengenai kepalanya.
"Ini bahaya, kau tahu. Kenapa kau melakukannya?" ucap Tarisha, menangkap anak panah itu dengan mudah.
"Lalu, bagaimana dengan awan hitam yang siap menurunkan petir tepat di atasku?" jawab Banny dingin tanpa menoleh.
"Hahaha, maafkan ketidaksopananku ini, Tuan Putri... atau lebih tepatnya, Dewi Kehidupan Azura," ucap Tarisha sambil menyindir.
DEG!
"Apa maksudmu?" tanya Banny, kini menoleh dengan tatapan tajam.
"Sudah cukup, Azura. Aku tahu semuanya. Lagi pula, kau sudah membuat penghalang sihir di sini, bukan? Supaya tidak ada yang mendengar percakapan kita," jawab Tarisha dengan santai.
Banny terdiam sesaat.
"Kau tahu..." gumamnya, kini berdiri menghadap Tarisha."Kau selalu waspada sejak dulu. Jadi, mari hentikan basa-basi ini. Apa yang sebenarnya kau inginkan?" tanya Banny tegas.
"Aku hanya ingin tahu soal perjodohanmu dengan putra Dewa Kematian. Kau tahu, aku sudah menyukainya sejak kecil," ucap Tarisha, nadanya mulai serius.
"Aku sudah menolak perjodohan itu," jawab Banny singkat.
"Namun, berita perjodohan itu sudah menyebar. Bagaimana aku bisa mempercayaimu, hah?" Tarisha menatapnya tajam.
"Aku tidak peduli," jawab Banny dingin. "Jika tidak ada lagi yang ingin kau bicarakan, aku pergi."
Banny berdiri dan berjalan pergi, meninggalkan Tarisha yang tampak kesal.
'Sepertinya mereka bereinkarnasi setelah aku kabur, sehingga mereka tidak sempat menyampaikan penolakanku pada putra Dewa Kematian itu,' pikir Banny sambil melangkah menjauh.
❄️🌻
Sementara itu, di Dunia Manusia
Dua tahun setelah mendengar suara misterius di bawah Pohon Sihir di Alam Peri, Aldrick akhirnya pergi ke tempat pertama kali dirinya ditemukan oleh Aurora, sesuai petunjuk suara itu. Di sana, ia menunggu seseorang yang dijanjikan akan datang dan menceritakan masa lalu Banny sebelum ia menjadi peri.
Tak lama kemudian, seseorang muncul dari kegelapan.
"Maaf telah membuatmu menunggu lama, Aldrick," ujar sosok itu, langsung menghampirinya.
Aldrick terdiam. Sosok yang berdiri di depannya membuatnya terpana.
"Baiklah, aku akan langsung menceritakan masa lalu Banny yang kuketahui," ucap sosok itu.
Ia mulai bercerita tentang Banny, yang ditinggalkan oleh orang tuanya, hingga akhirnya tumbuh menjadi sosok dingin dan tak peduli seperti sekarang.
"Aku tidak menyangka... Dia memiliki alasan sedalam itu di balik sikap dinginnya," gumam Aldrick penuh penyesalan.
"Dan aku malah meninggalkan dia sendirian di sana..." lanjutnya lirih.
"Jangan terlalu sedih. Saat kau kembali ke sana, jagalah dia, ya," pinta sosok misterius itu.
"Baiklah, Dewa," jawab Aldrick mantap.
Setelah menyampaikan pesan terakhirnya, sosok yang disebut Dewa itu pun pergi, meninggalkan Aldrick dengan tekad baru untuk melindungi Banny.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairy Queen
FantasyAku, seorang anak dari Dewa Kehidupan, harus menjalani reinkarnasi ke Alam Peri dan hidup sebagai seorang putri di sana. "Hah... pasti merepotkan," ujarku dengan nada malas. Bagaimana kelanjutan hidup anak Dewa Kehidupan ini? Apa yang membuatnya sel...