Bab 26 : Siapa dia?

114 9 0
                                    

Waktu sarapan telah berlalu, kini Banny dan Aldrick duduk santai di taman, menikmati angin sepoi-sepoi yang membawa aroma bunga.

"Hei, Banny. Sebenarnya Kakak punya banyak cerita saat berada di akademi, loh. Tapi kali ini, aku ingin menceritakan seseorang yang selalu menarik perhatianku. Apa kau mau mendengarnya?" tanya Aldrick sambil tersenyum kecil.

"Yah, terserah," jawab Banny dengan nada malas.

Aldrick hanya bisa menghela napas. Ia sudah terbiasa dengan tanggapan dingin Banny, meskipun terkadang masih sulit baginya menerima sikap adiknya yang acuh tak acuh.

"Baiklah, aku akan menceritakannya singkat saja, supaya kau tidak bosan. Saat pertama kali aku masuk akademi, aku langsung menyadari bahwa dia adalah manusia biasa. Kau tahu, kan, jika ada manusia biasa yang bisa masuk akademi, itu berarti dia sangat jenius. Tapi di akademi, kejeniusan saja tidak ada artinya.

Dia menjadi korban bully oleh anak-anak yang memiliki kekuatan. Aku selalu melindunginya, tapi setiap kali aku tidak ada, mereka kembali menindasnya. Dia sering bolak-balik ke ruang kesehatan untuk memulihkan luka-lukanya. Lama-kelamaan, aku menyadari dia tidak hanya pergi ke sana untuk berobat. Dia belajar sihir penyembuhan dari para peri di ruang itu.

Bertahun-tahun dia mempelajari sihir penyembuhan hingga akhirnya menjadi sangat mahir. Aku sangat mengaguminya karena kegigihannya."

Aldrick menunduk sesaat, lalu melanjutkan dengan nada penuh penyesalan, "Saat kau terluka, aku jadi teringat padanya. Kalau saja dia ada di sana, mungkin dia bisa menyelamatkan sayapmu."

Banny mendengus, wajahnya berubah kesal. "Kenapa sih Kakak selalu memikirkan sayap itu? Kalau sudah hilang, ya sudah. Lagipula, dengarkan aku baik-baik, Kak. Kalau dia ada di sana, kemungkinan besar dia juga akan ikut ditindas. Ujung-ujungnya sayapku tetap diambil, dijual oleh mereka, dan mereka mungkin masih hidup bebas di luar sana."

Banny menggertakkan giginya, ekspresinya mencerminkan amarah yang tertahan. "Masalah terbang itu tidak penting. Yang penting bagiku adalah berjalan beriringan dengan Kakak."

Mendengar itu, Aldrick tersenyum kecil. Kata-kata Banny berhasil menyentuh hatinya.

Sementara itu, dalam hatinya, Banny berpikir, 'Sebenarnya aku bisa menggunakan sayap Dewi, tapi untuk sekarang aku tidak boleh terlihat mencolok.'

Aldrick menghela napas lega. "Kurasa sekarang aku tidak perlu khawatir lagi."

Banny mendengus. "Aku bukan anak kecil lagi, tahu."

"Hahaha, tapi di mata Kakak, kau tetaplah adik kecil yang manis," goda Aldrick sambil tersenyum jahil.

"Apaan sih," balas Banny dengan wajah datar.

Namun di dalam hati, Aldrick berpikir, 'Sepertinya aku sudah tidak perlu khawatir lagi. Sekarang aku siap menjalankan tugasku yang sesungguhnya.'

Tiba-tiba, Aldrick memeluk Banny erat.

"Eh? Kau mau pergi ke mana?" tanya Banny datar, merasa ada sesuatu yang janggal.

"Apa maksudmu? Aku hanya ingin memeluk adik kecilku," sangkal Aldrick sambil tersenyum, mencoba menyembunyikan sesuatu.

"Kau ingin bicara apa? Kalau tidak memberitahuku, aku akan membaca pikiranmu," ucap Banny tajam.

Aldrick terkekeh pelan. "Kakak selalu kalah darimu, ya."

"Dasar," balas Banny singkat.

Aldrick mengacak-acak rambut adiknya, lalu membuka portal dan pergi tanpa berkata apa-apa lagi.

"Dia benar-benar kakak yang menyebalkan," keluh Banny sambil menatap portal yang perlahan menghilang.

"Tapi kau selalu menganggapnya sebagai kakak tersayangmu, kan, Tuan Putri?" ujar Trinly sambil tertawa pelan.

❄️🌻

Di tempat Aldrick

Aldrick muncul di bawah Pohon Sihir. Ia duduk bersandar pada batang pohon itu, menghela napas panjang sebelum mulai menulis sesuatu di atas kertas.

"Aku tidak sanggup mengucapkan kata perpisahan langsung pada Banny. Tapi aku harus menjalankan tugasku di dunia manusia. Aku harus menjaga kedamaian di sana. Walaupun berat meninggalkan Banny, ini adalah hal yang harus kulakukan," gumam Aldrick sambil terus menulis.

Tiba-tiba, suara bergema terdengar di sekitarnya.

"Kau Aldrick, kan?"

Aldrick terkejut. Ia segera berdiri waspada. "Siapa itu?"

"Di tempat Aorora menemukanmu, dua tahun lagi, aku akan menceritakan kehidupan peri yang sekarang menjadi adikmu itu," kata suara misterius itu sebelum menghilang begitu saja.

"Kehidupan Banny peri?" gumam Aldrick bingung.

Fairy Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang