Bab 15 : Kekhawatiran

203 13 0
                                    

Di dalam kamar Banny peri hawa dingin langsung menyebar dari tubuh Banny peri memenuhi kamarnya

'Kenapa aku begini, hari ini sikapku sangat berlebihan sekali, padahal biasanya aku tidak seperti ini kan. Apa aku tidak mau kakak pergi, seharusnya dia pergi juga aku tidak perlu peduli padanya, lagipun walau kita selama ini dekat sikapku padanya kan selalu acuh, tapi mengapa... mengapa aku sampai begini' gundah Banny

Bulir bening pun akhirnya jatuh, matanya sudah tidak mampu menahannya lagi, bulir bening itupun terjatuh menjadi butiran mutiara. Banny peri pun mulai terisak membuat butiran mutiara semakin banyak berjatuhan di lantai

 Banny peri pun mulai terisak membuat butiran mutiara semakin banyak berjatuhan di lantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌻
🌻
🌻
🌻
🌻

Satu minggu sudah berlalu tapi Banny belum juga keluar dari kamarnya, hal itu membuat para peri pun khawatir akan keadaannya

"Aine, dia belum keluar Apa yang harus kita lakukan" Aurora

"Aku takut dia mencoba hal-hal gila" Psyche

"Apa maksudmu Psyche" tanya Aurora

"Yah seperti mencoba membuka portal menuju gerbang sekolah itu lalu dia menteleport dirinya atau bahkan jika dia benar-benar sudah gila kemungkinan terburuk lainnya akan terjadi. Ingat dia itu lebih pandai dari yang kita kira loh" jelas Psyche

"Baiklah aku akan menjenguknya sekarang, semoga dia mau kubujuk" ucap Aine

Di depan kamar Banny
"Banny bisa kau buka pintunya, Apa kau mau mengurung diri terus-terusan begini. Keluarlah ibu ingin bicara denganmu" bujuk Aine, tapi tidak ada jawaban dari dalam kamar

"Ibu akan siapkan makanan yang paling kau suka jadi keluarlah ayo kita makan bersama" lanjut Aine

"Makan bersama? apa maksudmu HAH....dan ingat ya kau sudah memutuskan hubungan antara ibu dan anak diantara kita" teriak Banny

"Aku tidak punya siapa-siapa di sini hiks.... Hiks.... semua... semuanya... egois. Semuanya tidak mengerti tentang perasaanku hiks... ayah dan Ibu, kedua dewa-dewi itu pun tidak mengerti perasaanku hiks... begitupun di sini semuanya terasa menyebalkan, ketika aku mulai dekat dengan kakak kalian pisahkan kami. aku selalu saja tidak bisa berbuat apa-apa hiks..hiks..." tangis Banny terdengar oleh Aine di luar kamar

"Aku minta maaf padamu Banny kami tidak mengetahui perasaanmu, jika kau sudah siap keluarlah dari kamarmu. Kau tahu kami sangat khawatir pada dirimu banny, jangan anggap kau sendirian, kami akan menunggumu siap untuk bercerita pada kami" lalu Aine peri pun pergi meninggalkan kamar Banny peri

Kini Banny yang ada di dalam kamar masih terus memeluk bunga matahari yang diberikan oleh kakaknya seminggu yang lalu itu.

Fairy Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang