Bab 58 : Liburan

56 3 0
                                    

Banny dan Michael akhirnya tiba di akademi. Dengan segera, mereka memindahkan diri ke taman. Namun, mereka terkejut mendapati suasana sudah gelap gulita. Padahal, mereka merasa hanya sebentar berada di dimensi kehidupan. Rupanya, waktu di akademi berjalan jauh lebih cepat.

"Sepertinya acara kelulusan sudah selesai. Lebih baik kita segera ke asrama," ujar Banny.

"Ya, ayo. Sepertinya kita juga membuat dua manusia itu gelisah dan tidak menikmati acara hari ini," balas Michael.

Perjalanan menuju asrama berlangsung dalam keheningan. Tak banyak kata terucap hingga mereka sampai di depan pintu kamar asrama.

Tok tok tok.

Michael membuka pintu, dan terlihat dua teman mereka, Vidi dan Volentia, yang tengah mondar-mandir dengan wajah penuh kekhawatiran.

"KALIAN KEMANA SAJA, HAH!" seru Vidi dan Vo serempak dengan nada sewot.

"Kami ada tugas mendadak tadi," jawab Michael singkat.

"Ukhh, setidaknya kabari kami dulu! Jangan menghilang begitu saja," omel Vo.

"Tadi kami tidak ada waktu," ucap Michael datar.

"Sudah, sudah. Besok kalian kan sudah diperbolehkan pulang, sebaiknya kalian istirahat," usul Banny, mencoba meredakan suasana.

"Sepertinya kami akan pulang satu minggu lagi, Tuan Putri," jawab Vidi santai.

"Ya, sebenarnya kami ingin berlibur di sini dulu, hehehe," tambah Vo.

"Bagus. Kalau begitu, mulai besok ikutlah denganku ke alam peri," ajak Banny spontan.

"Ta... tapi...," Vo terlihat ragu.

"Tidak apa-apa," ujar Banny meyakinkan.

"Aku diajak tidak?" tanya Michael, mendekat sambil memeluk Banny dari belakang.

"Kau masih punya tugas, kan," jawab Banny lembut.

Michael hanya diam. Ia tahu tugasnya sebagai dewa kematian belum selesai. Ia harus menulis ulang nama-nama yang waktunya sudah habis dan melaporkannya pada sang ayah.

"Ukhh, tapi aku juga mau ikut," keluh Michael, mempererat pelukannya.

"Kau boleh ikut jika tugasmu selesai," ujar Banny sambil menepuk lembut kepala Michael dan melepaskan diri darinya.

"Sudah hampir jam 10 malam. Sebaiknya kita segera tidur," ucap Banny.

Semua setuju, kecuali Michael yang mendengus kesal sebelum masuk ke kamarnya.

❄️🪶

Keesokan paginya, sinar matahari cerah menyapa. Mereka bangun lebih awal dan mempersiapkan diri. Beberapa menit kemudian, mereka semua sudah siap.

"Kalian sudah siap? Ayo kita pergi," ajak Banny.

"Iya, Tuan Putri," jawab Vidi dan Vo serempak.

"Azura, kau tidak mau memberikan salam perpisahan padaku?" tanya Michael yang masih duduk di ranjangnya.

"Salam perpisahan?" tanya Banny, bingung.

"Iya."

"Huft... jadi apa maumu?" tanya Banny dengan nada lelah.

'Cium aku,' suara telepati Michael terdengar di kepala Banny.

"Huft... baiklah," lirih Banny.

Ia mendekati Michael dan, setelah cukup dekat, mencium keningnya dengan sangat singkat. Tanpa berkata apa-apa, Banny kembali ke arah Vidi dan Vo.

'Bukan ini yang kumau!' keluh Michael melalui telepati, namun Banny mengabaikannya.

"Ayo, Vidi, Vo, kita pergi," ujar Banny sambil membuka portal.

Mereka pun masuk ke portal, meninggalkan Michael yang masih duduk termenung di kamarnya.

❄️

Di taman istana peri, Banny, Vidi, dan Vo muncul dari portal. Banny sengaja tidak langsung menuju istana agar bisa mengajak teman-temannya menikmati keindahan taman terlebih dahulu.

"Tuan Putri, kau bisa membuat portal sendiri?" tanya Vidi heran.

"Kupikir kita harus pergi ke aula dulu," sambung Vo.

'Yang bisa membuat portal sendiri hanya...,' pikir Vo dan Vidi bersamaan.

"DEWA DAN DEWI!" teriak mereka berbarengan.

"Hey, para peri juga bisa menggunakan teleportasi, asal ada pintu penghubung di dekat situ," jelas Banny santai.

"Tapi kau tadi membuat portal sendiri. Bukankah itu hanya bisa dilakukan oleh Dewa, Dewi, atau Ratu Peri?" tanya Vo, masih bingung.

Banny terdiam sejenak "Petinggi peri bisa membuka portal sendiri, ya pokoknya kalian jangan memikirkan itu lah"

Mereka pun akhirnya mengangguk faham

❄️

Setelah berkeliling taman, mereka menuju istana. Di sana, mereka disambut oleh dua trol penjaga yang memberi hormat kepada Banny.

"Mereka temanku. Izinkan mereka masuk," perintah Banny.

Di dalam istana, Vidi dan Vo terkagum-kagum melihat kemegahannya.

"Pertama, kita temui para peri tingkat atas dulu. Setelah itu, kita makan siang bersama," ujar Banny.

Sesampainya di aula, mereka memberikan penghormatan kepada para peri tingkat atas. Namun, para peri terkejut melihat Banny juga memberi hormat kepada mereka.

"Hormat kami kepada Sang Dewi Kehidupan," ucap mereka serempak sambil berlutut.

"Bangunlah," ucap Banny singkat, membuat suasana kembali santai.

Waktu makan siang, mereka menikmati hidangan bersama. Namun, Banny merasa ada yang kurang.

"Puding cokelatku mana?" celetuknya.

"Ah, hampir saja lupa!" seru Aurora sambil menyerahkan puding favorit Banny.

"Terima kasih! Aku sangat suka puding cokelat," ucap Banny dengan senyum merekah.

Di tempat lain, Michael tiba-tiba merasa kesal tanpa alasan. 'Kenapa aku tiba-tiba benci sesuatu... tapi apa ya?' pikirnya bingung.

Setelah makan siang, Banny mengantar Vidi dan Vo ke kamar mereka.

"Istirahatlah. Besok jam 9 pagi aku akan menjemput kalian untuk sarapan bersama," ujar Banny sebelum meninggalkan mereka.

Fairy Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang